BAGIAN SEBELAS

68 33 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Yang Rasul takutkan kepada umatnya adalah suka menuruti hawa nafsu dan panjang angan-angan."

↭↭↭
   
 

        SEMENTARA itu, Rusyda, Rasyid, Naufal dan Haidar yang memang sudah lama sekawan empat jasad beda pandangan itu berkumpul di perpustakaan, membersihkan serta membongkar pasang kembali susunan barang-barang di perpustakaan, terutama perihal buku.

Tunggu, terkecuali si member keempat, Haidar Khairul Anwar, yang tak kunjung terlihat batang hidungnya sejak tadi.

"Widih, banyak buku yang bisa dibawa pulang ini mah euy!" seru Naufal dengan logat Sundanya saeutik, kedua matanya menyapu sebagian buku-buku yang tersusun rapih di rak.

"Kutu rambut, ini tuh fasilitas pondok, jangan asal bawa pulang aja, lo." cibir Rasyid kalem. Meraih beberapa sapu dan membaginya pada kawan-kawannya.

"Nih, buruan kerja."

Semuanya mengangguk. Saling membagi tugas dan mengerjakannya dengan serempak, mendambakan hasil yang maksimal.

"Kalo gue udah nikah nanti, gue pengen nyediain perpustakaan khusus di kamar gue sama istri gue." celetuk Naufal, merapihkan buku-buku yang berserakan kembali ke tempat semula.

"Mending kalo istri lo juga kutu buku kayak lo, kalo enggak, gimana?" ujar Rasyid ngomen lagi.

"Ya biarin, buat gue aja." balas Naufal menampilkan deretan gigi putihnya.

"Itu kan kamar punya berdua, ya ada hak istrinya juga lah." samber Rasyid lagi, sibuk menyapu bersih lantai.

"Tapi calon istri gue mah kutu buku." Naufal memandang langit-langit perpustakaan, suatu hal terlintas di pikiran tanpa diminta.

Dia mikirin masa depannya bakal kayak gimana nanti.

Rasyid kerap melirik Naufal dengan serius, mencoba berpikir keras tentang haluan Naufal itu.

Sedang, Rusyda terbungkam. Memilih untuk diam, daripada ikut membahas sesuatu yang belum pasti, apalagi perihal 'Masa Depan', ngehalu dulu pastinya.

Rusyda menyibukkan diri dengan tugasnya, mengepel lantai yang sudah Rasyid sapu bersih.

"Emangnya siapa calon lo?" tanya Rasyid menatap Naufal tidak suka.

"Nazifa, ya?" tebaknya dengan nada suaranya yang terdengar serius.

"Ya enggaklah!" sangkal Naufal dengan tawa kecilnya.

"Terus siapa? Setahu gue, Nazifa yang kebangetan ama kutu rambut mah," Rasyid berpikir sejenak.

"Kutu buku, Cit. Jangan malu-maluin negara dong."

"Beda, ya?"

"Ya iyalah!"

Ceklek!

"Assalamualaikum!" sahut Haidar berlari kecil masuk kedalam, berhasil membuyarkan lamunan yang lain.

"Waalaikumsalam."

"Kemana aja lo? Orang udah pada dapet pahala, lo doang yang belum." celetuk Rasyid mengada-ada.

"Pahala apa?"

"Pahala gibah." akhirnya Rusyda ikut menyumbangkan suara.

"Emang ada?" tanya Haidar heran.

Bukannya menjawab, Rusyda justru pergi ke kamar mandi di dalam perpustakaan, mencuci bersih kain pel-nya yang sudah dinodai.

"Dasar anget. " ledek Haidar, untung Rusyda tak mendengarnya.

NAHNUDär berättelser lever. Upptäck nu