XIX. Deja Vu

1.7K 263 143
                                    

(Name) menghela nafas

Dia sedang berada di taman biasa yang sering ia datangi. Masih ingat ketika ia bertanya pada Tsuki-sama? Ya, ia duduk di kursi yang sama namun berbeda suasana hati.

Hanya tinggal 1 hari lagi ia tinggal di kediaman keluarga Tsukishima, setidaknya ia sedikit kesepian setelah kembali ke rumahnya.

Lelah, letih, sedih, tapi tidak tahu  karena apa.

"Tsuki-sama..." (Name) lagi lagi memanggil bulan

"Tidak bisakah kau menghentikan kipas angin mu? Di sini sangat dingin. Kau mungkin kepanasan karena dekat dengan matahari." Protes (Name), ia lupa tidak membawa jaket dan hanya kaos berlengan panjang dan celana training panjang saja.

"Setidaknya beri aku makanan karena sudah berkunjung ke sini menemuimu." Lanjutnya

(Name) kesal sendiri karena kedinginan dan malah menganyun-ayunkan kakinya agar tidak kedinginan, bukannya pulang bawa jaket terus duduk lagi di sana.

"Capek, lebih baik diam di sini dari pada bawa jaket. Males."

Boleh gak gua timpuk (Name)?

"Berhentilah memperlihatkan bahwa kau itu bodoh, otak udang." Ucap seseorang di belakangnya.

(Name) memusatkan pandangannya terhadap sumber suara tadi, lalu ia kembali melihat bulan.

"Lihat, malah kembaran nama mu yang datang Tsuki-sama." Gerutunya

Perempatan sudut mampir di dahi Tsukishima.

"Berhentilah menyamakan ku dengan benda itu." Ucapnya

"Hm, nande? Nama kalian sama lho. Bukannya enak punya kembaran?" Tanya (Name)

Tsukishima menghela nafas, lalu ia melepaskan jaket warna hitam dengan corak bintang di dadanya lalu melampirkannya kepada (Name).

Sang gadis tidak bisa mengatupkan mulutnya, apakah kipas angin satelit alami bumi ini membawa virus mengerikan?

"Aku hanya tidak ingin kau menginap lebih lama karena terkena demam." Tsukishima mematahkan pikiran (Name) yang kemana-mana.

"Oh.." (Name) akui pikirannya sedang tidak ada di tempat yang seharusnya.

"Habis dari mana?" Tanya (Name) sambil mengayun-ayunkan kakinya

"Mini market." Jawab Tsukishima bergerak duduk di tempat kosong di sebelah (Name)

"Beli makanan ringan?"

"Sikat gigi baru."

"Oh..."

Bulan sepertinya menyuruh kipas anginnya tetap menyala bahkan lebih cepat lagi, membuat (Name) menoleh ke tunangannya.

"Tidak dingin?" Tanyanya

"Pakai sweater." Jawab Tsukishima

Adem? Banget weh! Biasanya hanya ada obrolan yang menguras tenaga.

Tiba-tiba kelelawar melewati mereka dengan sangat cepat, bahkan tidak hanya satu namun ada beberapa.

"Kayaknya seru menjadi kelelawar." Celetuk (Name)

"Apanya yang seru?" Tanya Tsukishima

"Ya, begitulah. Terbang malam malam, menikmati angin serta bekerja mencari makan. Sekali terbang mendapat kenikmatan lebih." Jelas (Name)

"Bawa kembali pikiranmu ke sini dan kau akan waras kembali." Ucap Tsukishima

(Name) tidak menjawab apapun, ia malah memperhatikan bulan yang sepertinya akan menghilang karena akan bulan baru.

Towards Zero [Tsukishima Kei]-ENDWhere stories live. Discover now