Rasa saling terhubung

314 46 0
                                    

Hallo, aku update. Maaf lama ya, maaf juga kalau tambah ngaco dan gak sesuai ekspektasi 🙏
Hope you enjoy ❤️ jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰








 Maaf lama ya, maaf juga kalau tambah ngaco dan gak sesuai ekspektasi 🙏Hope you enjoy ❤️ jangan lupa vote sama komen ya biar semangat nulisnya semoga suka 🥰

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.











Besoknya, Nanon sudah terlebih dahulu datang ke kelas. Duduk menunggu seseorang yang sangat ia tunggu. Satu persatu murid datang tak lupa menyapa Nanon. Walau pun mereka sudah sekelas, tetap saja mereka sopan karena Nanfon ketua OSIS.

Kurang lima belas menit ke waktu masuk, akhirnya yang di tunggu Nanon datang. Chimon datang dengan wajah kusut seperti perlu di setrika.

Begitu mendapati Nanon yang sudah menatapnya dengan tatapan tajam, Chimon menghela nafas panjang dan menghembuskan malas.

Bukannya duduk di kursinya, Chimon malah balik badan dan meninggalkan kelas. Dengan cepat Nanon mengejar Chimon yang berlari dengan cepat menghindar dari Nanon.

Padahal sebentar lagi bel sekolah berbunyi, tapi keduanya malah berlarian menyusuri koridor. Murid yang berlalu lalang pun langsung menatap mereka dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Taman belakang. Akhirnya mereka berdua terdampar di taman belakang karena sudah tidak ada jalan lagi alias buntu.

"Kenapa Lo menghindar?" tanya Nanon yang sudah ada di depan Chimon.

Sementara Chimon mengatur nafasnya yang ngos-ngosan dengan punggung menempel di benteng.

"Ya gak papa," jawab Chimon.

"Lo kemarin bolos gara-gara balapan? Katanya Lo sakit," ujar Nanon.

Chimon menghela nafas panjang. Nafasnya sudah pulih sekarang. Ia menatap Nanon yang sedari tadi menatapnya.

"Bisa jangan ngurusin hidup gue gak sih? Gue mau bebas, gak di kekang sama Lo!" tegas Chimon kesal.

"Tapi Lo tanggung jawab gue. Gue udah janji bakal bimbing Lo!" jawab Nanon ikut tegas.

"Tapi bisa jangan campuri urusan gue? Lo seolah pacar gue yang posesif!"

Nanon diam. Apakah perlakuannya benar-benar seperti itu? Tapi Nanon tidak merasa kalau ia posesif pada Chimon.

"Tapi yang Lo lakuin itu salah! Bolos sekolah, melanggar aturan sekolah, itu salah Chimon!"

"Jadi, gue harus nurutin semua kata Lo?" tanya Chimon meremehkan.

Nanon mengangguk. "Oke, gue bakal nurut semua kata Lo," ucap Chimon membuat Nanon tersenyum. "Tapi, Lo harus bolehin gue pergi kali ini," lanjutnya.

"Tapi hari ini ada kuis dari Pak Singto," kata Nanon.

Chimon sudah melempar tasnya ke atas tebing. "Bodo amat, gue males sama Pak Singto. Gue sekarang mau ke area balap, pertandingan terakhir. Gue janji bakal nurutin semua kata Lo. Tapi Lo jangan protes, babay Nanon jelek!" pamitnya kemudian memanjat tebing dan menghilang.

Nanon menggelengkan kepala. Kenapa ia harus berurusan dengan pria keras kepala dan bandel itu? Menguras tenaga dan pikirannya.

Di dalam kelas, Nanon di tanya oleh beberapa murid tentang dimana Chimon. Dan Nanon bingung harus menjawab apa. "Chimon di UKS, perut dia melilit katanya, abis makan cabe sekilo," jawab Nanon lalu duduk di tempatnya.

Tak selang beberapa menit, Pak Singto masuk dan langsung memberikan pertanyaan untuk kuis hari ini.










Ketika sedang mengerjakan soal yang di berikan Pak Singto, kaki Nanon rasanya keram dan tidak dapat di gerakan. "Aww," rintih Nanon pelan.

Tidak ada yang mendengar rintihan Nanon. Mereka sangat fokus mengerjakan.

Jeramnya sudah mulai mereda, ia bisa kembali fokus pada soal. Tapi, kepalanya tiba-tiba pusing dan se isi kelas mendadak berputar.

Nanon memegangi kepalanya dengan kedua tangan, membuat Pak Singto menghampiri ke arahnya dan bertanya keadaan Nanon. Tapi pria lesung itu tidak menjawab karena terlalu pusing dan membuatnya lemas.

"Non, Nanon, kamu kenapa?" tanya Singto.

Tubuh Nanon yang tadinya duduk di kursi, tiba-tiba ambruk ke lantai membuat semua orang panik. Kelas di berhentikan sementara dan beberapa orang membawa Nanon ke UKS.

Tiba-tiba semua orang lupa kalau Chimon ada di UKS ya karena panik. Nanon di larikan ke UKS dan mendapat pertolongan pertama dari guru kesehatan yang bertugas.

"Kayanya dia cuma kecapekan," ujar sang guru jaga.

"Tapi kecapekan biasanya tidak akan seperti ini," timpal Singto.

"Tapi tidak ada gejala khusus di dalam tubuh Nanon. Tubuhnya baik-baik saja. Detak jantung, tekanan darah dan nafasnya normal," ujar si guru.

Akhirnya Singto dan murid yang membawa Nanon kembali ke kelas, membiarkan Nanon sendiri di temani guru jaga.

Sampai sekarang Nanon masih belum sadarkan diri.










"Dok, apakah anak saya tidak apa-apa?"

"Sepertinya anak bapak mengalami anemia atau kurang darah. Tekanan darah dia turun drastis. Bisa jadi, di sebabkan karena kurang tidur atau kecapekan," jelas dokter sambil melihat seorang pria berbaring di ranjang pasien.

Mata wanita pendek itu sendu melihat sang anak yang kembali terbaring di rumah sakit setelah sekian lama anak nya itu tidak bulak-balik rumah sakit.

"Tapi, dia baik-baik aja, kan, dok?"

"Dia akan baik-baik saja sementara dia harus di rawat dulu, kita mengupayakan segala hal agar anak bapak dan ibu kembali pulih," ucap sang dokter.

Sepasang suami istri itu mengangguk dan membiarkan dokter pergi dari ruangan.

Dering telepon menyadarkan seorang ibu tersebut.

"Hallo Kak?"

"Bun, Adek gimana? Kakak masih ada kelas gak bisa ke sana,"

"Adek udah di tangani sama dokter. Doain supaya Adek baik-baik aja. Kakak fokus aja sama kelas Kakak ya," ucap sang ibu.

Sambungan telepon terputus. Mild menatap Chimon yang belum juga membuka matanya.

"Pi, Adek bakal baik-baik aja, 'kan?" tanya Mild.

Jumpol mengangguk dan mengelus punggung Mild dan merangkul sang istri. "Kita berdoa aja Mi, Adek bakal baik-baik aja kok," ucap Jumpol meyakinkan.










"Non, lu gak papa?" tanya Pawat ketika sahabatnya terbangun dari pingsannya selama beberapa jam.

Nanon membenarkan posisinya menjadi duduk, lalu memegang kepalanya yang masih terasa pusing. "Gue di UKS ya?" tanyanya balik.

"Enggak, Lo di akhirat nih lagi ngantri di tanya sama malaikat Munkar Nakir," canda Drake yang langsung di cubit oleh Pawat.

Bisa-bisanya pria beralis tebal itu bergurau di saat seperti ini.

"Kata temen-temen di kelas Lo, Lo pingsan waktu ngerjain soal," jawab Pawat.

"Gue tadi tiba-tiba keram di kaki dan pusing. Kaya gempa bumi, gue kira emang gempa bumi, terus abis itu gue gak inget apa-apa," jelas Nanon.

"Mungkin Lo kecapekan Non, udah mending Lo pulang terus istirahat ya," kata Drake yang langsung menelepon Ayahnya Nanon.









~ Next Chapter ~

Bertukar rasa {NAMON}Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt