19

149 21 4
                                    

Anjani menangis, tetapi tak bisa menjelaskan apa masalahnya.

Orang tua Anjani tidak tahu maksud Anaknya, bagaimana mungki mereka bisa memutuskan jika Anjani tidak bicara alasannya meminta lamaran ini dibatalkan.

"Kalau kamu nggak bisa bilang alasan kamu minta acara ini dibatalkan, kami juga tidak bisa berbuat apa-apa nak. Keluarga kita dan keluarga Marko juga sudah mengundang banyak orang, kolega hingga keluarga. Mana mungkin di saat yang singkat ini, kamu tiba-tiba minta dibatalkan?"

Papa Anjani berusaha menenangkan Anaknya, namun juga tak bisa menyetujui permintaan Anjani.

Anjani semakin pusing, diamnya ini benar-benar menyiksanya. Tetapi jika ia bicara, dua keluarga sekaligus akan hancur. Ia memengang kendali atas dua keluarga, tinggal Anjani mau hancurkan atau pertahankan.

***

Acara benar-benar hendak dilaksanakan, bahkan Jeje dan Reva juga ada di sana. Anjani tak yakin bisa kabur dari situasi ini. Orang tua Marko juga sudah sampai, tinggal lelaki itu yang belum menunjukkan batang hidungnya.

Anjani di dampingi mamanya, sedikit menjauh dari para tamu. Namun, seakan tidak paham dengan situasinya Jeje mendekat ke arah Anjani. Bagaimana bisa sehari yang lalu, ia mendengar bahwa Marko selingkuh dari mulut Anjani sendiri, tetapi hari ini mereka sudah akan lamaran.

"Ni, ada apa ini sebenarnya? Bukannya lo dan Marko udah putus," bisik Jeje. Sangat lirih, agar tidak sampai di dengar oleh Mama Anjani.

Anjani nampak lesu, "gue udah putusin dia Je, tetapi tiba-tiba Marko bilang ke orang tua dia dan gue mau adain acara lamaran. Gue udah nolak, tapi Marko ga peduli," jelasnya.

"Kenapa lo ga jelasin ke orang tua lo Ni?"

"Gue ga mau, keluarga dia dan gue berseteru. Lo tahu kan kalau papa dia dan papa gue udah sahabatan dari kecil. Gue ga mau egois."

"Lo boleh egois kalau menyangkut masa depan lo Ni, Marko lelaki brengsek yang ga pantes bersanding sama Lo."

Anjani berkaca-kaca. Bolehkah ia bicara seperti itu, ia sayang dengan orang tua Marko mereka sudah seperti orang tua kandung bagi Anjani. Seandainya Marko tidak selingkuh, mungkin ia akan bahagia saat ini. Bukan malah menderita hingga ingin mati.

"Anjani," panggilan mamanya mengalihkan Anjani dari Jeje.

Gadis itu menoleh, "Iya ma?"

"Marko udah datang."

DEG

Jantung Anjani rasanya hampir lepas dari singgasananya. Bagaimana ini, apakah di detik-detik terakhir ia bisa menghindari Marko. Adakah sosok yang bisa membantunya kabur dari situasi ini?

"Ni, jangan," Jeje menahan tangan Anjani yang hendak berjalan ke arah panggung dimana Marko berada.

Tetapi usaha itu sia-sia, Anjani malah di bimbing oleh sang mama. Sehingga mau tidak mau ia harus menurut.

Jeje tak bisa tinggal diam, gadis itu menelpon seseorang. Sosok yang tahu kebenaran sesungguhnya tentang hubungan Anjani dan Marko.

(Ini siapa?)

Gue Jeje, please bantu gue ungkap kelakuan bejat Marko. Gue butuh lo.

(Gue ga ada hubungannya dengan mereka)

Please Waksa, Marko maksa Anjani buat lamaran. Gue ngga rela sahabat gue berakhir sama lelaki brengsek. Gue janji bakal kasih imbalan apapun buat lo, asal bantuin Anjani sekarang.

Tut

"F*ck Waksa!" umpat Jeje marah. Waksa malah mematikan telponnya tanpa memberikan kepastian apapun. Siapa lagi di sini yang bisa ia gunakan untuk membantu Anjani. Mata Jeje mengedar ke sekitar, dan melihat Reva berdiri di pojokan jauh dari panggung tempat Marko dan Anjani berada.

