Chapter 3 - Be Mine

119 16 1
                                    

“What?!!!!! Bapak gila ya, mau saya jadi simpanan bapak?!” bentakku sambil langsung berdiri dan pergi dari tempat itu.

Tidak ada untungnya terus berlama-lama dengan si tua bangkai seperti dirinya. Dirinya akan semakin merajalela jika aku terus meladeni omong kosongnya. Mending aku pergi dari tempat sebelum aku mati terkena stroke akibat tidak bisa menahan emosiku pada dirinya. 

“Bicara apa kamu ini? Aku menginginkanmu untuk bekerja untukku bukan untuk menjadi simpananku. Telinga itu dipakai jangan dianggurin saja.” balasnya tidak kalah menohok membuatku berbalik dan menatapnya sinis.

“Telinga saya masih bagus tidak sama kaya mulut bapak yang perlu untuk diganti karena seperti sampah.” hinaku tanpa menyortir sedikitpun ucapanku pada dirinya. Sudah tidak tersisa lagi rasa sungkan dalam diriku. Jika aku diberikan kesempatan, aku ingin sekali menonjok dirinya biar sadar diri.

“Itu mulut apa cabai? Kenapa pedas sekali ucapanmu pada diriku? Kau tidak takut aku menarik kembali tawaran yang sudah kuberikan pada dirimu.” sindirnya sambil menyeringai.

“Saya hanya akan baik pada orang yang bisa menghargai saya.” paparku singkat sembari memalingkan wajahku darinya.

“Memangnya aku kurang baik apa dengan dirimu?” sanggahnya pura-pura tidak tahu lantas membuatku semakin muak dengan sikap arogannya. Bisa bisanya ada orang yang dilahirkan seperti ini. Sepertinya Tuhan salah memasukkan ramuan saat membuatnya. 

“Bapak sangat baik. Sangat baik hingga rasanya saya ingin sekali untuk memukul muka bapak.” sarkasku. 

“Apabila aku jahat, aku sudah akan mengusirmu dari gedung ini saat kau membuat kericuhan di bawah. Aku juga pastikan kau tidak akan menerima kerja ataupun magang di perusahaan manapun. Aku punya cukup kuasa untuk itu.”

“Iya, bapak yang terhormat. Sudah selesai memamerkan kekuasaan anda? Kalau begitu saya permisi.” pamitku sambil berjalan terus meninggalkannya. 

“Aku belum memberikanmu izin untuk keluar dari sini, Fio.”

“Bagaimana bisa……” ucapku kebingungan saat dirinya bisa tahu siapa namaku. 

“Fiorella Augustine Jeztee. Seorang mahasiswa tingkat akhir yang telah ditolak 10 kali dari lamaran magangnya. Salah satu mahasiswa berprestasi di New York University.” bebernya sambil membaca seluruh informasi tentang diriku. 

“Bapak menguntit saya?!” tuduhku dengan raut wajah marah. Dia benar-benar menguji kesabaranku. 

Aku kemari untuk melamar menjadi karyawan magang bukan untuk mengetes seberapa sabarnya diriku untuk menangani orang menyebalkan. Kenapa aku dipertemukan dengan boss semenjengkelkan seperti dirinya. Dia bahkan tidak ada niatan untuk mempekerjakanku pada posisi yang normal. 

“Kamu pikir aku ada waktu untuk menguntitmu? Aku Ryan Alvaro, pemilik dari Axcell Company. Aku tentu punya banyak bawahan yang bisa kusuruh untuk mencari tentangmu dan mereka bisa mendapatkannya hanya dalam hitungan detik. Jangan berpikir terlalu tinggi apabila informasi tentangmu akan sesusah seperti mencari informasi Spy FBI.” cemoohnya sambil menyesap kopi yang ada di depannya. Dengan gayanya yang santai dirinya menatapku dengan begitu angkuh yang semakin mengusikku. Kurasa apapun yang dia lakukan sekarang tidak ada yang benar dimataku. 

“Untuk apa bapak mempunyai semua informasi tentang saya. Tidak ada untungnya juga karena saya hanyalah mahasiswa biasa yang tidak punya rahasia apa-apa.”

“Karena aku membutuhkan informasi itu untuk membuat kesepakatan dengan dirimu.” 

“Kesepakatan?” tanyaku tidak mengerti. 
Kesepakatan apalagi? Aku sungguh tak tertarik dengan pembicaraan apapun yang ingin dia mulai. Semua omongan yang keluar dari mulutnya terasa seperti polusi bagi telingaku. Yang ingin kumusnahkan dan kuhindari sebisa mungkin.

Sweetest Fall Where stories live. Discover now