my eyes, God.

304 32 3
                                    

"Hakken belum pulang, ya?" Kamu bertanya pada diri sendiri sambil melepas flat shoes yang seharian kamu pakai. Lampu remang diatas meja pantry jadi satu-satunya sumber cahaya di seluruh unit apartemenmu. Kamu mengistirahatkan tubuh di sofa. Nyaman, nyaman banget setelah berkutat dengan jam sibuk transportasi umum ibu kota dan kesana-kemari seharian karena meeting yang bikin energimu terkuras sampai ke dasarnya.

Setelah merasa cukup dengan istirahat singkat itu, kamu menyeret tas dan dirimu ke kamar. Rasanya kamu ingin langsung melompat saja ke tempat tidur namun Hakken pasti ngomel panjang kalau kamu belum membersihkan diri dan makan malam sebelum tidur. Kamu menguap lebar, melempar asal blazer dan tasmu entah kemana.

Kamu menyeret kaki menuju kamar mandi dengan mata setengah terpejam, tanpa tahu bahaya apa yang menanti di balik pintu dengan aksen kayu itu.

Kamu menyeret kaki menuju kamar mandi dengan mata setengah terpejam, tanpa tahu bahaya apa yang menanti di balik pintu dengan aksen kayu itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seember air imajiner super dingin menghujani wajahmu, sukses bikin kamu sadar dari seperempat tidur. Sensasi terbakar menjalar di sepanjang pipi hingga dahimu.

Hakken freshly off from bath, wangi shower gel menguar di seluruh kamar mandi, pakai kaus kutang dan sebuah hair dryer teronggok di meja wastafel yang jelas-jelas baru saja mengeringkan rambutnya. Kamu meneguk ludah sekaligus mengerjap beberapa kali.

"Welcome home, darling. Aku engga tau kamu udah pulang, sorry," Hakken menarik salah satu ujung bibirnya keatas.

"Hm—" keseluruhan isi kepalamu seperti dipenuhi Hakken, Hakken dan Hakken ketika ia menarikmu ke dalam pelukan rutin setiap kalian bertemu entah saat kamu sudah pulang atau saat ia pulang kerja. Kenapa kamu tetap salting brutal seperti anak remaja yang baru pertama kali pacaran?

"Mau mandi?"

"Iya."

"Mau dimandiin?"

Saking cepatnya kamu mendongak, Hakken sampai khawatir salah satu tulang lehermu salah posisi.

"IH!"

Hakken tertawa. "Engga mau?"

"Aku udah gede."

"Siapa bilang udah gede engga boleh dimandiin?"

"Kamu udah mandi."

"I don't mind another shower, tho."

"Aku mau mandi sendiri. Nanti kamu keringin rambut aku, deh."

"Deal," Hakken mendaratkan kecupan di pipimu. "Aku tunggu di tempat tidur."

Butuh sekitar tiga puluh menit untuk menyelesaikan seluruh ritual mandi dan memakai skin care edisi malammu. Kamu tidak membawa baju tidur ke kamar mandi, selain karena lupa juga karena Hakken akan mengeringkan rambutmu di tempat tidur. Kamu keluar dari kamar mandi dengan kimono handuk dan rambut lepek. Hakken sudah siap dengan hair dryer, sebotol hair vitamin dan daster super tipis yang hanya pantas dipakai untuk tidur.

Kamu menceritakan seluruh detail harimu ke Hakken. Tentang kucing di stasiun yang mengikutimu ke kantor namun tidak terlihat lagi setelah kamu pulang, cafe baru yang menjual onigiri enak, beng beng share it yang kamu temukan di tas dan kamu baru sadar kalau itu sudah expired setelah kamu menghabiskannya, mie ayam enak di dekat kantor yang kemungkinan menggunakan ayam tiren atau daging tikus, nasi goreng kecombrang yang seenak apapun rasanya memang bukan seleramu namun tidak pernah absen mengingatkanmu pada Hakken dan kursi lucu yang kakinya bisa menjadi rak buku di pasar loak. Hakken mendengarkan dengan seksama walaupun suaramu bersahut-sahutan dengan bisingnya hair dryer.

"How's your day?" Kamu berbalik. Rambutmu sudah sepenuhnya kering dan menyebarkan aroma buah setiap kamu bergerak.

"Biasa aja, engga seseru kamu. Tadi pagi meeting buat project baru, pergi sama Stephie survei lokasi buat pemotretan, video call mami, ketiduran terus mandi," Hakken bangkit, ia ingin mengembalikan hair dryer ke laci kamar mandi.

Kamu merebahkan diri di tempat tidur. Dingin banget. Bisa sih pakai selimut tapi nyelipin tangan di kaos kutangnya Hakken kayaknya lebih asoy. Seperti bisa membaca pikiranmu, saat Hakken kembali, ia langsung menarik comforter sekaligus memosisikan tubuhnya sedekat mungkin denganmu.

"Do I smell good?"

"You smell yummy."

"Sweet dreams," Hakken mendaratkan kecupan terakhir di dahimu sebelum kalian berdua terlelap dalam waktu yang bersamaan.

S E R O TO N I NWhere stories live. Discover now