Jadi... harus gimana?

345 53 7
                                    

Hai hai, balik lagi sama cerita ini. Selamat membaca, jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰













 Selamat membaca, jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









"Mami!" teriak Chimon begitu sang ibu dan sang ayah datang.

Chimon sudah seperti anak kecil yang baru di tinggal orang tua lama. Mild tertawa lalu mengelus rambut sang anak.

Bukan hanya Mild, Jumpol dan Mix tersenyum melihat tingkah Chimon yang mereka rindukan.

"Kenapa, sayang?" tanya Mild.

Chimon menyuruh semuanya duduk dan ia berdiri di depan mereka seperti ingin mengadakan pertunjukan. Chimon mulai mengambil nafas dalam, kemudian duduk di lantai dan menatap mereka bertiga secara bergantian.

"Kalian tahu tentang pertukaran rasa?" tanya Chimon serius.

Keseriusan Chimon malah membuat ketiga orang itu tertawa, tentu saja Chimon kesal. Jelas-jelas ia bertanya benar.

"Ihh... Kenapa kalian ketawa? Chi nanya serius!" tegas Chimon.

"Dek, kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?" tanya balik Mix.

"Jawab dulu!"

Mild dan Jumpol saling bertatapan, sepertinya anak bungsunya sedang dalam mode serius. Mild menyenggol lengan Jumpol agar ayah dua anak itu yang berbicara.

"Papi pernah denger tentang itu," jawab Jumpol.

Di setujui oleh Mild. Karena pada angkatan mereka hal itu pernah heboh pada masanya.

"Terus, cara buat mengembalikan ke tubuh semula gimana?" tanya Chimon.

"Papi gak tahu Chi, bukan Papi yang ngalamin itu," jawab Jumpol. "Lagian kamu kenapa nanyain itu?" lanjut Jumpol.

Chimon menghela nafas. Ia merebahkan tubuhnya di lantai kemudian menatap langit-langit.

"Kalian percaya gak sih, penyakit yang ada di tubuh Chi yang sudah menghilang ini, pindah ke tubuh Nanon. Chi seneng bisa bebas dari penyakit itu, tapi Chi gak mau orang lain menderita karena penyakit Chi, Nanon udah kesulitan selama ini," jelasnya masih menatap langit-langit rumahnya.

Mendengar ucapan Chimon barusan, ketiga orang di sana tentu saja terkejut, karena mendengar hal mustahil, tapi benar adanya. Mild beberapa hari kebelakang bertemu dengan Namtan dan berbicara tentang Nanon yang memiliki penyakit mendadak.

"Kalian pasti tahu cara buat balikin nya, kasihan Nanon," ucap Chimon menatap kedua orang tuanya.

"Kami bukan Tuhan, kami gak tahu caranya. Setahu kami, kamu harus saling dekat dan saling menguatkan satu sama lain. Jika itu tergoyah atau salah satu memiliki pacar, itu tidak akan bisa terjadi," jelas Mild.

Chimon terdiam. Apakah ia harus terus bersama Nanon? Masa iya mereka berdua harus pacaran?

"Mi, itu tandanya Chimon sama Nanon harus pacaran?" tanya Chimon.

Mix tertawa dan melempar bantal pada adiknya. "Heh, Mami gak ada bilang kalian harus pacaran ya, tapi kalau mau pacaran pun Kakak setuju," celetuk Mix tertawa. Sementara Chimon melempar balik bantalnya.

"Gak harus sih, asal kalian bisa mengatasi penyakit itu bersama. Ibaratnya, saat Nanon kambuh, kamu yang pasti udah tahu tentang penyakit itu harus bisa menenangkan Nanon dan menyemangati Nanon, biar perlahan-lahan penyakit itu hilang," jelas Mild yang katanya tidak tahu, tapi bisa menjelaskan dengan jelas.

"Kalau di antara Chi sama Nanon punya pacar, itu gak akan berhasil?" tanya Chimon.

Jumpol mengangguk. "Sama aja dengan mengkhianati satu sama lain," jelas Jumpol.

Setelah mengerti Chimon langsung pergi setelah pamitan pada orang tua dan Kakaknya. Entah ingin pergi kemana pria itu.








"Sumpah? Ayah sama Bunda juga tadi bilang kaya gitu," pekik Nanon setelah mendengar yang di ucapkan Chimon barusan.

Keduanya ketemuan di salah satu kafe yang tak jauh dari pusat kota. Karena malas ke rumah Nanon akhirnya Chimon memutuskan bertemu di kafe saja agar bisa ngobrol enak.

"Jadi?" tanya Chimon.

Nanon mengerutkan keningnya bingung. "Jadi apa?" tanya Nanon menyeruput lemon tea nya.

"Gak gak gak jadi," ketus Chimon kesal karena Nanon tidak mengerti.

Nanon hanya tertawa gemas. Baru kali ini Chimon merajuk, biasanya marah-marah terus.

"Ya kita jalani saja, gue janji gak bakal pacaran sama siapa pun. Gue mau penyakit kita sama-sama hilang," jelas Nanon.

"Habis penyakit hilang, kita kembali ke semula? Gak saling kenal?" tanya Chimon.

Tangan Chimon di tarik dan di elus oleh Nanon. "Tergantung. Kalau gue ada rasa sama Lo dan Lo ada rasa sama gue, ya kita jadian," ucap Nanon enteng.

Chimon menepis tangannya kemudian mendelik kesal. "Sembarangan kalau ngomong. Inget bego, Lo punya batang gue punya batang!" ingat Chimon.

"Ya gue tahu, kenapa kita gak main pedang-pedang an aja?" tanya Nanon menaikkan kedua alisnya.

"Makin ngaco aja ni anak. Udah ah, gue mau pulang," ketus Chimon.

"Tunggu dulu. Gimana, kalau kita tinggal bareng?" usul Nanon.

Mendengar usulan dari Nanon, Chimon tentu saja terkejut. Bagaimana mungkin?

"Sumpah, isi otak Lo random banget, gak ngerti."

"Serius Chi, kita nyari apartemen Deket sekolah aja. Biar kita bisa mendekatkan diri, jadi Lo bisa ngawasin gue 24 jam 7 hari, gimana?" tanya Nanon.

Chimon tampak berpikir, itu ide bagus sih, lebih cepat lebih baik bukan?

"Gue pikirin dulu, emang beli apartemen gampang segampang beli telor di warung apa? Bilang sama orang tua kita dulu lah," ucap Chimon.

"Baik tuan raja. Ya udah, kita balik rumah masing-masing aja," usul Nanon.

"Ya iya, masa iya lu mau balik ke Rahmatullah," ketus Chimon langsung pergi meninggalkan Nanon.

Nanon hanya tertawa gemas dan membayar terlebih dahulu sebelum pergi.









~ Next chapter ~










Gimana kali ini? Apakah menurut kalian Nanon sama Chimon melanggar peraturan atau tidak ya? Hayoo... Tebak

Makasih udah membaca jangan bosen ya❤️

Bertukar rasa {NAMON}Where stories live. Discover now