3 AM.

329 39 0
                                    

Kamu menatap langit-langit kamar yang dihiasi sticker bintang glow-in-the-dark. Alarm dinakas masih berbunyi.

Oh iya, sahur. Setelah mematikan alarm kamu segera beranjak ke dapur. Lampu dapur sudah menyala ketika kamu membuka pintu kamar.

"Hakken?"

"Good morning, wife

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Good morning, wife."

"kamu... ngapain?"

"Bikinin kamu sahur, duh, what else?"

Kamu mendekat untuk melihat apa yang sedang Hakken aduk di frying pan.

"Teriyaki?"

"Mh-hm."

"Kamu bikin banyak banget."

"According to google, protein bikin kamu gak cepat lapar. Oh iya, Chérie, bisa tolong keluarin bean sprouts di microwave?"

"Sure."

Kamu mengeluarkan mangkuk berisi beansprouts lalu meletakkan nya di meja makan. Hakken sibuk memastikan rasa teriyaki buatannya enak. Wajahnya jadi kelihatan lucu ketika mengunyah daging ayam. Setelah ia yakin rasa teriyaki nya sudah pas, Hakken memindahkannya ke piring. Rice cooker berbunyi tepat setelah Hakken meletakkan piring teriyaki diatas meja.

Hakken kembali ke belakang kitchen counter untuk mengambil nasi dan pear yang sudah dipotong.

"Smells good."

Hakken mengelus kepalamu sebelum duduk di kursi yang berhadapan.

"Enjoy your meal."

"Of course!"

Kamu menjepit sepotong ayam dengan sumpit lalu memasukkannya ke mulut.

"Enak. Banget."

Hakken tersenyum puas. Ia meletakkan beberapa potong ayam teriyaki sekaligus ke piringmu. Kalian sama-sama diam menyantap menu sahur hari pertama.

"Thanks udah nemenin aku biarpun kamu gak puasa."

"No need to thank me, doe."

Setelah nasi dipiringmu tandas, Hakken menyodorkan piring berisi buah pear. Sambil menunggu adzan, kamu mengunyah buah dan minum. Hakken membawa piring kotor dan sisa ayam teriyaki ke dapur.

Hakken bergabung denganmu setelah selesai mencuci piring kotor.

"Hakken."

"Hm?"

"Hng– gak jadi, deh."

"Chérie."

"Gak jadi, Ken."

"You know you can tell me everything. Kenapa?"

"Aku mau– hng, gak usah deh. Aku malu."

Hakken menatapmu dalam-dalam, otomatis bikin kamu nervous parah.

"Chér, what do you want?"

"Can we– can we cud–"

"Cuddle?"

Kamu mengangguk malu tapi Hakken malah tertawa.

"Ayo, mau di kamar siapa?"

"Yours?"

"Okay."

Hakken menggandeng tanganmu menuju kamar yang ia tempati. Karena apartemen kalian hanya memiliki dua bed ukuran single sedangkan queen size bed pesanan kalian baru akan datang minggu depan, kalian berada di kamar terpisah untuk sementara.

"Aku gak mau kamu merasa gak nyaman karena sempit-sempitan dan mindahin bed di kamar sebelah agak nanggung. Jadi, beda kamar dulu, ya? Just for two weeks."

Begitu kata Hakken ketika kamu tanya kenapa bed nya gak dipindahin aja disatu kamar.

Hakken masuk ke comforter duluan lalu memberi tanda agar kamu bergabung.

"Kamu mau tidur lagi?"

"Enggak."

Hakken mengistirahatkan kepalanya di lekukan lehermu sedangkan jemarimu bermain di helai rambutnya.

"So how does our first suhoor as a married couple feel?"

"Feels nice yet unreal."

"Unreal?"

"Mh-hm. You don't feel real for me most of the times."

"I'm real."

Kamu tidak menjawab lagi lalu napas Hakken perlahan melambat dan teratur.

*

note : Ramadhan Mubarak! Semangat puasanya buat yang menjalankan.

S E R O TO N I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang