Chapter 14 - Julid Day

42 11 0
                                    

“Puji terus dirinya! Dan lihatlah nanti bagaimana dirinya menghancurkan hatimu!” hardiknya. 

Marvin tentu bukan orang sejahat itu-kan? Keyakinanku serasa tergoyah saat melihat keteguhan Pak Ryan untuk mengatakan bahwa Marvin bukanlah lelaki yang baik-baik. Selama ini memang dia adalah orang yang baik dan perhatian tetapi aku tidak tahu dirinya tulus melakukan hal itu atau dirinya punya maksud lain. Tapi perkataan Pak Ryan juga bukannya tidak ada bukti? 

Mungkin saja dia hanya mengatakan itu untuk membuatku aku mencurigai Marvin. Aku tidak bisa sembarangan mempercayai perkataan orang bila aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Yang bisa kupercaya saat ini hanyalah hatiku. Dan hatiku berkata untuk mempercayai Marvin. 

“Saya disini tidak sedang mencari masalah dengan Pak Ryan dan bermaksud untuk mengembalikan barang yang bukan milik saya. Apapun yang bapak katakan tentang Marvin, saya hanya akan mempercayai apa yang saya lihat dan dengar. Dan jika bapak berkata bahwa Marvin adalah lelaki brengsek. Bukankah perkataan itu seharusnya dikatakan pada anda? Seseorang yang mengejar adik dari pacarnya sendiri dan menipunya dengan mengatakan bahwa dia mencintainya. Terdengar sangat dramatis ya kisah percintaan ini.” sarkasku mengingat ucapan Kak Bella pagi tadi. 

Benar juga, aku seharusnya tidak mempercayai begitu saja omongan dari Pak Ryan. Dia juga memakai tipu muslihatnya untuk menggodaku, bukan? Dengan ucapan manis cintanya, perlakuan dirinya posesif, siapapun yang melihat tentunya mengira dia benar-benar menjadi budak cintaku. Untung saja aku tidak termakan godaannya. Tampaknya dia menggunakan cara ini untuk memikat semua wanita. 

“Sebegitu percayanya kau kepada Marvin sampai menuduhku yang tidak-tidak, Fio? Dimana akal sehatmu?! Jika aku tidak mencintaimu, kau sudah dipecat dari perusahaan ini sejak lama. Aku mencintaimu hingga aku rela menurunkan harga diriku demi mengemis cinta untukmu. Dan kau mengatakan bahwa aku menipumu demi untuk membela pacar sialanmu itu! Jangan main-main dengan saya, Fio. Jika aku tidak bisa memilikimu, lebih baik aku sendiri yang menghancurkanmu dan memusnahkanmu dari hadapanku.” ancamnya. 

“Bapak mau membunuh saya? Atau masa depan saya? Terserah! Itu tidak akan mengubah perasaan saya pada bapak. Yang saya katakan ini fakta. Bapak pacaran dengan Kak Bella-kan? Model papan atas yang beberapa kali sepertinya tertangkap kamera sedang berduaan dengan seorang lelaki. Lelaki itu bapak, kan? Tidak usah berkelit karena Kak Bella sendiri yang mengakui hal itu.” tantangku. 

“Kamu bicara apa-sih, Fio? Perlu dengan apa lagi aku menunjukkan perasaanku pada dirimu? Harus sampai aku berlututkah agar kau mau mempertimbangkan sedikit perasaanku? Aku dan kakakmu tidak ada hubungan apa-apa. Dia memang beberapa kali mencoba menggodaku tetapi aku tidak mengindahkannya. Dan lelaki dalam foto itu bukan aku. Aku hanya bertemu dengannya beberapa kali untuk urusan pekerjaan. Jika dia menganggapnya aku pacarnya, maka yang halu itu dia bukan aku yang sengaja untuk mengelabui dirimu.” bela dirinya. 

Pertamanya aku tidak percaya dengan ucapan dari Pak Ryan namun saat aku melihat dari sorot matanya aku tahu, dia tidak berbohong. Naluriku berkata bahwa semua yang dikatakan Pak Ryan itu benar. Aku termakan omongan Kak Bella untuk kesekian kali. Selama ini dia selalu mampu memutarbalikkan fakta agar aku yang disalahkan bukan tidak mungkin jika dirinya melakukan semua ini karena rasa sukanya pada Pak Ryan bertepuk sebelah tangan. 

“Maaf, pak. Saya sudah menuduh anda yang tidak-tidak.” sesalku. 

“Its okay. Tidak peduli apapun yang kau katakan pada diriku, perasaanku tetap sama. Aku mencintaimu dan setiap harinya perasaan itu semakin muncul. Kau boleh mengatakan ini obsesi ataupun rasa ingin mendominasi tapi satu hal yang pasti aku menginginkanmu menjadi milikku.” tekannya untuk sekian kali. 

“Kalau begitu maukah bapak membuktikannya kepada saya?” tanyaku yang langsung mendapat anggukkan darinya.

“Saya ingin bapak mengembalikan semua situasi ini seperti sedia kala dan mulailah dari awal. Saya tahu tidak ada alasan kuat bagi bapak membuat klarifikasi atau semacamnya, tetapi saya tidak mau memulai segala sesuatu dengan keterpaksaan dan saya ingin bapak tidak bersikap posesif seperti sekarang ini.” tuturku singkat. 

Sweetest Fall Où les histoires vivent. Découvrez maintenant