18

156 23 9
                                    

Lega dan bebas, hati Anjani langsung tenang setelah ia meminta putus dengan Marko. Tinggal satu masalah lagi, yaitu meminta izin kepada orang tuanya dan orang tua Marko untuk membatalkan pertunangan mereka.

Anjani tentu merasa bersalah dan tidak enak hati kepada orang tua kedua belah pihak. Hubungannya dengan Marko bukanlah sekadar rasa cinta, namun ada ikatan kekeluargaan di sana, ada ikatan bisnis juga. Yang jelas, Anjani tahu bahwa setelah ia putus dengan Marko ia akan membuat luka di hati orang tuanya dan orang tua Marko.

Tapi jika ia memaksa memaafkan Marko, ia tak bisa membayangkan bagaimana masa depannya nanti? Bisakah ia bahagia tanpa dihantui rasa takut jika Marko selingkuh lagi.

Hari ini ia akan istirahat dulu, ia perlu mempersiapkan kata-kata dan alasan yang tepat untuk dibicarakan pada orang tua Marko.

***

"Ma, ada apa sih ini sibuk-sibuk?"

Entah kenapa, saat Anjani baru bangun dan turun ke lantai 1. Rumahnya begitu dipenuhi kesibukan. Seperti akan ada acara besar, namun Anjani tak tahu apa.

Mama menoleh ke arah Anjani, "Astaga, kamu itu jam segini baru bangun. Padahal kan nanti malam acaramu mulai."

Ucapan Mamanya membuat Anjani bingung, sejak kapan ia membuat Acara? Apalagi nanti malam, seingatnya tidak ada.

"Acara apa sih ma, sejak kapan aku mau bikin acara."

"Loh kamu gimana sih masa lupa. Bukannya kamu dan Marko yang buru-buru ingin lamaran? Hari ini juga mau di selenggarakan," jelas Mamanya.

"Lamaran? Siapa yang bilang ke mama?"

"Marko, kamu tuh aneh deh. Bukannya kalian berdua yang berencana. Kamu ini bikin mama bingung."

"Anak muda sekarang sukanya yang mendadak gitu ya. Untung Marko sudah nyiapin semuanya, jadi kita tinggal berberes sedikit. Tapi, Papa bersyukur akhirnya kamu dan Marko bisa lebih terikat. Impian papa untuk bisa berkeluarga dengan sahabat papa sendiri itu akhirnya terkabul," timpal Papanya yang entah muncul dari mana.

Ucapan panjang lebar Papa benar-benar membuat Anjani pusing dan terkejut. Apa-apaan Marko ini, Lamaran? Di saat Anjani sudah memutuskan hubungan. Apakah ini cara Marko untuk terus mengikat Anjani?

"Mama juga senang, Marko merupakan calon suami dan calon menantu yang baik. Mama bersyukur, Anak mama bisa mendapat calon suami yang seperti Marko."

Astaga, pujian bertubi-tubi macam apa itu. Tentu saja pujian itu tepat jika Marko tidak berselingkuh. Tapi kini, di mata Anjani Marko adalah lelaki brengsek.

"Anjani mau ketemu Marko Ma Pa," pamit Anjani. Lalu ia pergi ke kamar dan menyiapkan diri.

[Kita perlu ketemu sekarang, apa sih maksud kamu dengan ngadain lamaran satu pihak ini.]

Anjani menulis pesan untuk Marko. Ia harap lelaki itu bisa menjelaskan dan membatalkan acara konyol ini.

[Aku nggak bisa ketemu kamu, kecuali saat acara lamaran nanti.]

Setelah melihat jawaban itu, Anjani langsung menelpon Marko bertubi-tubi. Namun tak ada satupun yang dijawab.

Astaga apa yang harus Anjani lakukan, ia pergi dari kemarnya. Laku turun lagi ke bawah dan menemui Mama dan Papanya.

"Ma, Pa acara ini nggak bener," ujar Anjani tiba-tiba.

"Maksud kamu apa Nak?" tanya Mamanya.

"Anjani tidak menyetujui acara ini. Anjani mohon batalkan lamaran Marko ya Ma Pa," Anjani memohon dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Anjani sayang, kamu kenapa Nak? Bukannya acara ini juga atas persetujuan kamu? Marko sendiri yang bilang jika kamu setuju untuk lamaran," sang Papa berusaha meminta penjelasan Anjani.

"Anjani tidak mau menikah dengan Marko. Anjani mau membatalkan acara ini."

Sungguh Anjani tak mau merusak reputasi Marko di depan orang tuanya dengan mengatakan jika lelaki itu selingkuh. Secara Marko adalah anak sahabat dekat Papa. Tentu saja Anjani tak mau merusak persahabatan itu.

Anjani ingin Marko sadar dan melepaskannya, namun malah seperti ini keputusan Marko. Yaitu mengikat Anjani.

TBC

Bucin [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang