BAGIAN DUA

102 51 19
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Hijrah itu bukanlah untuk menyempurnakan diri, tetapi memperbaiki diri."

↭↭↭

"OH IYA, mau mondok dimana, La?" tanya Syauqina penasaran, membuka obrolan baru.

Syahla tampak berpikir. Mencoba mengingat hal-hal yang ibunya beri tahu kepadanya tadi.

"Namanya Syahla lupa." ucapnya sembari menyengir, menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ah, gimana sih." balas Syauqina malas.

Syahla memutar-mutar otaknya, mencoba mengingat sesuatu yang sulit baginya tuk dilontarkan dalam sebuah kata, padahal itu nama calon tahanan sucinya sendiri.

"Di Riya.."

"Riya.."

"Riyadhu... ttamima kalo gak salah." ucapnya ragu.

"Riyadhuttamami kali." samber Aulia.

"Eh, iya kali."

"Oh, pondok itu. Iya iya, Aul tau." ujar Aulia, menaik-turunkan kedua alisnya.

"Tumben-tumbenan kamu tau Ul." balas Zahra menatap Aulia aneh.

"Ih, itu kan pondok yang udah famous tau. Apalagi sekarang udah ada tiga cabangnya. Iya kan, La?" tanya Aulia melirik Syahla.

"Iya," jawab Syahla cepat.

"Kali."

"Ngomong-ngomong, kamu masuk ke cabang yang mana, yang putra atau-"

"Masa iya masuk ke cabang putra." potong Zahra, menatap intens Aulia, dia ingin sesuatu yang to the point, malas basa-basi.

"Iya bentar, aku belum lanjutin nih. Yang putra, atau putri, atau putra-putri?" lanjut Aulia kembali.

"Kata ibu Syahla, putra-putri." jawab Syahla.

"Wow! Itu mah cabang terbaru, kan? Pasti masih dikitan santrinya." Aulia mulai heboh. Tatapannya menuju atap kamar Syahla, pasti sedang membayangkan sesuatu.

Syahla tersenyum kaku.

"Serius yang putra-putri?" Aulia menjadi serius.

"I.. Iya, kenapa?" tanya Syahla heran.

"Enak dong, bisa nyuci mata. Apalagi dua puluh empat jam bisa ketemu terus. Awas lho, nanti banyak yang demen sama kamu, La. Atau mungkin, kamu yang banyak demen sama-"

"Aw!" pekik Aulia kesakitan karena bibirnya yang tiba-tiba saja dicubit oleh Zahra.

"Jaga mulutmu Aul." tajam Zahra yang dilanjut mengusap-usap tangan kirinya ke bajunya.

"Hadeuhh, keluar lagi bucinnya si Aul ini." Syauqina mulai pasrah. Walau mengerti sifat sosok Aulia ini ialah seorang bucin akut, namun ia tidak mau Syahla yang masih terbilang bau kencur ikut terjerumus.

Sementara itu Syahla tetap mematung dengan senyumannya yang tampak miris.

"Tenang aja, Syahla kita mah gak budak cinta kok, gak kayak si Aul, hobinya ngomongin cogan mulu." ujar Zahra.

"Hahaha, iya iya. Lala kita mah mana sempet mikirin hal yang kayak begituan. Lala kita kan masih toharoh, gak kayak si Aulia yang hobinya ngoleksi mantan mulu." tambah Syauqina, mendelik tajam pada Aulia.

"Hei Syahla, awas aja kamu kalo genit ke laki-laki disana." ancam Aulia menatap Syahla semakin serius. Jari telunjuknya mengarah tepat pada paras lugu Syahla.

NAHNUWhere stories live. Discover now