Papi, mami, Kuu.

319 33 2
                                    

Kamu menatap kosong televisi yang tidak dinyalakan. Kegelisahan dan rasa takut menciptakan bom waktu yang siap untuk meledak dalam bentuk tangis. Kamu menatap Hakken yang terlelap disebelahmu. Cahaya lembut matahari pagi membuatmu tidak perlu menyalakan lampu untuk melihat betapa nyaman Hakken didalam comforter.

"Mornin', Chérs," suara raspy khas baru bangun tidur Hakken menarikmu dari banyak hal yang sedang berkecamuk di kepala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mornin', Chérs," suara raspy khas baru bangun tidur Hakken menarikmu dari banyak hal yang sedang berkecamuk di kepala. Hakken meraih tanganmu mendekati bibirnya lalu kembali memejamkan mata.

Ia terlelap lagi selama tiga menit lalu tiba-tiba terbangun dengan dahi mengerut.

"You okay?" Kamu menyingkirkan helai rambut yang jatuh di dahi Hakken.

"Aku yang harusnya nanya, are you okay? Tangan kamu keringetan."

"O-oh, ini, agak dingin," Kamu menarik tangan yang digenggam Hakken lalu mengelap bagian yang basah oleh keringat dengan kaos yang kamu pakai.

Hakken menyandarkan punggungnya ke sandaran kasur. Ia melempar tatapan curiga. Matanya meneliti tiap jengkal wajahmu lalu berhenti tepat di area gelap dibawah matamu.

"Kamu engga tidur semalem, kan?"

"Aku tidur."

"Oh ya?"

"Fine. Iya, aku engga tidur. Aku engga bisa tidur."

Hakken menghela napas diikutin dengan tatapannya yang melembut. Hakken melingkari lengannya dibahumu lalu menarikmu jatuh di kasur bersama.

"Janji sama mami masih lama, kamu bisa tidur dulu," Hakken menyalakan ponselnya, menekan layarnya beberapa kali lalu meletakkannya kembali di atas nakas. "I set the alarm. Don't worry, aku peluk sampai kamu tidur."

Kamu membenamkan wajah di dada Hakken. Aroma parfum dan kata-katanya entah bagaimana mengusir seluruh rasa cemasmu. Kamu memejamkan mata. "Thank you."

*

"Kenapa banyak banget kue pisang di kulkas?"

"Hng?" Hakken bertanya ditengah-tengah kamu yang sedang rusuh mencari color corrector yang sepertinya ketinggalan di rumah. "Babe, kamu bawa color corrector gak? Punyaku ketinggalan."

Kepala Hakken muncul dari sisi kanan bingkai pintu lalu berjalan mendekati pouch make up nya. Hakken cukup teratur dalam menyimpan barang, ia dengan mudah menarik palette color corrector keluar dari pouch. Hakken tidak memberikan palette itu ke tanganmu namun mengambil alih spons sebelum mengaplikasikan color corrector kuning dibawah kelopak matamu. Kalian saling diam sampai Hakken selesai dengan keseluruhan make up look mu untuk siang ini.

"Pretty."

"Thank you," kamu menghadiahkan senyum untuk sang make up artist dadakan. Hakken menatapmu lebih lama untuk mengagumi hasil karyanya.

S E R O TO N I NWhere stories live. Discover now