Bagian 13

912 118 1
                                    

Hampir dua bulan berlalu, dan pernikahan itu terasa semakin dingin hingga membuat menggigil, Yibo hampir tidak pernah pulang ke rumah. Xiao Zhan bahkan hampir tidak pernah bertemu dengan suaminya.

Xiao Zhan amat sangat merindukan rumah kacanya, dia sudah berusaha menunggu supaya suasana hati Yibo baik dan kemudian dia bisa membahas tentang rumah kaca itu lagi. Tetapi suasana hati Yibo tampaknya tidak pernah baik. Dalam pertemuan singkat mereka di kala sarapan pagi, kalau Yibo
sedang tidur di rumah, lelaki itu selalu memasag tampang cemberut yang tidak menyenangkan.

Xiao Zhan beberapa kali tergoda untuk kabur ke rumah kacanya, apalagi Andrew yang selalu meneleponnya setiap malam dan menghiburnya menceritakan bahwa beberapa varietas bunga yang mereka kembangkan telah mekar dengan wanginya dan begitu indah warnanya.

Xiao Zhan rindu berada di sana, amat sangat merindu sampai ingin menangis setiap dia berusaha menahan dorongannya untuk pergi dari rumah ini. Para pegawai rumah ini mengawasinya, Xiao Zhan tahu pasti. Mereka tidak akan segan-segan mengangkat telepon dan Memberitahu Yibo kalau dia sekali saja melewati gerbang itu dengan sembrono.

Lagi pula gerbang itu dijaga dua pegawai Yibo yang sudah pasti tidak akan membiarkannya keluar, kalau dia tidak memakai mobil dan sopir yang disediakan oleh Yibo. Mobil dan supir itu sama saja, Yibo pasti sudah menginstruksikannya untuk selalu mengawasi Xiao Zhan.

Xiao Zhan hanya bisa keluar kalau dia berbelanja ke supermarket atau ke tempat-tempat umum, dengan supir itu
terus mengikuti dan mengawasinya. Dia sama saja terpenjara di balik pagar rumah yang mewah ini.

Pagi itu, Yibo sedang sarapan dengan wajah dinginnya seperti biasa. Xiao Zhan dengan langkah pelan, berusaha
memberanikan diri mendekatinya. Mereka sudah jarang sekali berbicara akhir-akhir ini. Setelah pesta itu, Yibo bisa dikatakan hampir mengabaikan Xiao Zhan. Kalaupun mereka bercakap-cakap
itu hanyalah berupa kalimat-kalimat singkat yang ketus dari Yibo.

"Aku ingin ke rumah kaca." Xiao Zhan segera berkata ketika melihat Yibo sudah menyelesaikan makannya. Yibo mengelap mulutnya dengan serbet dan menatap Xiao Zhan dengan dingin,

"Bukankah aku sudah bilang kau tidak boleh mengunjungi rumah kaca itu lagi?"

"Tapi itu bisnisku, usaha yang aku bangun dari awal, dan rumah kaca itu hampir seperti hidupku..."

"Kau tidak butuh membangun bisnis apapun, aku bisa menghidupimu dengan berlebih, berikan semua kepada Andrew.
Mengenai rumah kaca itu, aku tidak peduli."

"Oh ya ampun!" Xiao Zhan berdiri menatap Yibo dengan pedih,

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? Kau ingin aku pada akhirnya bunuh diri karena frustrasi ya? Itu yang kau inginkan? Aku tidak tahu kebencian dari mana yang mendorongmu Yibo, tetapi kau telah melakukan perbuatan keji, menggunakan pernikahan ini untuk menjebak seseorang..... dan sengaja membuatku menderita hanya.."

"Apa yang kau ketahui tentang menderita?" Yibo berdiri dengan marah, menghampiri Xiao Zhan,

"Apa yang kau tahu hah? Kau selalu hidup dalam limpahan kasih sayang! Semua orang menyayangimu dan menjagamu dalam duniamu yang manis
dan indah, kau bahkan tidak perlu mengemis kasih sayang siapapun! Tidak seperti kami!"

Xiao Zhan menatap Yibo dengan terkejut, Apa yang dikatakan Yibo kepadanya tadi? Kenapa Yibo membandingkan kasih sayang yang diperoleh dari orangtuanya? Dan kenapa dia menyebut 'kami' ? siapakah 'kami' yang Yibo maksud itu?

Yibo sendiri tampak begitu marah dan menakutkan, dia memegang kedua lengan Xiao Zhan dengan keras,

"Aku ingin kau merasakan apa itu penderitaan, bagaimana rasanya kau terus menerus ditolak dan disakiti oleh
orang yang kau cintai! Aku ingin kau merasakannya!" dalam kemarahannya, Yibo mengguncang-guncang lengan Xiao Zhan dengan keras, membuat kepalanya pusing.

Pusing itu makin menjadi ketika perutnya bergolak dan membuatnya mual luar biasa, Xiao Zhan tidak bisa menahan
muntahnya.

Dia mendorong Yibo sekuat tenaga, lalu berlari ke arah wastafel yang berada di kamar mandi yang berhubungan
dengan ruang makan itu, dengan dorongan sepenuhnya dari mulutnya, dia muntah-muntah hebat, memuntahkan seluruh isi sarapannya. Ketika dia selesai, dengan terengah-engah dia menyalakan kerannya, dan membasuh mukanya.

Didongakkannya kepalanya, dan dari cermin di hadapannya, dia melihat Yibo berdiri di belakangnya dengan wajah pucat pasi. Mata mereka bertatapan dan ingatan mereka langsung berpadu ke malam itu, malam dimana Yibo memperkosa Xiao Zhan dengan kejam tanpa pengaman apapun.

Semuanya tepat.. Xiao Zhan mulai gemetaran, menatap Yibo dengan meringis perih.

Akhirnya kata-kata itu keluar dari bibir Yibo, dia menatap Xiao Zhan dengan sama shocknya, suaranya tampak tercekat ketika dia berkata,

"Kau... hamil ya?"

Pembunuh CahayaWhere stories live. Discover now