Bagian 6

875 111 17
                                    

Xiao Zhan pindah ke kamar tamu yang berada di ujung lorong, dengan malu, karena semua pelayan tampak kaget
dengan kepindahannya. Tetapi Xiao Zhan menegarkan hati, mengatakan bahwa ini adalah keputusannya sebagai nyonya rumah yang tidak dapat diganggu gugat. Seumur hidupnya Xiao Zhan tidak pernah menjadi nyonya rumah, tetapi ternyata menjadi istri Yibo ada untungnya juga di rumah ini, karena semua pelayan takut dan tunduk kepadanya tanpa berani membantahnya.

Kamar itu sama bagusnya dengan kamar-kamar yang lain di rumah itu, dan Xiao Zhan mengatur pakaiannya yang hanya sedikit di dalam lemari yang sangat besar itu.

Setelahnya dia duduk dengan ragu, dan menunggu Yibo pulang. Dalam hati dia bertanya-tanya, apakah keputusanya
mengikuti perintah Yibo tadi dengan pindah dari kamar utama sudah benar? Ataukah ini hanya memperburuk keadaan?

Haruskah Xiao Zhan bertahan saja di kamar itu dan memaksa Yibo menjelaskan semuanya kepadanya? Tetapi bagaimanapun juga Xiao Zhan tidak sanggup kalau harus menerima penghinaan dan sikap kasar Yibo kepadanya.

Mungkin ini adalah keputusan yang tepat, ketika mereka berpisah kamar mungkin Yibo bisa berpikir dengan lebih tenang dan menyadari bahwa dia terlalu berlebihan dalam kecemburuannya kepada Andrew. Dan setelah Yibo tenang, Xiao Zhan akan menjelaskan semuanya kepada Yibo, kenyataan tentang
Andrew dan bahwa Yibo sebenarnya tidak perlu cemburu kepada Andrew.
Tetapi ternyata penantian Xiao Zhan sia-sia. Malam itu ternyata Yibo tidak pulang ke rumah.

***

Saira bangun dengan mata bengkak dan sembab, semalam setelah menunggu berjam-jam dan menyadari bahwa Yibo tidak pulang ke rumah. Xiao Zhan menghabiskan waktu dengan menangis dan meratapi diri, larut dalam kebingungan yang menakutkan. Dia tidak tahu apa yang terjadi, dia tidak tahu
kenapa Yibo memperlakukannya seperti ini.

Dan dia merasa sangat sendirian, benar-benar sendirian di rumah ini. Sambil menghela napas, Xiao Zhan melangkah ke kamar mandi dan mencuci mukanya di wastafel, ketika menatap ke arah kaca dia mengernyit menatap matanya yang
bengkak dengan lingkaran hitam disekitar matanya.

Ini bukanlah penampilan seorang pengantin yang sedang berada di masa bulan madunya. Tidak akan ada pengantin berbahagia yang bangun tidur dengan kepala pening dan mata sembab, tidak mengetahui keberadaan suaminya...
Xiao Zhan merasa matanya kembali panas, ingin menumpahkan air mata di sudut-sudutnya. Tetapi dia kemudian menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri.

Masalah tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan menangis.

Xiao Zhan harus mencari tahu kenapa Yibo tiba-tiba berubah menjadi orang yang tidak dikenalnya. Yibo yang menjadi suaminya bukanlah lelaki lembut yang begitu penuh kasih sayang yang dicintainya. Dan Xiao Zhan tidak mau diam saja, dia tidak mau diperlakukan kasar tanpa tahu apa kesalahannya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Xiao Zhan melangkah keluar dan menuju ruang makan. Sarapan lengkap sudah
disiapkan di sana. Dan tiba-tiba perut Xiao Zhan berbunyi ketika mencium harumnya omelet dan nasi goreng yang tersedia di sana. Tidak bisa dipungkiri, meski perasaannya berkecamuk, tubuhnya berteriak mengirimkan alram yang mengatakan bahwa dia lapar. Karena semalam, setelah Yibo pergi, tidak ada sama sekali nafsunya untuk makan.

Perutnya terasa perih dan melilit, dan meskipun Xiao Zhan tidak selera makan, dia mengambil piring dan mengisinya dengan sedikit omelet dan sayuran untuk mengganjal perutnya.

Xiao Zhan tidak boleh jatuh sakit hanya karena dia kelaparan. Entah kenapa dia merasa bahwa dirinya harus tetap kuat dan bertahan.

Karena yang lebih buruk mungkin akan datang.

Yibo pulang beberapa saat kemudian, ketika Xiao Zhan sudah berhasil menyelesaikan makannya yang dipaksakan dilakukannya meski dia tidak berselera. Suara khas mobil Yibo yang memasuki halaman rumah yang luas itu membuat Xiao Zhan menegang. Dia meletakkan sendoknya dan duduk menanti dengan cemas di meja makan.

Pembunuh CahayaWhere stories live. Discover now