Bab 6

6.7K 324 1
                                    

Jessa mengusap keningnya gugup, semua pertanyaan yang bersarang di kepalanya tadi terjawab sudah.

Pantai dengan pemandangan indah dan angin sepoi-sepoi kini berada tepat di depannya. Dengan air laut berwarna biru dan batu karang di pinggir pantai membuat mata coklat Jessa memandangnya redup.

"Gimana, sayang? Kamu suka?" Pertanyaan dengan nada ramah dari ibunya Raka, membuat Jessa mengalihkan pemandangannya dari laut lepas di depannya ke arah samping. Dengan sudut bibir terangkat tipis, Jessa hanya mengangguk patuh. Tapi tidak bisa dibohongi jika di kedua mata coklatnya memancarkan binar mata yang berbeda. Sedikit redup dan tampak tak nyaman.

"Ayo, kamu bisa masuk ke ruang ganti. Kita akan melakukan sesi pemotretan."

"Ap ... apa kita harus melakukan foto prewedding di pinggir laut seperti ini, Tan?" Pertanyaan dengan nada gugup membuat Ayu menatapnya semangat.

"Hm, dari dulu tante sangat ingin melihat foto prewedding di pinggir pantai. Kamu tau, Jessa, Raka sangat menyukai suasana laut lepas. Karna itu tante memilih tempat ini untuk foto prewedding kalian." Ucap Ayu sedikit bersemangat. Membuat Jessa semakin dilanda gugup.

"Karna itu saat tante mengatakan dia harus datang ke sini. Dia tidak menolak, karna tante tau jika dia juga sudah sangat merindukan suasana pantai." Sambung Ayu manarik lembut tangan Jessa.

"Tapi, aku tidak menyukai pantai." Bisik Jessa lirih.

"Apa?" Tanya Ayu yang tidak begitu mendengar bisikan Jessa. "Kamu mengatakan sesuatu, sayang?"

Jessa hanya menatap lurus ke arah Ayu dan menggeleng pelan saat wanita di depannya menghentikan langkahnya. Sambil menoleh ke arahnya.

Menelan ludah gugup. "Tidak tante, ak ... aku tidak mengatakan apa pun." Gagap Jessa. Berusaha sekuat tenaga menjaga intonasi suaranya tetap tenang. Namun nyatanya gagal.

"Ya sudah, ayo! Tante yakin saat ini Raka sedang berganti baju. Jadi kita juga harus cepat mengganti baju. Kalau tidak dia akan marah-marah jika kita terlalu lama. Dan berubah menjadi sangat menyebalkan." Gerutu Ayu.

Senyum Jessa terbit saat mendengar gerutuan Ayu. Walau Ayu tampak terlihat kesal saat menceritakan putranya. Tapi entah mengapa itu semua terlihat manis di mata Jessa. Jessa merasa jika Ayu sangat menyayangi putranya. Membuat di sudut hati kecil Jessa merasa berkedut iri dengan interaksi mereka.

Seandainya ia bisa bersikap seperti itu dengan ibunya. Jessa pasti akan merasa sangat senang. Tapi sayangnya ia tidak pernah bisa berinteraksi semanis itu dengn ibunya. Karna hanya dengan kata-kata tajam dan sinis lah ibunya baru mau menanggapi ucapannya.

Hampir dua puluh menit Jessa selesai dengan persiapannya. Gaun bewarna biru dengan ekor panjang menjulang. Sudah melekat pas di tubuh ramping Jessa. Lengkap dengan make up tipis khasnya.

Dengan dituntun pelan oleh seorang wanita lebih muda darinya. Jessa tampak semakin pucat saat kaki mulusnya menyentuh pinggir pantai. Ada Raka di sana, terlihat sedang berbincang dengan seorang fotografer.

Tubuhnya semakin terasa menggigil saat kakinya mulai menyentuh dinginnya air laut. Membuat ia tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada lengan wanita itu.

"Jangan gugup, nona, tidak apa-apa. Hal seperti ini biasa dirasakan oleh wanita yang sedang dilanda bahagia." Ucap wanita itu menepuk pelan tangan Jessa, membuat Jessa memaksakan seulas senyum tipis di bibirnya. Untuk membalas ucapan wanita itu.

Seandainya wanita itu tau, bukan rasa gugup yang kini Jessa rasakan, melainkan rasa takut. Apa dia masih bisa tersenyum manis pada Jessa?

Jessa kian merasakan sesuatu yang terasa tidak nyaman di dadanya. Membuat keringat dingin mulai keluar di pelipisnya. Jika boleh memilih, lebih baik Jessa melakukan pemotretan di hutan atau kebun binatang dari pada di pinggir laut seperti ini.

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang