Rasa

881 82 12
                                    

Hallo, kembali di buku aku. Kali ini aku kembali dengan cerita Nanon Chimon. Semoga gak bosen ya.
Selamat membaca, jangan lupa buat vote dan komen ya, buat apresiasi penulis. Terimakasih, hope you enjoyed 🥰















 Terimakasih, hope you enjoyed 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














"Panggilan untuk siswa bernama Chimon Wachirawit dari kelas 11-4, di tunggu di ruang kesiswaan. Terimakasih."

Pengumuman yang berasal dari ruang kesiswaan tersebut menyebar luas ke seluruh penghujung sekolah.

Berita yang mana Chimon memukuli anak kelas 10 sudah sampai di telinga guru rupanya, maka dari itu pria berbadan kecil itu di panggil oleh kesiswaan, yang mungkin sudah bosan melihat wajahnya yang sering bolak-balik ruang kesiswaan.

"Gila, ini ke 5 kalinya dalam sebulan dia di panggil sama kesiswaan. Gue di panggil sekali waktu telat datang aja udah ketar-ketir pengen berak."

Kelas 11-1 sedang berkumpul di tengah jam pelajaran kosong, membicarakan yang di umumkan oleh Bu Kapook, guru kesiswaan.

"Kalau gue yang kaya begitu udah di depak dari sekolah ini," celetuk pria beralis tebal.

"Iya lah, Lo siapa? Bapak dia yang punya yayasan ini, bro! Jadi gak mungkin di keluarin," timpal gadis di sebelahnya.

Jam kosong kali ini malah di habiskan dengan bergosip tentang Chimon. Padahal, masih banyak tugas yang harus mereka kerjakan. Tapi, bergosip tetap nomer satu.

Di saat semua orang bergosip, berbeda dengan Nanon yang dari tadi sibuk mengerjakan soal yang di tugaskan. Pria yang berambisi untuk memenangkan juara kelas itu terus berkutat tanpa menghiraukan sekitarnya.

Tapi konsentrasi nya terganggu, saat telinga sebelah kirinya merasa sakit dan sangat panas. Nanon menggosok-gosok telinganya, sesekali ia tiup tiup tangan dan di tempelkan ke telinga.

"Udah 5 kali dalam sebulan ini telinga gue panas terus," monolog Nanon.

Merasa di ajak bicara, Pawat yang di sebelah Nanon langsung menjawab ucapan sabatnya itu.

"Udah berasa Chimon aja lu ya. Harusnya yang panas telinga tuh Chimon, karena sering di gibahin," celetuk Pawat.

Pria dengan lesung itu mendelik ke arah Pawat sebentar, kemudian fokus lagi pada soal-soalnya.

Sudah satu tahun lebih ini ia selalu merasakan sakit di sekujur tubuhnya, padahal ia tidak mendapat luka apa pun. Entah itu di bagian tangan, kaki, telinga, pipi dan lainnya.

Nanon sudah di periksa ke dokter pun, dokter tidak menemukan yang salah dalam badan Nanon. Badan Nanon sehat luar dalam. Beberapa kali ia bertanya pada orang tuanya, tapi orang tuanya malah tidak percaya.

"Woy ketua OSIS, lu di panggil sama Pak Arm!" seru Prom selaku sekertaris OSIS.

Nanon yang tadinya sibuk dengan tugas, langsung beranjak dari duduknya dan pergi ke ruang kepala sekolah, alias Pak Arm.

Tidak tahu apa penyebab Nanon di panggil Pak Arm. Mungkin, masalah olimpiade, atau perwakilan lomba lainnya.

Di sepanjang jalan, Nanon banyak yang menyapanya. Tentu saja itu para kaum hawa yang selalu kegenitan jika bertemu dengan Nanon. Ketua OSIS itu tentu saja menyapa balik dengan sangat ramah.

Sampainya di ruang kepala sekolah, ia masuk tak lupa dengan mengucapkan salam, dan mengetuk pintu.

Betapa terkejutnya Nanon, saat di dalam ruang kepala sekolah sudah ada pemilik yayasan, alias Ayah Chimon.

Nanon di persilahkan duduk oleh Pak Arm. "Nanon, ini Pak Jumpol, beliau mau ngobrol sama kamu," ujar Pak Arm.

Ketika Pak Jumpol mengajaknya salaman, Nanon langsung menelan ludahnya susah. Seolah ada bongkahan batu di dalam tenggorokannya.

Meskipun ia termasuk murid yang membanggakan sekolah, tapi baru kali ini ia berhadapan langsung dengan pemilik yayasan ini.

"Hallo Pak," sapa Nanon gugup.

Jumpol menepuk punggung Nanon. "Gak usah gugup," titah Jumpol.

Setelah itu Pak Arm meninggalkan Nanon dan Jumpol di dalam ruangan berdua. Karena Jumpol ingin berbicara serius dan empat mata dengan Nanon.

Selang beberapa menit, Nanon dan Jumpol keluar bersamaan dengan tawa yang di lontarkan keduanya.

Saat berjalan, mereka berpapasan dengan Chimon yang baru keluar dari ruang kesiswaan.

"Chi," panggil Jumpol.

Nanon menatap pria itu dengan tidak santai. Yang ada di pikiran Nanon kali ini tentang Chimon adalah, pria itu akan melengos pergi dan mengacuhkan sang ayah.

Ya begitulah, pemeran utama pria si anak kaya pemilik yayasan. Pasti sikapnya akan tidak sopan dengan orang tua. Seperti itu bayangan Nanon yang terlalu sering menonton drama.

Tapi kenyataannya, membuat Nanon sangat terkejut. Pasalnya, Chimon berjalan ke arah Jumpol dan mencium tangan sang ayah.

"Papi ngapain ke sini? Mau marahin Chi? Udah lah, Chi capek," keluh pria itu.

Jumpol langsung memeluk sang anak hangat. Nanon benar-benar terkejut.

"Siapa juga yang mau marahin kamu. Ayah ke sini ada urusan sama Nanon," jawab Jumpol.

Mata elang Chimon langsung menatap tajam Nanon yang ada di hadapannya. Chimon tahu siapa Nanon. Karena di sekolah ini, tidak ada yang tidak tahu pria tampan dengan prestasi yang begitu banyak, di tambah seorang ketua OSIS.

"Urusan apa?" tanya Chimon.

"Ada pokonya. Kamu mau pulang atau lanjut sekolah?" tanya Jumpol.

"Kata siapa mau sekolah, orang aku mau kabur. Papi pulang aja, Chi bakal pulang malam," katanya.

"Jangan bernatem lagi. Kamu gak capek di omongin orang-orang? Papi sih gak malu ya, Papi biasa aja. Tapi emang kamu kuat sama omongan tajam murid sini? Papi dengar beberapa loh Chi," ucap Jumpol.

Nanon masih tidak paham, kenapa Ayah Chimon begitu santai seperti ini. Kalau saja ia yang seperti ini, pasti ayahnya akan marah besar.

"Gak papa, toh mereka benci Chi karena Chi anak yang punya yayasan. Percuma berbuat baik juga, gak bakal di lihat. Bukan begitu?" tanya Chimon tiba-tiba pada Nanon.

"Hah?" Nanon malah celingukan.

"Papi Chi mau mabok dulu, dadah!" Dengan riang pria itu pergi meninggalkan ayahnya dan Nanon.

Jumpol terkekeh lalu melihat Nanon yang kebingungan.

"Kamu siap?" tanya Jumpol.

"Hah?" Sepertinya Nanon kali ini cosplay jadi tukang keong. Hah hah hah.

"Kamu siap kan, sama apa yang saya katakan di ruang Arm tadi?" tanya Jumpol memperjelas.

Nanon terlihat menghela nafas panjang dan berpikir.

"Boleh saya pikirkan dulu gak Pak? Soalnya, saya masih banyak pekerjaan lainnya," kata Nanon.

"Baiklah, saya kasih kamu waktu 2 Minggu ya, pikirkan yang baik, saya akan tepati kesepakatan kita!"

Jumpol langsung berpamitan pada Nanon dan pria itu masih terdiam membeku di tempat semula.








~ next chapter ~

Bertukar rasa {NAMON}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang