BAGIAN TIGABELAS

79 33 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Disetiap hal yang dilakukan, itu tak terlepas dari Af'alullah."

↭↭↭
 

      PELAKSANAAN sholat subuh berjama'ah telah dilaksanakan. Para santri keluar, meninggalkan masjid. Dengan aturan setelah ini semua santri kerap tuk mengambil kitab Tafsir Jalalain, sebagai siraman qolbu pada waktu dini hari, bersama Kiyai Haji Khalid, selaku pimpinan pondok, bukan Mamah Dedeh seperti di acara TV.

Para santri serempak membaca do'a beserta kalimah thayyibah.

بسم الله الرحمن الرحيم

لااله الاالله لاموجودالا الله

“Di sini, saat ini, aku adalah hasil ketetapan Allah.”

لا اله الا الله لا معبود الا الله

“Pada ketetapan yang ini, aku mengabdi kepada Allah.”

لا اله الا الله لا مطلوب الا الله

“Perbuatan apapun dilakukan karena perintah Allah.”

لا اله الا الله لا مقصود الا الله

“Perbuatan itu dilakukan karena mengharap ridha Alah.”

بسم الله توكلنا على الله

“Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal, menyerahkan segalanya kepada Allah.”

لا حول ولا قوة الا بالله

“Tiada daya untuk melaksanakan ketaatan, dan tiada kekuatan untuk menjauhi kemaksiatan, kecuali karena pertolongan Allah.”

استغفر الله العظيم واتوب اليه
   
Dilanjutkan dengan pembacaan doa yang cukup panjang dan sangat asing bagi telinga Syahla.

Wajar, Syahla adalah pendatang baru agama Islam, masih perlu banyak yang ia cari tahu tentang agama barunya ini.

Gak langsung ketangkep dan hapal, yang penting udah tahu dulu aja.

Itu yang ia pikirkan soal do'a yang tengah teman-teman barunya bacakan saat ini.

Setelahnya, semua santri membuka kitab masing-masing dan melogatnya secara seksama.

Mulut Syahla hanya bisa terbulat 'O' ria, takjub melihat santri-santri lama yang tangkas dalam menulis logat diatas kitab kuning.

Terlihat tersusun dan sangat rapih, Syahla ingin seperti mereka.

Seusai menulis logat yang di pimpin oleh Kiyai Khalid, semuanya turut membacakan hasil logatannya serempak, santri yang terpilih beberapa diantara mereka dipinta untuk membacakan hasil logatnya oleh Kiyai.

Biasanya Kiyai hanya meminta satu atau dua orang saja untuk membacakan hasil logat yang sudah ditulis tadi, gunanya untuk para santri yang tadi tertinggal bisa memperbaikinya kembali.

Dan santri yang terpilih bukan sembarang orang, biasanya yang sudah dipercaya baik dalam hal melogat, yang sudah lancar ataupun baik dalam penulisannya.

Setelah itu, barulah Kiyai memaparkan penjelasan tentang ayat yang di logat tadi. Menjelaskan secara merinci dengan bahasa yang mudah dipahami, diharapkan para santri bisa mengerti kandungan ayatnya.

↭↭↭

Pengajian selesai, semua santri kembali ke kamarnya masing-masing.

NAHNUWhere stories live. Discover now