Bagian 15

1K 128 11
                                    

Yibo pulang masih dengan hati berkecamuk, bingung harus berbuat apa. Di satu sisi dia merasa harus menjalankan apa yang disebutnya sebagai rencana balas dendam, tetapi di
sisi lain, nuraninya memberontak mengingatkannya bahwa Xiao Zhan sedang mengandung anaknya.

Dan Xiao Zhan sedang menunggunya, menatapnya dengan matanya yang lebar dan indah di ruang tamu. Entah berapa
lama lelaki itu menunggunya, bukankah dia seharusnya sudah tidur? Bukankah orang hamil seharusnya tidur cepat?

Yibo melirik jam tangannya, sudah hampir jam duabelas, dia kemudian bergumam dingin kepada Xiao Zhan,

“Bukankah seharusnya kau sudah tidur?”

“Aku menunggumu, kita harus bicara.” Jawab Xiao Zhan singkat, menatapnya penuh tekad.

Yibo mengernyit. Kalau saja dia malam ini tidak pulang dan memutuskan menginap di rumah untuk Cheng Xiao, akankah lelakinya ini menunggunya sampai pagi?

“Kita bicara besok saja, aku lelah.”

“Apakah ada orang lain, Yibo?”

Yibo yang sedang melangkah hendak meninggalkan ruangan tertegun, dan kemudian menatap Xiao Zhan dengan
defensif,

“Apa maksudmu?”

“Kau jarang pulang, kau tampak begitu membenciku, aku berpikir bahwa mungkin...” Xiao Zhan menghela napas panjang, merasakan kesakitan ketika mengucapkan kata-kata itu,

“Aku berpikir bahwa mungkin kau.. kau sudah menemukan orang lain yang kau cintai, dan kau baru menyadarinya
ketika kau sudah terlanjur menikahiku, jadi kau melampiaskan rasa frustrasimu dengan melakukan semua ini kepadaku. Aku pikir...”

Xiao Zhan berdehem, “Kalau memang ada orang lain yang kau cintai, dan juga mencintaimu, aku.. aku bersedia pergi
dengan sukarela.” Xiao Zhan memalingkan wajahnya dengan sedih,

“Aku tidak akan memaksakan suamiku yang tidak mencintaiku untuk hidup bersamaku.”

Yibo tercenung lama, bayangan Cheng Xiao terlintas di benaknya. Memang ada orang lain, meskipun tidak dalam cara seperti yang dibayangkan oleh Xiao Zhan.

Cheng Xiqo adalah orang lain itu, adik kembar kesayangannya yang telah
menanggung begitu banyak penderitaan karena keberadaan Xiao Zhan. Ayahnya yang sangat dipuja oleh Cheng Xiao, yang sangat dirindukan kasih sayangnya oleh Cheng Xiao, ternyata memusatkan perhatiannya kepada Xiao Zhan, mengabaikan Cheng Xiao.

Dan sekarang, Yibo merasakan dorongan yang sama. Dorongan itu sebenarnya sudah muncul dari awal, ketika dia
mendekati Xiao Zhan, merasakan kedekatan yang nyaman dan perasaan hangat yang mulai bertumbuh seiring dengan kebersamaan mereka, sejenak Yibo lupa pada keinginannya untuk membalas dendam, terlena dalam pesona Xiao Zhan.

Sayangnya, setiap malam ketika dia melihat keadaan Cheng Xiao, Yibo selalu disadarkan bahwa dia harus menyakiti Xiao Zhan untuk membalas dendam. Kemudian, dengan kejam, Yibo membunuh perasaan yang bertumbuh itu, menguncinya begitu dalam jauh di dalam jiwanya yang kelam.

Tetapi setelah diketahuinya bahwa Xiao Zhan sedang hamil dan mengandung anaknya, perasaan itu perlahan menyembul kembali, menyeruak tanpa dia sadari, membuat Yibo merasa benci pada diri sendiri karena dia sadar, kalau dia
menumbuhkan rasa sayangnya pada Xiao Zhan, itu sama saja dia telah mengkhianati Cheng Xiao, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ayah mereka kepada Cheng Xiao.

Tetapi Yibo tidak mampu membohongi dirinya sendiri, selama ini dia berhasil bersikap kasar kepada Xiao Zhan,
menyakitinya sambil menipu dirinya sendiri bahwa dia melakukannya demi Cheng Xiao.... tertapi sedikit demi sedikit
hatinya ternyata ikut tersakiti dan pedih, seiring dengan kepedihan yang dialami Xiao Zhan.

Pembunuh CahayaWhere stories live. Discover now