BAGIAN DUAPULUHDUA

77 22 12
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
   

"Persahabatan bukanlah sebuah kesempatan, tapi merupakan tanggung jawab yang manis."

↭↭↭

     SYAHLA tersentak. Ucapan yang dilontarkan oleh sosok yang berdiri tepat dibelakangnya membuatnya terkejut bukan main. Bahkan ia dibuat berteriak histeris oleh orang itu.

"Udah jadi muslim, kok masih pake bahasa itu?" cibir sosok itu, tersenyum miring.

"Eh? Astagfirullah.." lirih Syahla cepat.

"Al-akh dari tadi ada-"

"Gue yang harusnya nanya sama lo, dari tadi lo ada disini?" tanya Rasyid serius, melipatkan kedua tangannya didepan dada.

Syahla terdiam, tidak mau berterus terang padahal mungkin Rasyid sudah mengetahui jawabannya lebih dulu.

"Lagi liatin siapa?" Rasyid menatap intens gadis itu.

"E.. Enggak." elak Syahla cepat.

"Jangan bohong, gue dari tadi ada disini mantau lo Syahla,"

"Lo senyum-senyum sendiri ngeliatin orang yang lagi di dalem aula,"

Rasanya Syahla ingin melesat sejauh mata memandang menuju Puncak Gunung Salak saat ini juga. Pertanyaan beruntun lelaki itu membuatnya bungkam seribu bahasa.

"Lo nggak suka sama adek gue kan?" tanya Rasyid dengan penuh penekanan.

Syahla merasakan pipinya mulai memanas, tangannya pun mengepal kuat, ia sangat malu.

Ingin berucap, namun bibirnya sangat terasa kaku. Apa boleh buat, ia berhasil terciduk oleh calon kakak ipar impiannya.

"Syahla," sahut Rasyid.

"Ah, anu.. Ana duluan, ya. Lupa harus minta tanda tangan guru, permisi."

Segera gadis itu menghilang dari pandangan Rasyid yang menatapnya nanar.

"Syahla, lo udah ngedatengin hantu lagi di pikiran gue,"

"Tapi kali ini rasanya beda,"

"Bikin gue mau timpuk aja tuh hantu!" geram Rasyid meninju dinding aula kasar.

↭↭↭

Didalam aula berada, Rusyda tetap asyik dengan permainan solonya. Ia terus melakukan dribbling dan shooting bolanya sendirian. Namun siapa sangka, ia sangat menyukai hal ini. Ya, memang tabiatnya dia sangat suka dengan ketenangan.

Bola memantul ke dinding, melesat ke arah Rasyid yang tengah menghampiri Rusyda.

Grep!

Tentu dengan handal ia menangkap bola itu cepat.

"Disaat yang lain pada sibuk mintain my signature, lo malah usro disini." ujar Rasyid melemparkan bola kepada adiknya.

Rusyda hanya terkekeh pelan. Entah apa yang memenuhi otak kakaknya sampe bisa sepede ini. Perlahan Rasyid menghampiri Rusyda yang sudah memegang bola dan hendak melakukan shooting bola kembali.

"Da." sahut Rasyid.

"Hm?"

"Gue curiga sama seseorang,"

NAHNUWhere stories live. Discover now