BAGIAN DUAPULUH

49 25 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
 
Niat mencari ilmu itu ada empat :
1) Mencari Ridho Allah
2) Menghilangkan kebodohan
3) Mendapat pahala akhirat
4) Menghidup-hidupkan agama

↭↭↭

      SUARA mikrofon menggema, seusai berdiri dan mengecek suara, Rustam menyesuaikan volumenya dan menyampaikan sepatah dua patah kata setelahnya. Semua pasang telinga yang mendengar menyimaknya dengan baik.

Rustam menyampaikan secuil info tentang beberapa orang yang sukses menarik perhatian publik disana.

"Oke, jadi mereka ini adalah calon guru-guru yang akan mengajar di kelas pengajian Rittam. Kebanyakan dari mereka itu pengabdian yang sudah mengabdi 1 sampai 2 tahun disini, dan sisanya alumni Rittam 1 dan 2,"

"Insyaallah mereka akan siap tuk menjadi guru-guru ngaji kita semua."

Terdengar suara hembusan napas gusar beberapa kali disana, mungkin itu diciptakan oleh para santri yang tak berniat untuk mengaji. Sungguh, mungkin mereka lupa tujuan dimasukkan ke penjara suci untuk apa.

"Eits, harus tetap semangat ya! Jangan letoy cuman karena guru-gurunya udah siap buat sharing ilmu sama kalian, harusnya seneng dong! Jangan bikin orang lain heran, mau dibikin pintar kok gak mau," celetuk Rustam menanggapi hal yang mengganjal tadi.

"Al-akh Rustam kelewatan peka, tapi kurang bener sikonnya." bisik Lidya.

"Ih jangan gitu, udah dengerin aja." balas Syahla pelan.

Setelah Rustam memaparkan sedikit tentang mereka, kini mereka kerap memperkenalkan diri masing-masing secara singkat. Untuk lebih jelasnya, perkenalan secara lebih jauh akan dilakukan di kelas masing-masing nanti. Dan akan pula terpampang daftar guru dan pelajaran masing-masing di mading.

"Untuk pembagian kelas akan diumumkan setelah anak baru kelas 7 maupun 10 telah mengikuti tes,"

"Dan diberitahukan untuk semua anak baru, harap mengikuti pengetesan di sore hari ini. Semangat!"

Dengan begitu entengnya Rustam menuturkan itu, tak sadar telah membuat raut mereka yang merasa terpanggil berubah menjadi gelisah, mungkin karena pengetesan dadakan itu.

Syahla meneguk salivanya susah payah, ia sadar diri bahwa pemahamannya terhadap ilmu agama sangat minim, jika dilakukan tes dadakan seperti ini, baginya persiapan sederhana pun mungkin masih sulit dan masih menantang sekali untuknya.

"Duh, yang bener aja, tes-nya sore ini!" gerutu Lidya, sebal sendirian. Syahla hanya tersenyum, walau tak yakin dengan kemampuannya tapi tak ada salahnya tuk mencoba dan berusaha.

↭↭↭

Selaras dengan rutinitas sehari-hari, di pagi hari semua santri sudah bersiap-siap tuk melaksanakan piket masing-masing kemudian mereka mempersiapkan diri untuk menunaikan shalat duha. Setelah itu, waktu yang diberi hanya sekitar 10 menit tuk siap-siap mengikuti acara Ta'aruf Weeks.

Tett! Tett! Tett! ~

Bel berdering tiga kali lamanya, membuat semua santri yang akan mengikuti kegiatan panik. Mereka yang sedang bersiap-siap kian berlari sekuat tenaga menuju lokasi, aula Rittam. Bukan karena apa-apa, tapi konsekuensinya adalah hukuman siap melanda bagi mereka yang terlambat.

Terlihat di depan aula, sudah stand by para ketua kelompok, hanya tinggal mengumpulkan anak-anak buahnya di tiap kelompok saja semua selesai.

NAHNUWhere stories live. Discover now