BAGIAN LIMA

75 42 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam surat Al-Insyirah tercantum
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan."

↭↭↭

"EH iya-iya, tunggu!"

↭↭↭

Ketika dalam perjalanan, Rusyda dan Syahla duduk di masing-masing tempat yang saling memojok. Mereka berdua tampak saling menjauh. Rusyda yang terduduk diujung bagian kursi dekat pintu masuk tepat dekat dengan kaca mobil belakang tampak tetap santai sembari memandang suasana luar lewat kaca jendela. Sedangkan Syahla duduk tepat dibelakang sopir terus sok cuek terhadap Rusyda, karena lama-kelamaan dirinya juga kesal akan tingkah Rusyda yang baginya sok dingin.

Rusyda sedikit terbelalak melihat keadaan diluar mobil. Ia melihat sesuatu yang berhasil membuatnya sedikit terkejut, refleks ia melirik Syahla yang tampak sibuk sendiri dengan ponselnya. Kemudian terlintas sebuah pikiran aneh dalam ingatan Rusyda.

"Dia bawa hape, tapi kenapa ngomongnya tersesat? Kenapa gak minta bantuan ke orang lain aja, aneh." cibirnya dalam hati.

"Astagfirullah." ucapnya terkejut melihat keadaan diluarnya kemudian ia pun bergeser sedikit ke kiri dan mengosongkan tempat disampingnya, yakni tempat yang ia duduki tadi.

"Ukhty." panggil Rusyda kepada Syahla. Namun Syahla tak menjawabnya, karena nyatanya ia tak merasa terpanggil.

"Ukhty." panggil Rusyda lagi, ia tampak sabar. Namun tetap saja, Syahla tak menggubrisnya.

"Cewek." panggil Rusyda dengan mengubah nama panggilan tersebut, walau sebenarnya ia tak nyaman dengan panggilan itu.

Akhirnya Syahla menoleh.

"Aku? Kenapa?"

"Pindah." ujar Rusyda tanpa menatap Syahla, karena ketika Syahla menoleh kepadanya ia segara menjaga tatapannya.

"Buat apa?" tanya Syahla.

"Pindah." ujar Rusyda lagi sembari menepuk tempat disebelahnya yang ia kosongkan untuk Syahla.

"Pindah? Emangnya kenapa? Nah, ketahuan. Mau deket-deket sama aku, ya? Kok disuruh pindah ke samping Rusyda sih?" balas Syahla pede.

"PINDAH!" bentak Rusyda kesal.

"Ah, iya!" refleks Syahla terbangun dan hendak menuruti apa perintah Rusyda.

"Tapi kenapa disuruh pindah?" tanya Syahla ketika ia sudah terduduk disamping lelaki dingin itu.

Rusyda tak menjawab, ia terus tak ada niat untuk berkontak mata dengan Syahla. Apalagi kini posisi mereka yang tak berjarak, dengan Syahla yang terduduk disampingnya.

Tiba-tiba saja angkutan umum yang mereka tumpangi terhenti, menandakan akan ada penumpang lain yang akan masuk.

Suara riuh gemuruh para gerombolan lelaki berandalan yang ternyata memasuki mobil tersebut terus terdengar dengan jelas, sangat bising.

Dan pada saat itu juga Rusyda segera melepaskan pecinya dan memasukkannya kedalam ranselnya. Untung saja tak ada yang melihatnya.

NAHNUWhere stories live. Discover now