Satu-satunya yang ada di pikiran Jeje sekarang adalah, meminta bantuan pada pelaku perselingkuhan itu sendiri. Jeje akan membujuk Reva untuk mengungkap perselingkuhan itu.

Selagi Jeje sibuk menjalankan rencannya, Anjani sendiri berdiri diam di samping Marko. Ia tak bisa fokus pada apapun yang terjadi saat ini. Mata Anjani mulai kabur karena air matanya mulai menggenang di pelupuk mata, tinggal menunggu jatuh.

"Hubungan kami sudah berlangsung cukup lama, apalagi kami juga teman sejak kecil. Kami mengenal luar dalam sifat masing-masing. Dan saya pikir, ini saat yang tepat untuk melamar Anjani. Saya ingin hubungan ini bisa terikat selamanya," pidato Marko pada semua tamu undangan. Ucapannya begitu manis, seakan Marko tidak punya rasa bersalah telah menyelingkuhi Anjani.

Tangan Marko meraih tangan Anjani, namun gadis itu langsung menepisnya. Namun, Marko tak mau menuruti Anjani dan memaksa untuk merangkul pundak gadis itu.

Marko kembali berpidato yang tidak ada hantinya, menceritakan omong kosong seberapa besar cintanya pada Anjani.

Namun belum sampai Marko selesai bicara, microfon yang dipegangnya mati. Marko langsung menoleh ke arah petugas sound, namun tak ada seorang pun yang stand by. Marko berusaha mengutak-atik mic-nya tetapi tidak ada perubahan. Dengan terpaksa Marko berjalan sendiri ke arah peralatan sound.

Clack

Semua lampu tiba-tiba mati, bahkan Anjani sampai tidak bisa melihat sekitar. Melihat ada kesempatan kabur, Anjani buru-buru enyah dari panggung. Sedangkan para tamu milai panik. Anjani merasa, jika kejadian ini pasti dirancang. Ia harap, Jeje lah yang melakukannya. Ia akan berterima kasih pada sahabatnya itu karena sudah membantunya.

Saat Anjani masih mencari Jeje, sebuah sinar projector menyala menyorot pada layar. Anjani reflek menoleh ke depan, arah sorotan itu berada. Sebuah video dimainkan, menunjukkan bukti perselingkuhan Marko dan Reva. Anjani menutup mulutnya terkejut.

Siapa yang melakukan itu? Anjani yakin bukan Jeje. Karena video itu hanya dimiliki olehnya—

dan Waksa.

Mengetahui itu, Anjani langsung mencari sosok Waksa. Tidak mungkin kan lelaki itu repot-repot ke acara ini hanya demi membantu Anjani batal lamaran? Waksa bukan orang yang seperti itu.

Marko kepalang malu, begitupun orang tuanya. Para tamu juga terkejut melihat video tidak senonoh itu. Lelaki itu berusaha mencari projector yang menayangkan video itu.

Anjani yang melihat bagaimana muka panik Marko, tertawa gelak dalam hatinya. Ia yakin Tuhan akan memberikan jalan untuk Anjani terlepas dari Marko.

Tak lama kemudian mata Anjani kembali menelisik lebih jeli, tak ingin Marko mendahuluinya menemukan dalang dibalik rencana menakjubkan itu.

Pangkal cahaya projector itu tak jauh dari tempat Anjani berdiri. Ia langsung bisa melihat jika Jeje lah yang mengoprasikan projector itu.

"Jeje, terima kasih banyak," Anjani langsung memeluk Jeje dengan erat.

"Sama-sama, gue sayang sama lo Ni. Ga bakal rela gue kalau Marko sampai jadi suami lo," Jeje balas memeluk Anjani.

Namun, pelukan itu harus lepas ketika pundak Anjani ditarik paksa oleh Marko. Sungguh tarikan itu sangat kasar, sampai Anjani harus memegang pundaknya untuk meredakan rasa sakitnya.

"Apa-apaan sih lo!" sentak Jeje tidak terima dan menyembunyikan Anjani di balik punggungnya.

"Brengsek, ngapain lo puter video itu!" Marko marah membabi buta.

Ini pertama kalinya Anjani melihat Marko yang penuh amarah. Lelaki itu menyeramkan, dan kasar.

TBC

Bucin [Ongoing]Where stories live. Discover now