Bab 30

7.2K 376 21
                                    

Saat mobil terasa berhenti, Jessa segera membuka matanya. Menggeliat saat rasa pegal begitu terasa di sekujur tubuhnya. Hanya diam dan tidak bergerak sama sekali dalam kurun waktu beberapa jam, cukup mampu membuat sekujur tubuhnya pegal. Mau bagaimana lagi, dia benar-benar berpura-pura tidur sedari tadi. Semua itu dia lakukan demi untuk menghindari Raka dan segala suasana canggung diantara mereka.

Tapi segala gerak tubuh Jessa terhenti begitu kedua matanya menatap ke depan. Lama dia tertegun layaknya patung.

Pantai?

Mereka liburan ke pantai?

Jessa tidak bisa menutupi wajah paniknya. Dia bahkan segera menoleh ke samping. Menemukan wajah Raka yang terlihat sama terkejutnya. Sepertinya pria itu sama tidak tahunya seperti dirinya.

Tapi seakan sama sekali tidak peduli dengan kondisi Jessa, pria itu bahkan turun begitu saja dari mobil. Meninggalkan Jessa begitu saja. Seakan menunjukkan pada Jessa jika saat ini dia benar-benar sendirian.

Menelan ludah susah payah, Jessa turun dari mobil begitu melihat Raka menghampiri kedua mertuanya.

"Mama nggak bilang kalau kita liburan ke pantai?"

"Sengaja. Kan kejutan buat kalian."

"Seharusnya mama konfirmasi dulu sama, Raka. Mau nggak liburan ke sini."

"Ihh, kenapa sih kamu? Biasanya juga suka kalau kita liburan ke pantai." Ayu menatap putranya kesal. "Lagian kita nggak liburan di sini kok. Tapi di tempat lain."

Samar-samar Jessa bisa mendengar obrolan itu. Semua itu semakin membuat kakinya terasa gemetar karena ketakutan.

Seakan ada yang mengguyur tubuhnya dengan air es. Membuat tubuhnya terasa panas dingin. Bahkan saat dia berdiri di samping Raka, dia merasa angin kencang pantai itu menerpa seluruh sendinya. Membuatnya kian menggigil dan kedinginan.

Dress putih tulang tanpa lengannya semakin memperburuk keadaannya.

"Jessa, kamu sakit? Kamu kelihatan pucat, Nak."

Jessa mengangkat wajahnya, menemukan tatapan khawatir mama mertuanya.

"Mending kita batalin liburannya, Ma. Kita cari tempat liburan lain." Ucapan Raka hanya berlalu begitu saja saat ada mobil lain yang terparkir di samping mobil kedua mertuanya. Yang seketika menarik perhatian semua orang.

Dan Jessa merasakan kakinya tak memiliki tempat berpijak lagi saat beberapa orang turun dari sana.

Yang semuanya berhasil menarik perhatian semua orang. Termasuk dirinya sendiri.

"Nessa,"

"Ayu, ya ampun. Akhir kita bisa liburan bareng sebagai keluarga."

"Iya, ini adalah liburan pertama kita sebagai keluarga, Ness. Aku seneng banget waktu kamu kasih tahu tempatnya. Jessi benar-benar pinter milih tempat. Tahu kalau Raka dan Jessa suka pantai."

Dua wanita seusia itu tampak begitu bahagia. Mereka bahkan saling peluk dengan wajah terlihat begitu berseri-seri. Hingga membuat Jessa merasakan nafasnya memburu dengan dadanya nyeri luar biasa.

Dan segalanya kian buruk saat Jessi menggeser pandangannya, dia menemukan tatapan mengejek saudara kembarnya itu. Berdiri tepat di samping pria yang baru beberapa hari resmi menjadi tunangannya. Semua itu seketika membuat Jessa berkali-kali menelan ludah susah payah.

Apa dia sengaja melakukan ini?

"Dingin?"

Pandangan Jessa terhalang dada seseorang, membuatnya tak lagi bisa menemukan wajah kepuasaan saudara kembarnya. Di susul sesuatu yang hangat, membungkus tubuhnya.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang