5

240 40 13
                                    

Lagi-lagi Waksa harus menjalani hari kuliahnya yang membosankan. Meski ia memiliki teman yang tak terhitung jumlahnya, juga penggemar yang selalu mengikuti arah langkah kakinya–ah, ini terlalu berlebihan. Ia masih saja tak menemukan sebuah keseruan dalam menjalani kehidupannya.

Waksa adalah tipe lelaki yang tidak sanggup jika harus melakukan hal yang sama terus-menerus, hidup monoton bukan seleranya. Ia ingin sebuah tantangan dalam hidupnya, sebuah keseruan yang tak pernah ia rasakan. Di mana ia bisa menemukan hal itu?

"Arah jam 3, jangan nengok! Ada cewek dari tadi perhatiin tingkah lo aneh banget," kata Rudi, teman satu fakultas Waksa yang kebetulan hari ini sedang makan siang dengannya.

Meski Rudi bilang jangan menengok, Waksa tetap saja ingin tahu. Ia menolehkan kepalanya arah jam 3, dan benar saja. Gadis itu bertemu mata dengannya, lalu langsung mengalihkan pandangan.

"Gue bilang jangan nengok, bego!" Rudi mencak mencak sebal karena Waksa tak menuruti perkataannya.

"She's cute," gumam Waksa tak menanggapi amarah Rudi.

Rudi sudah biasa marah-marah tidak jelas seperti itu, dan Waksa tidak peduli. Yang jelas, Waksa baru saja menemukan mainannya. Entah kenapa setelah menatap mata penuh kagum gadis itu, jantung Waksa berdetak penuh semangat. Seperti hormon adrenalinnya terpacu.

Selama ini tak ada gadis yang terang-terangan memperhatikannya seperti penguntit. Bukannya Waksa tidak tahu, ia sudah menunggu momen gadis itu tertangkap matanya secara langsung. Waksa sudah curiga sejak ada yang menstalk akun instagramnya secara terus menerus, dan secara kebetulan juga seorang mahasiswa mencari biografinya secara diam-diam. Waksa tahu semuanya, karena ia tidak pernah melonggarkan kewaspadaannya akan kebocoran informasi dirinya.

Gadis itu terlalu ceroboh. Terang-terangan menguntit, dan mencari tahu tentangnya.

"Lo nggak takut sama stalker kayak cewek itu?" Rudi heran dengan reaksi Waksa yang tidak terduga. Kenapa lelaki itu tidak marah atau takut. Waksa cenderung senang, seperti karnivora yang baru melihat mangsanya.

"Kenapa takut? Bukannya bakal seru kalau gue main-main sama tuh cewek?" Waksa menjawab dengan senyuman manis yang tergambar dibibirnya.

"Lo sarap, cewek itu juga sarap!"

Rudi pusing melihat teman satu fakultasnya yang terlihat seperti psikopat gila. Rudi tahu image charming Waksa hanya dibangun sebagai topeng saat mereka berada di universitas. Di luar itu, Waksa akan menjadi liar. Rudi melihat dengan mata kepalanya sendiri, di mana Waksa memiliki pergaulan malam yang sangat bebas.

***

Hari berlalu menjadi minggu, dan Waksa masih setia membiarkan gadis penguntit itu mengikuti kemanapun ia pergi. Seakan gadis itu tahu semua jadwal kegiatannya. Waksa tidak membuat tindakan meski sudah tahu siapa gadis itu, ia ingin bermain lebih lama. Membiarkan gadis itu semakin jatuh dalam pesonanya.

Kali ini diluar hari kuliah pun gadis itu masih nekat mengikutinya ke kafe. Temannya yang lain tidak ada yang menyadari tingkah laku si penguntit. Gadis itu nampak seperti pelanggan kafe biasa.

Namun, sejak awal mengawasi si penguntit tiba-tiba saja seorang lelaki menghampiri gadis itu. Siapa? Waksa sungguh penasaran. Apa mungkin itu kekasih si penguntit? Ia tahu sedikit informasi jika gadis itu tidak single.

Hah, ini akan semakin seru. Sedikit mengganggu hubungan dua love bird itu pasti akan menyenangkan. Apa yang akan dilakukan pacar dari gadis penguntit itu jika tahu bahwa selama ini kekasihnya menjadi stalker yang berkedok sebagai penggemar Waksa?

Waksa tersenyum misterius, sebuah rencana tersusun di otaknya. Sebuah strategi untuk membuat mangsanya jera setelah meremehkan ketajaman gigi taringnya. Waksa adalah singa, dan penguntit itu akan menjadi kelinci mangsanya.

TBC

Entah ini ngefeel apa ngga, yg jelas aku mau gambarin Jk tuh agak manipulatif gitu. 😭

Semoga suka, happy reading💜

Bucin [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang