Epilog

1.7K 154 11
                                    

Yibo mengetuk pintu kamarnya dan masuk, duduk di sebelahnya,

“Jadi. Apakah kau akan pindah ke kamarku?” tanyanya pelan.

Xiao Zhan menoleh ke arah Yibo, lalu tersenyum simpul,

“Bukankah kau dulu mengusirku dari sana?”

Yibo mengangkat bahunya, tampak malu,

"Maafkan aku... itu memang memalukan kalau diingat lagi.” Yibo menghela napas panjang,

“Tidurlah bersamaku di kamar, jadilah isteriku yang sesungguhnya.”

Kata-kata Yibo yang penuh arti itu membuat pipi Xiao Zhan memerah. Dia berdehem, berusaha menetralkan jantungnya yang berdebar.

“Aku akan memikirkannya.” Gumamnya menggoda.

Yibo cemberut, lelaki itu menarik Xiao Zhan supaya duduk di sebelahnya dan memeluknya,

“Kalau kau tidak mau pindah ke
kamarku, aku yang akan pindah ke kamarmu.”

“Kau mau melakukannya?” Xiao Zhan membelalakkan mata tak percaya akan sikap mengalah Yibo, membuat Yibo tertawa,

“Tentu saja aku mau melakukannya, aku ingin tidur sekamar dengan isteriku.”

Xiao Zhan tersenyum malu-malu, “Aku juga ingin tidur sekamar denganmu.”

Yibo langsung mengecup bibir Xiao Zhan dengan lembut,

“Terimakasih sudah membuatku merasa begitu bahagia, Zhan.”

Xiao Zhan membiarkan Yibo merangkulnya dengan erat, tiba- tiba pikirannya melayang ke arah Cheng Xiao dan Andrew. Hari ini sudah hampir seminggu sejak insiden itu berlangsung dan Yibo tampaknya menghindar untuk membicarakannya, tetapi Xiao Zhan
sangat ingin tahu... dia mencemaskan Andrew dan Cheng Xiao.

“Cheng Xiao baik-baik saja, psikiater sudah merawatnya, rupanya di hari-hari tertentu, Andrew mengunjunginya dan menanamkan dendam di benaknya. Kau tahu, sejak percobaan bunuh diri itu, emosi Cheng Xiao labil karena otaknya terganggu.”

“Dia tidak bisa disalahkan atas semua ini.” Yibo menghela napas panjang, “Ya, dia tidak bisa disalahkan karena dia bahkan susah mengetahui mana yang
benar dan mana yang salah dengan kondisinya sekarang... kamilah yang salah karena kami punya pikiran dan akal sehat, tetapi kami malahan dibutakan oleh dendam dan kebencian membabi buta.” Yibo tersenyum sedih,

“Aku bahkan masih merasa malu kalau teringat betapa saat itu aku dikuasai
dendam dan mengabaikan rasa cintaku kepadamu.”

Xiao Zhan tersenyum lembut dan menatap Yibo sungguh- sungguh,

“Kau tidak perlu minta maaf Yibo, aku sungguh- sungguh mengerti. Kau hanyalah seorang kakak yang sangat
mencintai adiknya.” Xiao Zhan langsung memikirkan Andrew,

“Begitupun Andrew, dia hanya terlalu mencintai Cheng Xiao.”

“Mencintai hingga lebih buta dari yang buta itu sendiri.” Yibo menghela napas dengan sedih,

“Andrew tetap harus berurusan dengan polisi Zhan, aku sudah mengatakan bahwa aku tidak menuntutnya, aku hanya meminta jaminan supaya dia
menjauh dari Cheng Xiao, dan juga darimu...tetapi pistol yang dia miliki dibeli secara ilegal... aku tidak bisa menolongnya dalam hal ini Zhan.”

Xiao Zhan teringat dia memeluk ibu Andrew yang menangis dan meminta maaf kepadanya, ibu Andrew sungguh tidak tahu apa yang ada di benak Andrew, dia juga sama terkejutnya dan
tidak menyangka bahwa Andrew menyimpan rencana keji di benaknya, dia memohon kepada Xiao Zhan supaya membantu Andrew, Xiao Zhan sudah menyampaikan hal itu kepada Yibo dan
meskipun pada awalnya keberatan, Yibo akhirnya luluh dan menyetujuinya. Dia memutuskan tidak akan menuntut Andrew. Xiao Zhan sendiri masih tidak berani menemui Andrew, tatapan penuh kebencian Andrew kepadanya dulu itu masih membuatnya sedih dan bingung. Dia masih belum siap menghadapi Andrew, mungkin nanti di lain kesempatan, ketika Andrew sudah menyadari semuanya, dan Xiao Zhan sudah siap menemui lelaki itu.

Kecupan Yibo di dahinya membuat Xiao Zhan tersadar, dia mendongak dan tersenyum kepada suaminya,

“Bagaimana kabar kesayangan cilik kita?” tanya Yibo lembut, menunduk dan
mengusap perut Xiao Zhan dengan sayang,

“Menurutmu kapan dia menendang-nendang.”

“Dia sudah menendang-nendang beberapa malam yang lalu, kau melewatkannya karena tidak ada disampingku kalau
malam.” Jawab Xiao Zhan dengan menggoda.

Yibo mengerutkan keningnya tampak kecewa, “Kau benar-benar harus pindah ke kamarku, atau aku yang
kekamarmu, aku tidak mau tidur terpisah lagi.” Kali ini suaranya tegas dan memaksa.

Xiao Zhab terkekeh mendengar nada arogan dalam suara Yibo, membuat Yibo tersenyum malu. Lelaki itu menghela napas panjang,

“Kuharap kau mau mendampingiku yang arogan, pemarah, kadang suka mengatur-atur. Jika aku bersikap buruk
kuharap kau mau bersabar dan menungguku menyadari kesalahanku. Meskipun aku berjanji aku tidak akan bersikap buruk kepadamu, tidak akan pernah.”

Xiao Zhan tersenyum, “Aku percaya, Yibo... kau mencintaiku, sebesar aku mencintaimu. Aku percaya bahwa cinta akan mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik. Saling melengkapi dan menyayangi satu sama lain. Aku percaya bahwa hidup kita akan berlalu dengan bahagia.”

Yibo menghela napas panjang, tampak terharu, matanya menghangat dan penuh cinta

.“Terimakasih Zhan. Aku bersumpah akan menjaga cinta dan kepercayaanmu.”

Senyum Xiao Zhan terkembang, bahagia. Dia yakin jika mereka jujur dan tidak saling menyimpan rahasia, mereka bisa
membangun kepercayaan dalam pernikahan, dan menjalani semuanya dengan ujung yang membahagiakan.




End

Pembunuh CahayaWhere stories live. Discover now