Chapter 13 - Skandal

46 11 0
                                    

Saat aku baru saja melangkahkan ke dalam gedung itu, semua tiba-tiba berbalik ke arahku dan mengerumuni aku layaknya seorang kriminal yang berhasil ditangkap. Aku tak menyangka kejadian kemarin akan berakibat seperti ini dimana aku dikelilingi oleh orang-orang yang tidak segan-segan mengambil fotoku dan bertanya berbagai pertanyaan terkait hubunganku dan Pak Ryan.

Aku hanya bisa diam tak berkutik sedikitpun sedangkan karyawan yang lain seperti memandang remeh diriku tanpa berusaha untuk membantuku. Seketika itupun aku mulai merasa pusing dan satupun suara tak lagi mampu untuk menembus indera pendengaranku. 
Aku benar-benar panik dan tidak tahu harus berbuat apa sampai aku merasakan ada menarikku dalam pelukannya sambil berkata apa yang sedang mereka lakukan dan mengusirnya.

Dirinya-pun membantuku untuk keluar dari kerumunan itu meskipun masih terus diberikan pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang itu. Sesampainya kita di dalam lift, aku masih cukup tertegun tak mampu untuk mengucapkan sedikit kata-pun. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Hanya itu yang ada dalam pikiranku.

Aku bahkan tidak sedang bermesraan saat itu dengan Pak Ryan namun mengapa muncul rumor diantara kita berdua seperti sekarang?

“Kamu baik-baik saja?” 

“Oh! Aku baik-baik saja.” jawabku setelah sekian lama. 

“Kamu pasti terkejut, kan? Maaf tadi aku terlambat membantumu.” balasnya. 

“Ini semua diluar perkiraan kita, Vin. Aku hanya cukup panik karena baru pertama kalinya aku diliput seperti itu.” ujarku mencoba untuk tenang dan menyikapi semua ini dengan pikiran yang dingin. 

Lift tiba-tiba berbunyi ting dan ternyata dia mengarahkan kita ke rooftop kantor yang terlihat sepi. Dia-pun menyakinkanku bahwa tidak akan ada orang disekitar sini karena yang mengetahui tempat ini hanya beberapa orang saja. Aku dengan berhati-hati kemudian melangkah keluar dan duduk dibangku dekat railing balkon. 

“Kurasa alangkah lebih baik jika kau menenangkan dirimu sebelum kau kembali bekerja. Mukamu terlihat sangat pucat sekarang. Apa kau mau aku belikan makanan atau minuman?” tawarnya yang langsung kutolak karena aku tak ingin merepotkannya. 

Sambil menatap ke arah langit aku berkata, “Aku hanya tidak tahu saja bagaimana nantinya aku harus menyikapi masalah ini. Tentu semua karyawan sudah mendengar tentang berita ini dan tidak segan untuk menggosip di belakangku.”

“Kau tidak perlu khawatir, aku yakin Pak Ryan akan mampu menyelesaikan masalah ini dengan cukup mudah. Lagipula rumor hanyalah kabar burung yang akan menghilang dengan cepat.” tukasnya. 

“Bagaimana jika nantinya dia tidak ingin turun tangan? Aku rasa Pak Ryan akan diuntungkan dengan kejadian seperti ini. Dengan namanya naik, saham perusahaan juga akan naik dan tentu membawa keuntungan bagi dirinya.” ungkapku berandai-andai. 

“Kalau begitu kau bisa membuat klarifikasi ke media dengan mengatakan bahwa kau tidak ada hubungan apa-apa dengan beliau.” 

“Apalah daya omongan dari orang kecil sepertiku, Vin. Tidak akan yang mendengar ataupun menganggapnya serius.” lirihku sedih.

Ting… Ting… Ting….. Nada dering dari smartphone-ku tiba-tiba berbunyi sangat keras. Akupun lalu mengangkat telepon itu dan berkata, “Kenapa Alice? Ada masalah apa kau menelponku pagi-pagi?” 

“Aku barusan membaca berita dan katanya kau sudah ada hubungan khusus dengan bos di kantormu. Apa itu benar? Kau sama sekali tidak cerita pada kami, Fio.”

“Tidak usah menambah minyak dalam api, okay? Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Saat itu aku dibohongi dan diminta untuk menemaninya bertemu dengan klien dan aku tidak menyangka bakal menjadi seperti ini.” dalihku yang langsung mendapatkan tertawaan dari mereka.

Sweetest Fall Where stories live. Discover now