Bagian 2

988 121 3
                                    

Bagian 2 tadi kelewatan. Salah upload  tadi. Ini udah di benerin.

*****

“Halo lagi Zhan.”

Hampir saja Xiao Zhan terlonjak dan menjatuhkan pot tanaman yang sedang dipegangnya. Dia menoleh dan ternganga melihat Yibo berdiri di sana, di pintu masuk rumah kacanya.

Lelaki itu masih tampak tidak cocok karena dia masih memakai jas hitam yang elegan dan menempel pas ditubuhnya, seolah dijahit khusus untuknya.

Apa yang dilakukan pria itu di sini?

“Aku tadi di depan dan menemui.... kekasihmu dan dia bilang aku bisa menemuimu di sini. Ada tawaran bisnis yang ingin kutawarkan kepadamu.”

“Andrew bukan kekasihku.” Xiao Zhan langsung membetulkan kata-kata Yibo, membuat lelaki itu mengangkat alisnya penuh arti,

“Dan kalau masalah penawaran bisnis, anda bisa membicarakan dengan Andrew.” Itu memang betul, kalau menyangkut tender dan sebagainya semua diatur oleh Andrew, Xiao Zhan hanya bertugas sesuai dengan hasratnya, menyediakan tanaman yang indah dan berkualitas, menikmati setiap saat yang bisa dihabiskannya di rumah kaca ini.

“Aku sudah membicarakan draft awal kesepakatan bisnis dengan Andrew, tetapi aku tetap ingin menemuimu. Karena kata Andrew kalau menyangkut tanaman kau yang paling ahli.”

“Boleh saja, anda ingin membahas tanaman apa?”

“Bisakah kita membicarakan sambil makan malam? Makan malam informal saja, kau dan aku membicarakan secara santai tentang bisnis kita dan pemilihan makanan.”

Pada akhirnya Xiao Zhan menerima tawaran itu, dan tidak disangka pertemuan itu membawa mereka ke pertemuan-pertemuan berikutnya yang membuat mereka berdua semakin dekat.

***

“Aku sangat senang menghabiskan waktu denganmu.”

Yibo menatap Xiao Zhan dengan lembut, ketika mereka makan malam bersama di akhir pekan.

Sudah hampir tiga bulan mereka berhubungan, sejak pembicaraan masalah bisnis yang berlanjut dengan tender kontrak selama lima tahun dari seluruh cabang perusahaan Yibo.

Dimana seluruh dekorasi kantor mereka dan taman mereka di pasok oleh rumah kaca Xiao Zhan, mereka menjadi sangat dekat.

Bisa dikatakan hampir setiap hari sepulang kerja, selarut apapun Yibo selalu mampir dan kemudian mereka makan malam bersama. Mereka sangat cocok dalam semua pembicaraan, baik menyangkut hal-hal serius seperti masalah politik negara ini, sampai ke hal santai seperti film dan musik.

Setiap saat mereka bersama sangat menyenangkan dan terasa begitu cepat. Ketika mereka berpisah, Xiao Zhan sudah langsung merindukan saat pertemuan mereka selanjutnya.

Semula Xiao Zhan tidak pernah berpikir bahwa Yibo memiliki perasaan lebih kepadanya, dia mengira Yibo benar-benar tertarik kepada tanaman hasil rumah kacanya dan kesepakatan bisnis mereka. Tetapi kemudian Andrew menggodanya, mengatakan bahwa kalau Xiao Zhan tertarik dengan kesepakatan bisnis, dia bisa saja mengirim salah satu pegawai atau sekertarisnya untuk mengaturnya, tidak usah datang sendiri, apalagi sampai mengajak Xiao Zhan makan malam hampir setiap hari.

Sekarang sudah tiga bulan mereka berkenalan, dan mereka sudah sangat dekat dan mengenal satu sama lain.

Seperti halnya Xiao Zhan, Yibo juga sudah tidak mempunyai ayah.

Tetapi ibu Xiao Zhan meninggal karena sakit, enam bulan yang lalu, sedangkan Yibo masih memiliki seorang ibu yang katanya tinggal di pinggiran kota di rumah besar milik keluarga mereka.

