16

112 20 4
                                    

"Ni, What's wrong?"

Jeje melihat Anjani dengan khawatir, sahabatnya itu sejak datang ke rumahnya hingga satu jam ini hanya diam dengan tatapan kosong.

Jeje melihat arloji di tangannya, sudah hampir pukul 10. Ia ada kelas sebentar lagi, namun keadaan Anjani begitu mengkhawatirkan. Jeje tidak tega meninggalkan sahabatnya itu sendiri.

Jeje melihat Anjani diam tanpa ekspresi, merasa bingung. Jeje tak bisa memaksa sahabatnya itu bicara, lalu ia sejenak meninggalkan Anjani untuk bersiap. Ia harap setelah ia selesai, Anjani akan kembali kesikap ceria biasanya.

Setelah lima menit berkutat dengan kegiatannya, Jeje menengok kembali Anjani. Namun, sebuah air mata yang terus mengalir di pipi Anjani membuat Jeje panik. Anjani diam, nampak melamun tetapi air matanya menetes tak ada hentinya.

"Ni, lo kenapa?" Jeje mendekat ke arah Anjani, ia reflek memeluk Anjani. Ia merasa ada yang tidak beres.

"Please bicara, gue nggak akan tahu kalau lo nggak cerita Ni. Gue siap bantu lo, Please ngomong," Jeje menjadi ikut emosional melihat sahabatnya dalam keadaan seperti itu. Jeje tak sanggup menghadapi diamnya Anjani.

"Marko," ujar Anjani bergetar.

"Marko? Kenapa dia Ni?" Jeje menatap mata Anjani saat sahabatnya itu hendak bercerita.

"He cheated on me," ujar Anjani lirih.

"Apa?" Jeje kaget setengah mati. Selama ini Jeje pikir hubunga  Marko dan Anjani sedang baik-baik saja. Tetapi hari ini, tiba-tiba Anjani datang dengan keadaan kacau dan bilang bahwa Marko selingkuh. Yang benar saja, Marko bajingan!

Jeje tak butuh bukti atau kejelasan lebih, karena ia percaya pada Anjani 100%. Jeje tahu seberapa besar cinta Anjani pada Marko. Anjani buka tipe wanita tukang sekingkuh.

Jeje memutuskan hari ini tidak masuk kuliah. Ia harus ada di sisi Anjani saat ini. Dalam keadaan kalut, ia takut sahabatnya itu berbuat yang tidak-tidak.

***

Mata Anjani bengkak, serius bengkak hingga ia sulit membuka lebar matanya. Sepanjang hari ia menangis di pelukan Jeje, dan menceritakan kronologi bagaimana ia menemukan bahwa Marko selingkuh dengan Reva.

"Ini minum dulu Ni," tawar Jeje sebuah gelas air putih kepada Anjani. Malam ini, Anjani ia belikan bubur. Jeje merasa bubur adalah makanan yang tepat untuk membuat tubuh lebih tenang.

"Makasih Je," Anjani meraih gelas itu, dan meminum air yang ada di dalamnya. Setidaknya disaat terpuruknya ini, Anjani bersyukur memiliki Jeje di sampingnya. Entah apa yang akan terjadi jika ia sendirian.

Jeje membantu Anjani merapikan bekas makanannya, lalu menyuruh Anjani kembali istirahat. Tenaga Anjani pasti terkuras karena terus menangis.

"Je, gue bakal minta putus dan batalin pertunangan gue sama Marko besok."

"Ya gue setuju, lakuin apa yang menurut lo baik bagi kebahagiann lo di masa depan."

Anjani mengangguk mendengar ucapan Jeje. Ia siap, besok ia akan menemui Marko untuk meminta putus. Ia juga akan memaksa kedua orang tuanya untuk membatalkan tunagannya antara Marko.

Sudah cukup sampai sini saja kebodohan Anjani. Ia tak mau hidupnya dibayang-bayangi Reva sebagai selingkuhan Marko. Kedua orang yang pernah menjadi sosok penting di hidup Anjani dulu, kini menjadi orang yang paling  Anjani benci. Ah, ternyata kehidupan sangat mudah berbalik seperti telapak tangan.

Tbc

Bucin [Ongoing]Where stories live. Discover now