25

91 19 3
                                    

"Selamat, gue bilang juga apa. Lo pasti diterima," ujar Waksa dari telpon.

Anjani sudah pulang dari interview sejak beberapa jam yang lalu. Ia pulang naik taksi online, mana mungkin gadis itu merepotkan Waksa lagi untuk mengantarnya.

Sudah hampir jam 9 malam, Waksa baru menelponnya. Menyelamati Anjani atas keberhasilannya mendapat pekerjaan. Sebenarnya, Waksa tidak usah repot-repot menelpon Anjani seban gadis itu sudah mengirimi pesan. Waksa pasti lelah, Anjani jadi tidak enak hati.

"Makasih Sa, udah bantu gue."

"Iya sama-sama. Kalau gitu mulai minggu depan kita berangkat bareng aja," putus Waksa sepihak.

Tentu saja Anjani khawatir, mengapa Waksa harus berangkat dengannya? Apalagi rumah mereka juga tidak dekat.

"Ngga perlu, gue kan bisa naik mobil sendiri. Lagian, rumah lo sama rumah gue itu jaraknya jauhan," balas Anjani menolak.

Setelah Anjani bilang seperti itu, Waksa diam sejenak tak membalas ucapan gadis itu.

"Oke, terserah lo," ujar Waksa menyerah.

Seminggu berlalu begitu cepat, Anjani sudah menyiapkan diri dan mentalnya untuk menghadapi hari pertamanya bekerja. Papa dan Mamanya juga ikut semangat mengetahui Anjani akan berangkat bekerja mulai hari ini. Sang Papa sudah menyiapkan mobilnya sejak pagi, dan Mama membuatkan sarapan lebih pagi.

"Awal kerja ga perlu bawa bekal dulu, nanti kamu ikut aja rekan kerja kamu makan di mana. Hitung-hitung untuk membangun relasi dan mempelajari lingkungan baru," nasihat Sang Mama sambil mengambilkan nasi untuk suaminya.

Anjani mengangguk patuh, sambil memakan sarapannya. Gadis itu tak mau lama-lama menghabiskan waktu untuk sarapan, jadi setelah selesai Anjani langsung pamit.

Gadis itu berjalan dengan ceria menuju depan rumah, namun sebuah mobil familiar yang berhenti tepat di depan pagar membuat Anjani terdiam.

"Waksa?" Gumam Anjani ketika si pemilik mobil keluar.

Waksa masuk ke rumah Anjani melalui pagar yang terbuka.

"Hai," ujar Waksa ceria.

"Kenapa lo ke sini?" Ujar Anjani bingung.

Waksa tak menjawab pertanyaan Anjani, "ayo berangkat bareng, kebetulan gue tadi ada urusan di sekitar sini."

"Mama sama Papa ada di dalem?" Waksa tak menunggu persetujuan Anjani dan langsung ingin masuk ke dalam rumah.

Anjani yang masih kaget hanya menjawab dengan anggukan.

Waksa masuk lalu menyapa Mama dan Papa Anjani seperti biasa, lalu meminta izin agar Anjani bisa berangkat bersamanya. Tentu saja Mama dan Papa Anjani mengizinkan, akhirnya pagi itu Anjani berangkat dengan Waksa menuju rumah sakit.

"Kenapa lo ke rumah gue Sa? Padaham gue tadi mau berangkat sendiri juga," ujar Anjani sedikit kesal.

Waksa tersenyum jahil, "Gue tadi kan udah bilang kalau ada urusan di sekitar rumah lo. Jadi sekalian mampir aja."

"Alasan," gumam Anjani. Gadis itu tahu sekali jika Waksa memang sengaja menjemputnya. Lelaki itu memang tidak suka di bantah, tetapi mau bagaimana lagi ia juga senang bersama Waksa. Dan ia juga tidak perlu repot menyetir.

"Nanti pulangnya tungguin gue," ujar Waksa.

"Lo ga pulang malam?"

"Gue pulang jam 6 nanti, gue kan udah nganteri masa ga pulangin."

"Gue kan bisa naik taksi online."

"Jangan, tungguin gue okay," putus Waksa tidak mau di tolak.

Entah kenapa, akhir-akhir ini Waksa menjadi lebih protektif pada Anjani tanpa alasan. Padahal Anjani masih ingat bagaimana Waksa mengabaikannya dulu. Sekarang lelaki itu seakan memberikan harapan pada perasaan Anjani.

Sejak awal mengenal Waksa, Anjani sudah menaruh rasa meski hanya rasa kagum. Ia berusaha menguburnya sejak pengkhianatan Marko. Tetapi sejak Waksa mengajaknya berbaikan, rasa kagumnya menjadi rasa suka. Bukan hanya sahabat, Anjani ingin Waksa memandangnya lebih dari sekedar sahabat.

Tetapi, apakah mungkin jika mengharapkan Waksa membalas rasa sukanya? Lelaki itu nampak sulit digapai. Banyak Wanita yang lebih baik dari Anjani di sekitar Waksa. Dan Anjani sadar diri jika Waksa memang mustahil menyukainya.

"Udah sampai, jangan ngelamun terus," tegur Waksa saat mobilnya sudah mencapai parkiran khusus rumah sakit.

"Oh iya, sorry."

"Jangan minta maaf, lo ngga ngelakui kesalahan apapun."

TBC

Minal Aidzin Wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin semuanya. Selamat merayakan hari lebaran bagi yang merayakan.

Chap ini pendek dulu, karena otak lagi stuck. See u di next chapter ^*^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bucin [Ongoing]Where stories live. Discover now