Bab 16

5.8K 294 1
                                    

Jessa hampir menutup pintu rumahnya, tapi gerakan tangannya terhenti begitu melihat seseorang melambai ke arahnya. Berdiri di depan gerbang dengan pakaian santai.

Mengukir senyum lebar, Jessa tanpa ragu melangkah mendekat. Tapi sebelum itu dia menutup pintu rumahnya. Takut-takut jika nanti mamanya melihat apa yang dia lakukan.

"Hai," sapa Jessa langsung. Berdiri di depan pria yang memiliki senyum manis.

"Apa aku mengganggu mu, Jess?"

Jessa menggeleng. "Tidak. Kenapa? Tumben sekali kamu datang ke sini, Dan? Ada masalah?"

Bukannya menjawab pertanyaan Jessa, Dani malah menoleh ke belakang tubuh Jessa. Memperhatikan rumah besar Jessa dengan tatapan mata seperti mencari sesuatu.

Jessa yang melihat sikap aneh Dani ikut memperhatikan rumahnya. Dan menurutnya rumahnya tampak biasa saja, tidak ada yang berubah atau berbed.

"Kenapa? Ada masalah dengan rumahku?"

"Ah tidak, aku--- em bisakah kita mengobrol di tempat lain?"

Jessa mengangguk. Menarik lengan Dani untuk mengikuti langkah kakinya.

"Di depan sana ada cafe, kita bisa ke sana kalau kamu mau."

"Cafe?"

Jessa menoleh, memperhatikan wajah sahabatnya itu. "Ya, tenang saja di cafe itu biasanya jam segini sepi. Tidak terlalu ramai. Kita bisa mengobrol di sana jika kamu mau. Bagaimana?"

"Sebelum aku ke rumah kamu tadi, aku melihat taman. Bagaimana jika di taman itu saja?"

"Ok."

Dani tersenyum mendengar jawaban semangat Jessa. Tanpa ragu tangannya pun terulur, mengacak rambut Jessa lembut membuat langkah kaki Jessa terhenti. Dia sedikit tersentak dengan apa yang pria itu lakukan padanya.

Seakan perlakuan Dani itu adalah sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"Kenapa?" Tanya Dani. Ikut menghentikan langkah kakinya.

"Mm, bukan masalah penting."

Dani, sahabatnya itu tidak pernah bersikap manis padanya. Apalagi mereka berteman tidak sebentar. Bahkan hampir seumur hidup, tapi sekalipun Dani tidak pernah bersikap manis seperti ini.

Dani itu pendiam dan pemalu. Dia selalu bersikap malu pada siapapun. Meski pengecualian Jessa, tapi tetap saja Dani tidak pernah bersikap aneh seperti ini. Membuat Jessa merasa aneh. 

Saat pertama kali Jessa bertemu dengan Dani, dia sudah menyukai pria sederhana ini. Senyumnya, ndandannya, cara bicaranya, juga sikapnya. Semua yang berada pada Dani sangat Jessa sukai. Namun sayang, dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Jessa tidak seberani itu hingga berani mengatakan suka pada Dani.

Jessa takut jika dia mengungkapkan rasa sukanya, Dani akan pergi darinya. Hingga suatu hari, Dani berkencan dengan Jessi. Membuat Jessa pada akhirnya memutuskan mengubur dalam-dalam perasaannya. Hingga kini dia berhasil, dia hanya menganggap Dani teman. Tidak lebih.

"Kamu yakin?"

Jessa hanya bergumam menjawab. Kembali meneruskan langkah kakinya. Meninggalkan Dani jauh di belakangnya.

"Apa kamu marah? Maaf, ok?"

"Marah? Marah kenapa?" Langkah Jessa kembali terhenti saat Dani tiba meraih telapak tangannya. Menggenggamnya.
Tersenyum manis saat Jessa menatapnya dengan alis di tekuk. Ekspresi wajahnya terlihat sekali jika saat ini dia tengah kebingungan.

"Kenapa?"

Dani menjadi salah tingkah sendiri, dia gugup dan juga malu. "Aku tadi bertemu dengan Lia."

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang