Rasa terancam

329 49 10
                                    

Hallo, maaf ya update nya lama. Bukan niat ingin menggoshting, tapi emang aku sibuk kerja akhir-akhir ini. Sekarang aku up deh. Selamat membaca, jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰










 Selamat membaca, jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









Besoknya, Nanon dan Chimon di pertemukan oleh takdir yang mempertemukan mereka di koridor sekolah. Awalnya Nanon ingin menghindari Chimon, tapi ia ingat, mulai hari ini dia sudah mulai menjadi pembimbing buat Chimon.

"Chi," panggil Nanon.

Chimon yang sudah berada di depan Nanon menghela nafas panjang, dan mempersiapkan diri untuk mengobrol dengan jarak dekat tanpa ada siapa pun hanya dirinya dan Nanon.

"Kenapa?"

Ia berhasil menyeting mode seperti biasa.

"Papi sama Kakak Lo udah bilang?" tanya Nanon.

Pria itu mengangguk. "Kenapa Lo harus setuju? Karena mimpi Lo?" tanya Chimon yang ingat Nanon ingin kuliah di luar negeri tanpa menyusahkan kedua orang tuanya.

"Gue udah terlanjur janji sama Kakak Lo. Janji harus di tepati, kalau gue gak terima, sama aja gue ingkar janji," jawab Nanon dengan wajah serius.

Chimon hanya menatap Nanon dengan bibir yang sudah mulai ber smirk.

"Ya udah," katanya ketus dan kembali berbalik.

"Sore kita mulai bimbingan, gue tunggu di perpus kota," cakap Nanon.

Chimon kembali berbalik. "Gak, gue sibuk," jawabnya.

"Ya udah, Lo bisanya kapan?"

"Udah di bilang gue sibuk. Gak ada waktu. Udah ah, gue mau ke kalas sebelum mood gue jelek dan mabal," cercanya dan melengos pergi tanpa pamit.

Nanon dengan cepat menyerobot di depan Chimon, dan menghalanginya untuk pergi. Ini tugas pertamanya, tidak boleh membiarkan Chimon pergi dan mabal.

Nanon harus memastikan Chimon masuk kelas dan belajar, agar tugasnya berhasil.

Tanpa bicara, Nanon menarik tangan Chimon dan menyeretnya dengan paksa ke area kelasnya. Di belakang, si pria kecil itu terus mengeluarkan kata-kata mutiaranya dengan seluruh lebih binatang di sebut.

"Anjing ya lu, udah di bilang gue mau mabal," protes Chimon yang berhasil menepis genggaman tangan Nanon yang begitu kuat.

Akibat genggaman Nanon itu, tangannya langsung merah.

"Gak ada kata mabal kali ini. Ingat, gue ketua OSIS sekaligus pembimbing lu, jadi lu gak bisa kabur dan melakukan hal yang buruk," cerca Nanon dengan mata yang menatap Chimon tajam.

Chimon mendengus kesal, lalu mengacak rambutnya frustrasi. Ia pikir, tidak akan seperti ini. Nyatanya, Nanon lebih posesif dari ayahnya.

"Ya udah, gue ke kelas. Lu gak usah narik-narik kaya gitu. Gue bisa ke kelas sendiri," ketusnya kemudian pergi ke kelas.

Bertukar rasa {NAMON}Where stories live. Discover now