BAGIAN TUJUHBELAS

57 32 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Hati-hati itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari Syaitan."

↭↭↭

SEMUA orang dibuat takjub hebat melihat tingkah langka dari seorang Rusyda, ternyata dia sangat agresif dalam hal seperti ini. Karena lazimnya, memanjat pohon itu habit seorang anak yang ber-notabene bandel. Jika hal itu ada diposisi Rusyda, semua orang yang melihatnya pasti tidak percaya, ternyata seorang Rusyda juga punya sisi kenakalan dari segi tingkah laku, itulah yang mereka pikirkan.

"Da, beneran. Gue salut ama lo, udah pro aja jadi tarzan lo." celetuk Haidar dari bawah, yang diajak bicara tak menggubrisnya, tetap fokus memotongi beberapa daun kelapa yang dijangkaunya.

"Ajarin gue dong entar, pengen manjat Menara Eiffel." Naufal refleks mengetok kepala Haidar, membuat korban sedikit merintih kesakitan dan memelototi dirinya cepat.

Naufal dibuat kesal, jika tidak diberi punishment, anak itu bakal semakin ngaco.

"Bisa diem ga lo, gak kuatir apa ama si Uda, bisi gebis." ujar Naufal membalas memelototi Haidar tajam.

Sedangkan dua gadis yang sedang bersama mereka hanya bisa melongok memperhatikan Rusyda dari bawah.

"Cakepnya." lirih Balqis yang tak henti-hentinya terus tersenyum memperhatikan perjuangan Rusyda yang ingin menjadi relawan untuk banyak kelompok Ta'aruf nanti.

"Dih, Balqis, ngedip! Mata kamu bisa kemasukan lalat loh." Nazifa menyikut lengan gadis itu pelan, membuat Balqis terperanjat kaget namun tetap memasang senyuman kagumnya.

"Apasi Zif, ga etis banget. Biasanya orang yang ngangah yang kemasukan lalat mah, bukan orang yang melotot,"

"Tuh, liat aja yang ono." Balqis menunjuk Haidar yang tengah mengukir bulatan 'O' ria pada mulutnya, tak kunjung tertutup.

Untung tidak ada hewan yang silaturahim masuk kedalamnya.

Sontak mereka yang berada disana tertawa kecil, melihat Haidar yang terus membuka mulutnya lebar tanpa disadari. Mungkin terlalu takjub melihat tarzan pemula.

"Dar, ngalir juga." ujar Naufal berhasil menyadarkan temannya. Haidar yang baru setengah sadar langsung mengelap sekitar mulutnya lahap, untung salivanya tidak menetes dan turun kebawah membasahi tanah.

"Jijik banget!" serempak para gadis merasa ilfeel melihat fenomena itu.

"Apa!? Kayak yang gak pernah bikin pulau dibantal aja kalian!" gerutu Haidar.

"Eh, Balqis. Gue mah heran ama lo, giliran si Uda aja yang naik, kok kamu gak nawar sih. Tadi aja giliran gue, serba salah mulu." ketusnya, menatap gadis yang diajak bicaranya sebal. Namun gadis itu hanya menyengir saja.

"Nyengir lo."

Dugg!

Rusyda melompat kecil dari jarak yang sekiranya dapat dicapainya tuk bisa menginjak tanah. Dengan sempat-sempatnya ia membersihkan lengan bajunya yang sedikit kotor akibat pohon yang dipanjatnya tadi.

"Eh, Rusyda. Udah? Mana?" tanya Balqis menghampiri Rusyda. Tak ada jawaban dari lelaki itu, hanya saja Rusyda mendelik pada sampingnya.

NAHNUWhere stories live. Discover now