4

238 41 8
                                    

Hari ini Anjani kembali nengkring di kantin Fakultas Kedokteran. Tentu saja dengan tujuan untuk melihat Waksa. Dari semalam Anjani tidak bisa tidur hanya karena tidak sabar untuk bertemu dengan idola barunya itu.

"Matanya tolong dikondisikan ya," peringat Jeje. Seperti biasa, teman berkumpul Anjani adalah Jeje dan Reva.

"Waksa cute ya kalau makan," ungkap Anjani terpesona, tanpa mengalihkan pandangannya dari Waksa yang sedang makan dengan segerombolan temannya.

"Cute darimananya? Orang makan ya normal-nomal aja. Sarap ni anak," ejek Reva.

Jeje tahu Reva sedikit emosi dengan kebucinan Anjani, dan berusaha menenangkannya. Tapi apa Anjani peduli dengan komentar Reva? Jawabannya tidak!

Anjani sudah tersihir dengan Waksa, segala tingkah laku lelaki itu indah dimatanya.

"Anjir!" seruan Anjani mengagetkan kedua temannya.

"Apaan sih?" Jeje penasaran. Kenapa Anjani tiba-tiba berseru kaget dan memalingkan wajah dari Waksa.

"Waksa ngelihat gue, dan kita saling tatapan meskipun bentar. Gilak rasanya jantung gue mau meledak," Anjani bercerita dengan riang.

Dua orang sahabatnya lagi-lagi memutar mata sebal.

"Dasar Bulol," seru Jeje dan Reva berbarengan.

"Apaan bulol?" Anjani tak tahu bahasa apa yang sedang diucapkan dua temannya ini. Pasti kerena Anjani kurang pergaulan, hingga kosa kata gaulnya sedikit.

"Budak cinta Tolol!" Reva menjawab dengan penuh perasaan kesal.

"Apa-apaan, gue bukan budak cintanya Waksa. Ini tuh cuma rasa kagum. Gue cintanya sama Marko," Anjani menyangkal julukan itu.

"Terserah."

***

Setelah kejadian saling tatap dengan Waksa beberapa hari yang lalu, Anjani jadi semakin sering menguntit Waksa. Bahkan sampai kegiatan di luar kampus Waksa. Lihat, jika bukan bucin lalu apa yang sedang dilakukan Anjani saat ini?

Sekarang Anjani sedang di Kafe, di mana ada Waksa juga di sana. Anjani tidak mengajak dua temannya, karena ia sebal jika terus disindir. Lagipula ini sedang di luar kampus, ia bisa bebas.

Setelah mengikuti Waksa lebih dari seminggu, Anjani sudah mulai hafal apa kegiatan lelaki itu.

Senin sampai jumat pagi tentu saja kuliah, lalu hari rabu Waksa punya kegiatan organisasi. Setiap weekend, Waksa akan ke kafe untuk belajar atau sekadar main dengan temannya. Sayangnya, Anjani hanya bisa mengikuti Waksa sampai jam 8 malam sama. Karena orang tua Anjani cukup protektif, gadis itu tak boleh keluar terlalu malam. Sayang sekali Anjani tak tahu kegiatan malam Waksa.

Selain jam malam, ia juga memiliki kendala dalam setiap agendanya mengikuti Waksa. Yaitu Marko, pacarnya kadang menghubunginya di saat yang tidak tepat atau mungkin mengajaknya kencan saat ia sedang ingin melihat Waksa.

Tetapi, tentu saja ajakan Marko adalah prioritas. Ia senang jika Marko memperlakukannya dengan manis.

Drtt

"Halo Mark? Ada apa?" Anjani menjawab telepon masuk dari Marko. Entah ada apa, kekasihnya itu menelponnya.

"Kamu di mana? Aku mau ajak kamu jalan nih."

"Aku lagi di kafe x, ini habis nugas. Kamu mau ke sini aja?"

"Oke, aku otw ke sana ya sayang."

"Iya, hati-hati."

Huft, Anjani menghela nafas kasar setelah mematikan panggilannya dengan Marko. Ia masih ingin melihat Waksa, tetapi ia juga ingin kencan dengan Marko.

Semoga Waksa tak melihatnya bersama Marko nanti. Ia tidak ingin ketahuan pacaran oleh Waksa.

TBC

Short aja ya, tungguin next chap. Kita lihat pov Waksa.

Bucin [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang