Bab 28

4.8K 317 10
                                    

Langkah Jessa yang terburu seketika terhenti begitu kedua matanya tak sengaja bertemu tatap dengan seseorang. Seseorang yang membuatnya terjebak di dalam rumah layaknya neraka.

Pria itu, yang duduk di salah satu kursi yang berada di halaman. Begitu dia menggeser pandangannya, Jessa bisa melihat jika ternyata pria itu tidak duduk sendiri. Ada ayah dan ibunya yang ternyata duduk di depannya. Yang saat melihat keberadaannya. Mereka tampak diam dengan pandangan lurus.

Sampai Jessa yang lebih dulu memutuskan tatapan matanya, kembali meneruskan langkahnya tanpa mau repot-repot menata pada tiga orang yang kini masih menatapnya.

"Jessa,"

Jessa mengabaikan suara itu. Dia memilih terus melangkah hingga  tarikan pada lengannya membuat langkah Jessa terhenti.

"Kamu mau ke mana?"

"Lepas!"

Cengkraman di lengannya mengerat, lebih kuat hingga Jessa mengangkat pandangannya. Menatap wajah yang benar-benar membuatnya mulai muak.

"Lepas, Raka!"

"Kamu belum sarapan, ayo aku temani sarapan."

"Sarapan?" Jessa mendengus sinis. Menarik lengannya hingga cengkraman Raka terlepas di lengannya. "Kamu kira aku tertarik untuk sarapan dengan orang-orang seperti kalian? Dengar, Raka.. aku-"

"Jessa?" Teguran dari Nessa seketika menghentikan segala ucapan Jessa, wanita itu langsung menoleh ke sumber suara. Menatap mamanya yang kini melangkah ke arahnya. Diikuti oleh papanya. Membuat Jessa langsung memalingkan wajahnya.

"Kamu sudah bangun?" Kening Jessa mengernyit mendengar nada suara mamanya yang terdengar ramah. Membuatnya melirik wanita yang kini berdiri di depannya itu. Karena kini Raka telah berdiri di sampingnya. Meraih tangannya dan menggenggamnya erat.

Tapi bukan genggaman tangan pria itu yang membuat Jessa terkejut, melainkan ucapan ibunya yang terdengar ramah itu. Jangan lupakan juga senyum wanita itu yang terlihat begitu ramah. Seakan-akan yang diajak bicara mamanya itu bukanlah Jessa, anak yang tak dianggap. Melainkan orang lain.

"Kami dari tadi nungguin kamu untuk sarapan bersama." Nessa menoleh ke arah Raka yang hanya diam. "Raka dari tadi nggak mau sarapan, katanya nungguin kamu."

Jessa seketika menoleh ke arah Raka, yang ternyata pria itu kini tengah menatapnya. Tak ingin berlama-lama menatap kedua mata itu yang lambat-lambat terasa mengganggu, Jessa kembali memalingkan wajahnya. Menatap ke arah lain asal bukan pada pria di sampingnya juga kedua orang tua di depannya.

"Papa bahkan nggak ke kantor hari ini, biar kita bisa sarapan bersama. Udah lama papa nggak sarapan dengan putri papa ini."

Putri papa ini?

Kenapa mendengar papanya menyebut dirinya sebagai putri, membuat Jessa merasa hatinya ngilu dan nyeri. Entah kapan terakhir kali Jessa mendengar kata itu keluar dari bibir papanya.

"Maaf, Jessa sedang buru-buru, Pa. Jessa nggak bisa-" Jessa bisa merasakan remasan di tangannya mengerat. Membuatnya menoleh ke samping.

"Papa dan mama masuk duluan aja, nanti Raka dan Jessa nyusul."

"Baiklah, kalian bicaralah. Papa dan mama akan menunggu kalian di dalam."  Raka tersenyum membalas ucapan papa mertuanya. Mengangguk setuju saat pria yang seusia papanya itu menepuk pundaknya.

"Yakin nggak mau masuk?" Raka menoleh, menatap wanita yang sejak semalam tampak menatapnya tak bersahabat. Wanita itu bahkan selalu menatapnya penuh permusuhan.

"Jess?"

Jessa menarik tangannya dari genggaman tangan pria di sampingnya. Berbalik tanpa menanggapi ucapan pria itu.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang