Bagian 10

995 121 25
                                    

Cinta seorang anak yang tidak berbalas, biasanya lebih menghancurkan dari cinta kekasih yang tak berbalas.”

Ingatan Yibo melayang kepada kenangannya di masa lalu. Hampir tujuh tahun yang lalu, ketika itu usianya baru dua puluh lima tahun, begitu juga dengan Cheng Xiao.

Cheng Xiao adalah adik kembarnya, mereka bukan kembar identik, karena itulah mereka berbeda jenis kelamin, dan tidak begitu mirip. Tetapi mereka sama-sama menerima anugerah
dari kelebihan fisik kedua orang tua mereka. Yibo sangat tampan, dan Cheng Xiao begitu cantiknya.

Yibo tentu saja sangat menyayangi adiknya, adiknya adalah satu-satunya di keluarganya yang sangat dia sayangi.
Sedangkan kedua orang tuanya... bisa dikatakan bahwa hubungan kedua orangtuanya sudah hancur sejak lama, mereka mempertahankan pernikahan hanya demi status di depan orang-orang.

Ibunya sangat sibuk dengan berbagai macam urusannya sebagai istri seorang pejabat kaya. Ayahnya apalagi, lelaki itu
memang selalu pulang ke rumah setiap hari, tetapi hampir tidak pernah dekat dengan istri dan anak-anaknya, seperti ada pembatas yang menghalangi cintanya kepada anak-anaknya.
Yibo seorang lelaki dan dia tegar, dia sudah terbiasa menghadapi sikap ayahnya yang dingin dan kaku. Sejak kecil dia tidak pernah menerima kasih sayang ayahnya sedikitpun.

Pernah Yibo di waktu kecil ketika usianya baru tujuh tahun, berlari gembira, menghampiri ayahnya yang sedang bercakap- cakap dengan rekan sesama pejabatnya, ingin menunjukkan
bahwa nilai rapornya bagus, ingin membanggakan diri kepada ayahnya.

Tetapi yang terjadi kemudian sungguh menyakitkan bagi anak sekecil dirinya. Ayahnya mengusirnya pergi dengan kasar mengatakan bahwa Yibo mengganggunya. Sejak saat itu Yibo kecil menyadari bahwa tidak ada sedikitpun cinta dari ayahnya kepadanya. Sejak saat itu juga, Yibo memutuskan tidak akan mengemis cinta dari ayahnya.

Tetapi Cheng Xiao berbeda, perempuan itu sangat memuja ayahnya. Sejak kecil dia selalu berusaha menarik perhatian
ayahnya meskipun tanpa hasil. Sang ayah tidak pernah peduli kepadanya, seberapa keraspun Cheng Xiao mencoba. Cinta seorang anak yang tidak berbalas ternyata menyakitkan bagi Cheng Xiao.

Dia kemudian menggunakan cara lain untuk menarik perhatian dan kasih sayang ayahnya. Cheng Xiao melarikan diri ke dalam pergaulan yang merusak, penuh dengan kebebasan dan obat- obatan terlarang. Dari usaha coba-cobanya untuk mencari perhatian, Cheng Xiao pada akhirnya terjerumus, dia tidak bisa melepaskan diri dari obat-obatan. Sampai puncaknya Cheng Xiao hamil dan bahkan tidak bisa menyebutkan siapa nama ayah dari anak yang dikandungnya.

Dan bahkan setelah Cheng Xiao seperti itupun, sang ayah hanya mengangkat sebelah alis. Dia memberi setumpuk beban kepada Cheng Xiao agar menggugurkan kandungannya, menghina Cheng Xiao yang tidak bisa menjaga diri, lalu sibuk kembali dengan kesibukan bisnis dan jabatannya.

Lain dengan Yibo, dia marah luar biasa pada Cheng Xiao, dia berteriak pada Cheng Xiao malam itu bahwa usaha Cheng Xiao, apapun itu, untuk mencari perhatian sang ayah tidak akan
membuahkan hasil. Ayahnya tidak mencintai mereka. Bahkan kalau mereka matipun, mungkin ayahnya tidak akan peduli.

Kata-kata Yibo bagai bumerang, tanpa sadar kemarahannya karena emosi dan sedih melihat keadaan adiknya ditelan mentah-mentah oleh Cheng Xiao.

Cheng Xiao sudah putus asa, hancur dan lelah. Dia kemudian berpikir bahwa satu- satunya cara agar sang ayah memperhatikan mereka adalah dengan kematian. Malam itu juga, Cheng Xiao terjun dari balkon kamarnya,
menghempaskan diri ke bawah, dalam kondisi hamil. Yibo masih ingat malam itu, ketika dia sedang berjalan ke depan, kemudian tubuh Cheng Xiao jatuh di hadapannya. Ayahnya sedang di kantor seperti biasa, dan ibunya sedang liburan ke luar negeri.

Tubuh Cheng Xiao jatuh di hadapannya, terbanting begitu saja dan berlumuran darah. Darah yang sangat banyak. Yibo berlari, berteriak-teriak begitupun dengan semua pelayan, meskipun semuanya sudah terlambat. Cheng Xiao sudah
sekarat di sana. Untunglah ambulance datang dengan cepat, mereka bisa
menyelamatkan Cheng Xiao, tetapi tidak dengan bayinya, Cheng Xiao keguguran dan kehilangan anaknya. Dan benturan keras di kepalanya itu merusak otaknya, membuatnya kehilangan pengelihatannya dan juga membuat kakinya lumpuh selamanya.

Pembunuh CahayaWhere stories live. Discover now