Chapter 5 - Bantuan Tak Terduga

85 13 0
                                    

“Apa benar anda Fiorella, sekertaris baru dari Pak Ryan?” tanya salah satu pegawai perempuan. 

“Benar, saya Fiorella.” jawabku. 

“Perkenalkan, aku Helen, aku staff admin yang akan membantumu menjelaskan terkait tanggung jawabmu di perusahaan ini.” katanya.

“Salam kenal, Helen.” ujarku sopan sambil mengulurkan tangan. 

“Salam kenal juga, aku harap kita bisa berteman baik ya kedepannya.” ungkapnya sembari membalas uluran tanganku. 

“Tentu dong.” sahutku antusias.

“Sekarang aku jelaskan tanggung jawabmu selama kamu bekerja di perusahaan ini.Tugasmu sebenarnya cukup mudah, kamu cukup aturkan jadwal meeting dari Pak Ryan, mempersiapkan segala keperluannya, membuat notulensi dan yang terpenting kamu harus menemani dirinya jika bertemu dengan klien. Aku harap kamu tidak masalah untuk bekerja diluar office hours karena kebanyakan meeting dengan klien dilakukan di jam yang tidak tentu. Sama satu hal, pastikan hp-mu untuk selalu nyala, berdering dan jangan pernah terlambat.” urainya. 

“Kenapa harus seperti itu?” protesku bingung. 

“Karena Pak Ryan paling tidak suka orang yang terlambat, maka dari itu kamu harus masuk jam 08.00 sedangkan karyawan lain jam 08.30 untuk menghindari keterlambatan. Dan Pak Ryan juga tidak suka apabila sekretarisnya tidak ada saat dirinya membutuhkan hal itulah yang membuat hp-mu harus selalu nyala 24/7.” terangnya. 

“Apakah aku boleh bertanya sesuatu pada dirimu?” celetukku. 

“Silahkan, apa yang ingin kamu tanyakan?” balasnya balik. 

“Aku pernah mendengar rumor bahwa sekretaris dari Pak Ryan semua tidak ada yang bertahan lama. Apa aku boleh tahu alasannya?” beberku berhati-hati. 
Rasa penasaranku ini seakan terlalu susah untuk kutahan hingga membuatku tak kuasa untuk menahan mulutku melontarkan pertanyaan ini.

Ucapan dari Chelsea dan Alice seakan terus terngiang-ngiang di benakku dan hal itu tentu sangat menggangguku karena aku takut akan bernasib sama dengan sekretaris-sekretaris Pak Ryan yang lainnya. Setidaknya dengan aku mengetahui alasan pemecatan mereka, aku bisa melakukan tindakan preventif agar aku bisa bertahan sampai masa kontrakku habis.

“Itu karena…….” belum sempat Helen menjawab hingga selesai seketika Pak Ryan sudah muncul dan memanggilku. 

“Apa dia sudah mengerti tugasnya?” sela Pak Ryan pada Helen. 

“Sudah, pak.” jawab Helen sopan. 

“Kalau begitu kamu bisa kembali bekerja, dan kamu. Ikut saya ke ruangan.” tegasnya. 
“Baik pak.” ucap kami berdua. 

“Semangat, semoga berhasil.” bisik Helen di telingaku sebelum berjalan pergi. 

Dengan rasa gugup karena hari ini adalah hari pertama diriku bekerja, aku mengikuti langkahnya dari belakang dan menutup pintu ruangannya saat kami sudah berada di dalam. Akupun lalu bertanya apakah dirinya membutuhkan sesuatu atau tidak. 

“Kamu lihat jadwal hari ini dan pastikan tidak ada meeting dari jam 5. Apabila ada maka reschedule meeting itu.” perintahnya.
 
“Baik pak, ada lagi yang bisa saya bantu?” tuturku singkat. 

“Bawakan aku kopi dan malam ini kamu temani aku untuk bertemu seseorang.” titahnya. 

“Hah?! Bukankah kata bapak tidak ada meeting malam ini? Kenapa saya harus menemani bapak?” balasku bingung. 

Saat aku menyadari aku seperti mempertanyakan perintahnya, akupun dengan segera menutup mulutku. Aku sepertinya harus belajar untuk menjaga omonganku. Sekarang orang yang dihadapanku adalah atasanku. Aku tentu tidak bisa sembarangan mengucapkan semua kata-kata yang terlintas di pikiranku. Bisa saja dengan alasan ini, Pak Ryan menjadi memecatku. Bukankah dia adalah orang yang arogan? Kesalahan sekecil apapun bisa saja dipermasalahkan olehnya. 

Sweetest Fall Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz