BAGIAN SEMBILANBELAS

49 27 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
   
"Hati itu satu, jadi harus fokus dengan satu tujuan."

↭↭↭

     LIDYA menepuk dadanya kasar, napasnya tersengal-sengal, ia jengah dengan hal memalukan tadi. Jantungnya berdegup kencang, tak dipungkiri bahwa ini adalah suatu hal yang sangat baru untuknya. Jujur saja, ia tak pernah memusingkan perihal virus merah jambu, ia tak pernah jatuh cinta.

Kini ia berada di dalam area tempat wudhu perempuan, mencoba tuk mengambilnya namun berkali-kali gagal karena tingkah konyolnya. Ia terus tertawa renyah sendirian, bahkan setiap basuhannya selalu diiringi dengan cengengesan.

Kian berhasil, ia segera pergi keluar.

"ASTAGHFIRULLAHALADZIM!"

Bagaimana ia tak terkejut, tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapannya sesosok gadis seusianya tengah memelototinya, padahal keadaan disana saat itu tengah sepi, orang-orang beramai-ramai menunaikan ibadah shalat subuh di masjid.

"Nahwah rese!" refleks Lidya menjitak kepala gadis itu sebal. Gadis dihadapannya hanya meringis kesakitan.

"Kamu mah ngagetin aku aja, gak tau apa aku tuh orangnya penakut, se-badung-badungnya seorang Lidya, pasti punya kelemahan keleus! Karena tidak ada didunia ini seorangpun yang sempurna di mata Allah."

"Punten, teteh nyarios ka saha nya?" tanya Nahwah dengan mata yang berkedut.

("Maaf, teteh ngomong ke siapa ya?")

"Ke kamu canciii!"

Nahwah hanya ber-O ria, membuat Lidya semakin sebal kepadanya. Belum selesai mengeluarkan semua unek-uneknya, gadis itu baru saja sadar, melihat rupa Nahwah yang berbeda, ia menatap gadis itu intens.

"Kacamata kamu kemana?" tanyanya.

Bukannya menjawab, kedua mata Nahwah lekas berkaca-kaca. Yang benar saja, pertanyaan yang Lidya lontarkan berhasil membuatnya menangis.

Ya mungkin Lidya tidak akan paham, karena ia tidak berada di posisi Nahwah yang sudah menganggap kacamata itu sebagai separuh dari kehidupannya.

"Duh! Jangan nangis dong Awah, kan aku cuman nanya doang, gak niat buat ledek mata kamu jelek gara-gara gak pake kacamata kok," tutur Lidya mengusapi puncak kepala Nahwah lembut.

"Sumpah, gak kayak si cute girl."

Bukannya berhenti, tangisan gadis yang kehilangan dua matanya itu malah semakin menjadi-jadi. Bukan berarti ia kehilangan dua matanya, namun dapat diartikan seorang yang berkaca mata itu seringkali disebut-sebut sebagai bermata empat.

Jika kacamata tak dipakai, berarti sama seperti orang-orang pada umumnya, hanya bermata dua layaknya mereka yang bermata normal.

"Huaaa!" Nahwah mulai memecahkan tangisannya membuat Lidya semakin tersentak mendengar suara tangisan Nahwah yang merdi, merusak kamar mandi.

"Nahwah!" sahut seseorang yang berlari kecil menghampiri mereka.

Terlihat Syahla dengan raut wajah seperti orang kebingungan menghampiri ujung pintu masuk tempat itu.

"Ga-gak a-ada.." lirihnya dengan napas yang ngos-ngosan.

"Fix ini mah, diambil orang." ucapnya kemudian. Yakin dengan ucapan itu, Nahwah semakin membesarkan volume raungan tangisannya membuat mereka yang mendengarnya tak segan menutup telinga rapat-rapat.

"Berisik woy!" pekik mereka.

↭↭↭

Tak kunjung berangkat ke masjid, mereka bertiga malah asyik mengobrol singkat di ambang pintu masuk hammam itu, tak memedulikan toa masjid yang terus berkoar-koar dan menggema.

NAHNUWhere stories live. Discover now