Yibo sendiri memiliki sebuah rumah di kompleks mewah di tengah kota.

Malam ini, entah kenapa Yibo tampak misterius, lelaki itu banyak berdiam diri dan tidak penuh canda seperti biasanya.

Dan ketika mereka sampai di rumah makan, Yibo telah mengatur sebuah makan malam resmi yang mewah, tidak seperti makan malam santai yang biasanya mereka lakukan setiap malam.

Dan sekarang lelaki itu menatap dirinya dengan tatapan mata serius dan penuh harap. Suaranya ketika berkata-kata terdengar serak dan lembut.

“Aku mencintaimu Zhan, kau mungkin tidak percaya cinta pada pandangan pertama, tetapi aku merasakannya. Semakin lama kita melewatkan waktu bersama, aku semakin merasa yakin. Aku ingin menjagamu Zha , aku ingin menghabiskan hidupku denganmu, menjadi tua bersamamu.”

Lelaki itu mengeluarkan kotak hitam dari saku jasnya dan kemudian membukanya di depan Xiao Zhan yang ternganga kaget,

“Xiao Zhan, aku mencintaimu, maukah kau memberiku kehormatan dengan menikahiku?”

Mata Xiao Zhan membelalak kaget melihat cincin berlian yang berkilauan itu. Dia mengalihkan tatapan matanya ke arah Yibo, melihat keseriusan yang terpancar di sana.

“Astaga Yibo, apakah kau serius?”

Yibo menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lembut,

“Aku mencintaimu, Zhan.”

“Tetapi kita.... kita belum saling mengenal lama...”

“Tidak perlu waktu lama untuk mengenali cinta sejatimu.” Jawab Yibo mantap,

“Kalau kau menerima lamaran ini, kau akan membuatku menjadi pria paling bahagia di dunia.”

Xiao Zhan menelan ludah, perasaannya bergejolak, dia juga mencintai Yibo tentu saja, kebersamaan mereka telah menumbuhkan benih-benih cinta yang makin lama makin kuat, dan lamaran Yibo ini benar-benar membuat dirinya sungguh bahagia.

Tiba-tiba matanya terasa panas, air mata bahagia berdesakan menyeruak di sudut matanya, Xiao Zhan menelan ludahnya lalu menghela napas panjang, mengambil keputusan terpenting dalam kehidupannya,

“Ya. Yibo... aku mau menikah denganmu. Tapi, aku punya rahasia yang hanya diketahui olehku dan keluarga Andrew.”

Lelaki itu memejamkan matanya dengan penuh kelegaan, lalu mengecup jemari Xiao Zhan lembut,

“Terima kasih Zhan, dan apa rahasia itu?” Bisik Yibo serak.

“Aku....aku male pregnant.”

Yibo terkejut. Sangat. Bagaimana mungkin?

“Kau male pregnant? Artinya kau bisa melahirkan seorang bayi?” Tanya Yibo dengan pandangan yang sulit di artikan.

“Y..Ya, Yibo.” Xiao Zhan menunduk, tidak berani menatap Yibo.

“Hei, lihat aku Zhan.” Xiao Zhan mendongakkan kepalanya, menatap mata tajam itu. Ada kilatan aneh disana. Tetapi kemudian, Xiao Zhan bernapas lega karena lelaki itu tidak memperdulikan kondisinya.

***

Perempuan itu duduk di kursi roda, dengan mata kosong, dalam kegelapan kamar yang temaram. Suasana kamar itu lengang, dan mewah. Lalu pintu terbuka dan seorang lelaki memasuki kamar, dengan lembut lelaki itu berlutut di depan kursi roda perempuan itu. Dan dengan lelah meletakkan kepalanya di pangkuan si perempuan, memejamkan matanya dan tidak mengucapkan apa-apa.

Jemari perempuan itu bergerak, membelai kepala lelaki itu, meskipun matanya tetap kosong menatap ke depan.

Suasana begitu sakral dan syahdu.... suasana kedekatan yang agung dan penuh kasih sayang.

Pembunuh CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang