BAGIAN TIGA

88 48 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ilmu diatas ilmu adalah adab."

↭↭↭

"YA ALLAH, siapa lagi coba ini teh?" Tiara pun mengangkat teleponnya.

"Halo, assalamualaikum."

"Bos?." batin Tiara mulai tidak enak, mendengar suara disebrang sana, pikirnya pasti akan terjadi sesuatu hal dadakan yang tak terduga.

"Iya, waalaikumsalam pak Hendra."

"Permisi bu Tiara, bisa kamu datang ke kantor sekarang?"

"Ma.. Maaf pak, bukannya sekarang saya cuti?"

"Iya, tadinya cuti, tapi sekarang ada urusan dadakan di kantor, dan saya butuh kamu. Ada beberapa klien dari Jakarta datang ke kantor."

"Maaf pak, bukannya kliennya datang lusa?"

"Ya kan tadi saya sudah bilang, ini DADAKAN."

"Maaf pak." Tiara meneguk salivanya susah payah.

"Ya udah, cepat datang ke kantor, ya."

"Tapi pak, saya tidak bisa."

"Kenapa?"

"Saya harus antar anak saya ke pondok."

"Huh, gimana sih. Tapi ini lebih urgent. Pokoknya saya gak mau tau, secepatnya kamu datang ke sini, kalo tidak, kamu saya pecat.

Blam!

"Astagfirullah.." lirih Tiara lemah. Pikirannya sudah kosong terlebih dahulu.

"Ya Allah, aku harus bagaimana?" Tiara terdiam, bingung akan apa yang harus ia perbuat. Yang ia pikirkan saat ini ialah nasib putrinya yang harus pergi sendirian atau pekerjaannya yang tidak bisa ia tinggalkan.

"Bu, Syahla udah denger semuanya." ujar Syahla, membuat Tiara terkejut.

"Kok? Emangnya kamu denger apa yang ibu omongin?"

"Kan loud speaker." jawab Syahla enteng.

"Huh, ibu bingung nak."

"Ibu pergi aja, Syahla bisa kok berangkat sendiri. Syahla bisa jaga diri sendiri." ucap Syahla meyakinkan ibunya.

"Tapi ini itu untuk pertama kalinya kamu ke pondok, masa ibu gak antar."

"Kita tunda jadi besok-"

"Gak apa, pekerjaan ibu lebih penting. Kan ibu bekerja untuk mencari nafkah untuk Syahla juga, biar bisa biayain Syahla pondok. Kalo ibu dipecat, nanti biaya Syahla mondok gimana? Bener kan bu?" potong Syahla tersenyum tulus menatap ibunya yang masih terihat gelisah.

"Ibu percaya sama Syahla, Syahla bakal baik-baik aja kok." tambahnya, menggenggam tangan Tiara hangat.

Tiara terdiam dan terus berpikir. Karena jika dipikir-pikir, apa yang dikatakan Syahla ada benarnya juga.

NAHNUWhere stories live. Discover now