Rasa Benci

386 61 15
                                    

Hope enjoyed. Jangan lupa vote sama komen ya, biar semangat nulisnya, semoga suka 🥰












 Jangan lupa vote sama komen ya, biar semangat nulisnya, semoga suka 🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
















Sementara itu Chimon pergi ke halaman belakang dan duduk di rumput sintetis dan menyandarkan punggungnya di pohon yang sudah lama berada di sana.

Tak lama kemudian, Frank menyusul Chimon dan ikut duduk di sana. Frank, adalah sahabat yang masih setia bersama Chimon sampai sekarang.

Sebenarnya banyak sahabat Chimon, hanya saja mereka pergi saat Chimon banyak masalah, dan hanya Frank yang bertahan, karena Frank tahu luar dalam Chimon.

"Lo gak bosen gini mulu?" tanya Frank.

Di sebelahnya pria itu tidak bergumam. Ia pun bingung, kenapa melakukan hal ini. Tapi, itu menurutnya menyenangkan. Di saat masa kecil sampai SMP ia tidak pernah menjadi nakal karena penyakitnya, dan tiba-tiba saja penyakitnya itu hilang, jadi ia mempunyai kesempatan untuk nakal dan melakukan semua hal yang belum ia lakukan.

"Gue justru seneng. Lo tahu sendiri Frank, gue gak pernah jadi bandel dulu, sekarang, waktunya gue bandel," ucapnya santai.

Frank menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya ia berpikir seperti itu.

"Tapi Lo ini anak pemilik yayasan, Mon!" tegur Frank.

"Justru itu Frank, mau gue baik pun mereka tetep berpandangan buruk sama gue udah deh," timpal Chimon kesal.

Tapi Frank ikut bingung kenapa sahabatnya itu tiba-tiba tidak merasakan lagi sakitnya.

"Lo ngerasa aneh gak sih, kenapa penyakit Lo gak kambuh lagi?" tanya Frank.

"Ya mungkin tu penyakit sialan udah kabur dari tubuh gue," jawab Chimon yang menghisap gulungan nikotin.

Kali ini Frank tidak ikut merokok, karena ini masih di lingkungan sekolah. Bisa-bisa kena razia petugas OSIS.

Dan benar, anggota OSIS sudah menghampiri mereka berdua.

Wajah Nanon terlihat lelah dengan sikap Chimon yang berulang kali kena tegur.

"Matiin gak?" tanya Nanon.

Chimon dan Frank bangkit dari duduk, lalu Chimon berdiri tegak di depan Nanon. "Apanya yang di matiin, elo?" ketus Chimon.

Untung saja ada Pawat yang sudah menarik ujung baju Nanon. Kalau tidak, Nanon akan menghabisi Chimon.

"Ini masih di kawasan sekolah, kalau Lo mau ngerokok, pulang aja sana!" titah Nanon.

Padahal niatnya agar Chimon mematikan dan membuang rokok. Tanpa di pikirkan pria itu berceletuk lain. "Ya udah, gue pulang aja," celetuknya yang ingin pergi tapi di tahan Nanon.

Bertukar rasa {NAMON}Where stories live. Discover now