Rasa apa ini?

319 53 8
                                    

Hallo kembali lagi sama cerita ini. Maaf kalau tambah gak jelas atau apa, hope you enjoy to reading ❤️
Jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰











 Maaf kalau tambah gak jelas atau apa, hope you enjoy to reading ❤️Jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.













"Gue denger Lo abis kecelakaan, apa yang sakit?" tanya Frank meneliti dari ujung rambut hingga ujung kaki Chimon.

Si pemilik tubuh hanya menatap jengah Frank. Frank melongok Chimon ke rumahnya, karena pria itu belum bisa masuk sekolah. Padahal, Chimon baik-baik saja, hanya saja dokter berlebihan memberitahu orang tuanya, kalau Chimon harus banyak istirahat.

"Lo percaya gak sih, gue gak ngerasain apa-apa," tutur Chimon pada Frank.

Frank mengambil sepotong apel yang di sediakan oleh Mild.

"Enggak sih, masa iya Lo habis jatuh dari motor terus kata dokter harus istirahat pula," elak Frank.

Chimon berdiri dan menggerak-gerakan seluruh tubuhnya. Tapi memang iya, Chimon terlihat segar bugar saja.

"Chi, gue denger Nanon juga gak masuk sekolah sama kaya Lo," ucap Frank lagi.

Chimon terdiam lalu duduk kembali di ranjangnya. Padahal itu bukan urusan dia, tapi kenapa rasa ingin tahunya begitu besar. "Kenapa tu orang," sinis nya padahal ingin tahu.

"Gue dapet kabar dari Louis, kalau dia pingsan pas kuis Pak Singto. Gue juga gak tahu kenapa, tapi guru jaga UKS bilang dia kecapekan doang," jelas Frank panjang lebar.

Yang tadi kepo hanya ber oh ria saja, tanpa basa basi menanyakan apa-apa lagi.

"Eh bentar, kenapa Lo lapor ke gue kalau tu anak gak masuk anjir!" elaknya.

"Yakan lu anak bimbingannya, harus tahu dong, siapa tahu mau di jenguk gitu," canda Frank sambil menaikan alisnya.

"Apaan sih, mending lu cepetin makannya terus pulang, gue mau tidur," usir Chimon.

"Ya Tuhan, gue di usir. Mau istirahat apa mau jenguk Nanon," ledek Frank sambil membisikkan di telinga Chimon.

Chimon melempar bantal pada Frank. "Istirahat lah, dokter kan bilang kalau gue harus istirahat dengan cukup, udah sana ah, gue panggil satpam komplek juga nih!" ancamnya dengan wajah menggemaskan.

Frank terkekeh kemudian mengemasi barang-barangnya dan tak lupa membawa kue buatan Mild yang memang paling juara.


Setelah kepergian Frank, Chimon langsung berkemas dan pergi ke bawah. Di bawah ia bertemu dengan sang ibu yang sedang membersihkan sayuran sehabis ia beli dari pasar tadi pagi.

"Adek, mau ke mana?"

Setelah kecelakaan kemarin, orang tua dan Kakak Chimon jadi kembali over protective. Ia tidak mau kalau Chimon kenapa-kenapa lagi.

"Adek mau keluar bentar Mi," jawab Chimon.

"Iya, tapi Adek mau kemana? Jangan bohong sama Mami! Mami gak suka kamu bohongin ya!" ucap Mild.

Chimon menghela nafas lalu membisikan sesuatu pada Mild yang membuat Mild mengijinkan anak bungsunya pergi, tak lupa membawa beberapa kue yang selalu siap sedia.





Di perjalanan beberapa kali ia mengecek handphone memastikan agar alamat yang ia lihat itu benar. Sesampai di tempat tujuan, Chimon bingung apa yang harus ia lakukan.

Begitu ingin mengetuk dan memencet bel, tiba-tiba seorang wanita sepantaran ibunya muncul dari pintu masuk.

"Chimon, ya?" tanya wanita itu yang membuat Chimon terkejut.

Tentu saja, pasalnya ia belum memperkenalkan diri.

"Pasti mau jenguk Nanon, ayo Tante antar, dia lagi di kamar, pusingnya datang lagi," ucap wanita yang itu ternyata Ibu Nanon.

Chimon merutuki dirinya sendiri, kenapa ia harus pergi melongok Nanon. Padahal ia tidak ingin, tapi kaki dan hatinya tergerak untuk pergi ke rumah Nanon.

Sampai di kamar Nanon, Namtan meninggalkan Chimon dan menyuruh Chimon untuk masuk. Tapi ia malah diam di depan pintu, enggan untuk mengetuk atau membuka.

"Masuk aja, gak di kunci!" teriak Nanon menyuruh Chimon masuk.

Hari ini benar-benar membuat Chimon speechless kayanya keluarga Nanon punya indera ke enam deh. Soalnya selalu bisa menebak keberadaan Chimon.

Tanpa basa-basi Chimon masuk. Ia terpelongo melihat isi kamar Nanon yang benar-benar berantakan. Ia pikir, kamar ketua OSIS akan sangat bersih. Nyatanya, masih bersih dan rapi kamarnya.

"Ini kamar apa kapal pecah sih," tuturnya sambil membersihkan beberapa barang yang berserakan.

Nanon langsung bangkit dari tidurnya dengan niat ingin melarang Chimon, tapi pusing melandanya lagi, membuat Nanon meringis membuat Chimon panik dan meletakan barang di sembarang arah, kemudian pergi ke arah Nanon.

"Mending lu diem aja udah!" titah Chimon. "Gue yang kecelakaan, kenapa lu yang parahnya," lanjut Chon bergumam tapi masih di dengar Nanon.

"Hah, Lo kecelakaan? Apa yang sakit, ada yang luka, pendarahan, geger otak, patah tulang, gigi cop-" Chimon langsung menyumpal bibir Nanon dengan bibirnya kilas.

"Bisa diem gak? Lo mending pikirin kesehatan Lo dulu deh. Jangan protes! Gue mau beresin kapal pecah dulu. Lo istirahat aja!" titah Chimon dengan wajah yang memerah.

Dia yang berbuat, dia juga yang salah tingkah. Sementara Nanon ia mengusap bibirnya dengan senyuman secerah mungkin.

Chimon selesai membersihkan kamar Nanon, lalu duduk di kursi dekat ranjang Nanon. "Lu kesini mau jengukin gue atau jadi babu di rumah gue sih?" tanya Nanon sambil memberikan segelas air dingin yang sudah hampir tidak dingin, karena di siapkan Namtan dari tadi.

"Abisnya kamar Lo berantakan banget, gue tuh paling gak bisa liat kamar atau ruangan berantakan, bawaannya pengen beresin," celotehnya setah meneguk habis air putih tadi.

"Bagus, kita saling melengkapi," gumam Nanon samar di telinga Chimon.

"Lo kok bisa sakit gini, sih?"

"Gue juga gak tahu, udah satu tahun lebih ini, gue jadi sering sakit-sakitan, padahal sebelumnya gue gak punya penyakit apa pun kecuali asam lambung sama pilek pilek biasa gitu," jelas Nanon.

Chimon terdiam. "Jangan-jangan rasa kita ketuker lagi," ucap Chimon dengan wajah serius.

Nanon jadi terdiam menatap mata Chimon dalam. Apa benar? Ia jadi ingat apa yang ayah dan bunda nya katakan saat mengetahui apa yang ia alami.

"Hahahah, serius banget muka Lo! Percaya gitu sama omongan gue? Mana mungkin sih," lanjut Chimon tertawa terbahak-bahak.

Nanon masih terdiam. Jika benar, apa ia harus menjadikan Chimon sebagai pacar, agar penyakitnya bisa menghilang?








~ Next chapter ~

Bertukar rasa {NAMON}Where stories live. Discover now