Bab 27

4.8K 311 14
                                    

"Turun!"

Perintah penuh otoriter membuat Jessa mendelik kesal. Dia tatap pria yang kini bersiap turun itu dengan tatapan mata tajamnya. Meski sebenarnya, mungkin tatapan matanya itu tidaklah menakutkan bagi pria di sampingnya. Tapi, mendapatkan perintah dan sikap semena-mena dari pria di sampingnya itu sangatlah menyebalkan. Belum lagi pria itu yang suka bersikap semaunya. Kadang membuat Jessa jengah.

"Jessa!"

"Aku sudah bilang kalau aku nggak mau, kan? Sekarang kalau kamu mau turun, ya turun aja. Nggak usah sok-"

"Kamu tahu kalau aku punya kesabaran yang sangat tipis kan, Jessa?"

Tentu saja. Bahkan tisu pun lebih tebal jika dibandingkan dengan stok kesabaran mu. Ucap Jessa yang masih sempat-sempatnya membatin.

Dia tatap kian tajam pria di sampingnya itu hingga Jessa bisa melihat pria itu yang kini balik menatapnya tajam.

"Cepat turun, jangan membuat segalanya bertambah sulit." Ucap Raka lagi. Sebelum pria itu benar-benar turun dari mobilnya. Melangkah santai ke arah rumah kedua orang tua Jessa, meninggalkan Jessa begitu saja tanpa mau repot-repot memaksanya seperti tadi.

Mengerucutkan bibirnya kesal, Jessa pada akhirnya turun dari mobil. Dengan sengaja menutup pintu mobil dengan kerasnya. Membuat langkah Raka terhenti dan segera menoleh ke sumber suara.

Tapi jangan harap Jessa akan peduli, karena kini Jessa bahkan balas menatap Raka dengan tatapan tak bersalah sedikitpun.

Dengan santai dia malah menyusul laki-laki yang kini menatapnya tajam itu. Melenggang santai membuat Raka mendengus dan meneruskan langkahnya.

Nessa adalah orang pertama yang menyambut Raka, membukakan pintu dan langsung terlihat begitu bahagia melihat keberadaan pria itu.

"Ya, ampun Raka. Mama nggak percaya kalau kamu beneran mau nginep di rumah mama ini. Mama serasa mimpi lihat kamu malam ini."

"Maaf, Ma. Baru bisa datang berkunjung sekarang."

Jessa mendengus tak percaya mendengar nada suara Raka yang sok ramah itu. Namun dia tetap bertahan di tempatnya. Berdiri di belakang pria yang kini langsung ditarik masuk oleh wanita yang selama ini ia panggil ibu.

"Nggak papa, mama tahu kamu pasti sibuk banget. Mama ayu sering cerita kalau kamu itu gila kerja. Jadi mama paham kok." Ucap Nessa masih dengan nada suara yang begitu ramah. "Tapi mama bangga sama kamu, di tengah waktu sibuknya kamu ini. Kamu masih mau datang berkunjung ke sini. Malah nggak nolak waktu mama tawarin nginep."

Jessa merasa suara ibunya yang ramah itu terasa layaknya sindiran untuknya. Belum lagi ekor mata ibunya itu yang terlihat sinis meliriknya.

"Beda banget sama orang yang mama kenal." Nessa kembali melirik Jessa. "Udah di besarin, nggak tahu terima kasih. Yang ada malah selalu buat malu keluarga dan bisanya cuman bikin susah."

"Mama nyindir aku?" Jessa yang sudah tidak tahan dengan lirikan sinis ibunya pun mengeluarkan suaranya. Yang seketika membuat Raka menoleh.

Tapi seakan tak peduli dengan lontaran pertanyaan Jessa, Nessa dengan santai malah menatap Raka dan bertanya dengan nada suara semangat. "Tapi ngomong-ngomong, gimana acara Jessi tadi, Ka? Menurut kamu-"

"Ma?" Tegur Jessa. Karena dia lagi-lagi merasa diabaikan dan tak dianggap. Bahkan di depan suaminya sendiri.

Ada yang ngilu, retak dan hancur. Tapi Jessa tidak tahu itu apa.

"Jessa, kamu nggak lihat mama lagi ngobrol sama Raka? Kamu itu lama-lama kayak nggak punya sopan santun tahu, nggak?! Sama sekali nggak bisa menghargai orang tua sama sekali."

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang