First fight.

348 37 2
                                    

Seperti pasangan pada umumnya, kalian pasti pernah berantem. Dari berantem yang remeh sampai yang bikin kalian gak saling kontak seminggu.

Salah satu pertengkaran paling besar kalian terjadi seminggu setelah kalian resmi pacaran.

Hakken bukan tipe pasangan yang menuntut kabar setiap detik dan bukan tipe yang posesif. Sedangkan kamu bukan orang yang rajin kasih kabar. Sebenarnya kalian cocok, kan? Hm, mungkin iya.

Seminggu setelah Hakken meminta kamu menemaninya sebagai orang ketiga paling penting- setelah orangtuanya- di hidupnya, kamu pergi staycation sendirian ke Jogja tanpa bilang ke Hakken. Kalau dibilang kamu gak menghargai Hakken sebagai pacar, itu salah. Sebenarnya kamu lupa punya pacar.

Kamu berangkat ke Jogja hari jumat. Sebenarnya kamu merasa seperti melupakan sesuatu tapi kamu lupa itu apa dan memilih untuk gak ambil pusing. Karena rencana staycation nya untuk healing, kamu sengaja menonaktifkan sosmed.

Dua hari tiga malam di Jogja benar-benar luar biasa dan kamu sudah benar-benar merasa siap kembali ke kesibukan seperti biasa, tapi semua berubah seratus delapan puluh derajat ketika kamu mengaktifkan sosial mediamu kembali. Notifikasi missed call, unread chat sampai voice mail menghujani ponselmu. Semuanya dari kontak bernama Gil's papa.

Mampus, kamu menepuk dahi. Kamu membuka chat dari Hakken takut-takut. Diujung sana tentu saja tanda belum terbaca langsung berubah jadi dua centang biru. Tanpa menunggu sedetik pun, panggilan telpon langsung masuk dari Hakken. Kamu hampir saja melempar ponselmu.

Face the concequence, setelah menarik napas dan meyakinkan dirimu sendiri kalau kamu akan baik baik saja, physically, kamu mengangkat telpon yang masih berdering.

Suara penuh rasa khawatir bercampur lega malah bikin kamu makin merasa bersalah.

"Chérie- oh my god, finally. Where were you've been? Kamu tau gak aku hampir lapor polisi- are you okay? Kamu dimana sekarang? Shareloc sekarang biar aku-"

"Hakken, I'm sorry."

"Are you okay? Kamu dimana sekarang? Chérie, are you really okay? I'll call the cops-"

"No- no, I'm okay. Aku lagi di kereta. Aku baru mau pulang-"

"Kereta?"

"I-iya. Aku di Jogja dari hari jumat and I'm really sorry aku lupa ngabarin kamu. I'm sorry, Hakken. Kalau kamu marah-"

"Yes, I'm furious right now. Kamu sampai di Jakarta jam berapa?"

"Ugh-"

"Jawab, chérie."

"Jam tiga pagi."

Dan telpon langsung ditutup sepihak oleh Hakken. Kamu gak tidur sepanjang perjalanan delapan jam ke Jakarta.

Orang-orang yang ada disatu gerbong yang sama denganmu langsung turun begitu kereta berhenti sempurna di stasiun. Seorang ibu yang duduk dekat denganmu menepuk pundakmu, mengingatkan untuk turun. Kamu mengangguk dengan lemas.

Peron stasiun tidak terlalu ramai karena bukan musim liburan. Kamu bisa melihat Hakken diujung sana dengan jelas. Hakken benar-benar kelihatan marah besar. Kamu menarik kopermu menuju tempat Hakken berdiri.

Hakken mengambil alih kopermu tanpa sepatah kata. Setelah memasukkan kopermu ke bagasi mobil Hakken langsung masuk ke kursi pengemudi. Kamu membuka penumpang bagian belakang karena duduk disamping Hakken mungkin bukan ide yang bagus.

S E R O TO N I NWhere stories live. Discover now