Back hug.

283 34 0
                                    

Kamu menekan pintu hingga bunyi klik muncul. Punggungmu rasanya menua dua puluh tahun lebih cepat setelah berkutat dengan kumpulan manusia yang hendak pulang di kereta. Campuran bau keringat, cologne yang jejak wanginya hampir menghilang dan bau parfum bapak-bapak yang bikin kamu pening mampus bercampur jadi satu. Kamu meletakkan tas berisi dokumen di lantai untuk melepas sepatu.

"Loh, pulang cepet?"

Hakken baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih meneteskan air ketika melihat kamu selonjoran di belakang pintu.

"Kenapa? Kamu engga seneng aku pulang cepet?"

"Not like that, of course! Kayak tumben aja. Kamu kan sekalinya kerja di kantor biasanya lembur."

"Lagi kangen kamu makanya pulang cepet."

Rona merah tipis menjalar dari pipi hingga ke hidung Hakken namun tidak berlangsung lama karena kamu pindah untuk duduk di sofa dan membuka laptop.

"Kamu ngapain?"

"Hng? Ini—" kamu menunjuk layar laptop. "Cuma kerjaan dikit lagi."

"Wha— no."

"Apanya yang no?"

Hakken mengambil tempat disebelahmu. Wajahnya serius banget, hampir sama ketika Gilgamesh sakit dan dokter hewan sedang menjelaskan apa yang harus ia lakukan untuk merawat kucing oranye satu itu sampai sehat kembali.

"Are you okay?"

"Kamu udah di rumah, kenapa masih kerja? Kalau kayak gini kan namanya lembur. Did you get paid for doing this?"

"Um, not really."

"Then, stop."

Hakken meletakkan wajahnya di cerukan lehermu. Napasnya dingin, menciptakan sensasi aneh yang sukses membuat jantungmu bekerja lebih cepat.

"What's up with you?"

"Apa?"

"Being all adorable so sudden."

"Adorable?! I— fuck it." Hakken mendaratkan banyak kecupan kecil di pundakmu. "If it takes me to be adorable to get your attention, I'm more than ready to dive in."

"Dear, dear Hakken."

"Mh-hm, your dearest Hakken. Oh iya, ada makan malam di meja. Aku udah makan, sih."

"Aku belum mau makan."

"Okay, aku simpen di kulkas, ya? Kalau kamu mau makan tinggal masukin microwave."

"Mh-hm."

Hakken bangkit dari posisi gelendotannya. Ia berjalan ke dapur dengan handuk lepek yang menggantung di leher. Aroma shower gel yang ia gunakan menempel di sisi lain sofa.

Ide itu tiba-tiba muncul. Kamu menutup laptop, menyingkirkan berkas dari paha lalu menyusul Hakken ke dapur. Hakken sibuk memindahkan makanan ke kontainer plastik. Ia kaget ketika kamu menubruknya dari belakang.

"Siapa yang sebenarnya adorable sekarang?"

Kamu membenamkan hidung lebih dalam di kaos yang Hakken pakai, menimbulakn reaksi semi-kelojotan dari si empunya punggung. Hakken tertawa geli.

"Chér, geli! Let me finish thi— Chérie!"

"Hehe."

"Stop or I'm gonna acting up— GELI, HEI!"

Hakken menggenggam pergelangan tanganmu yang melingkar di pinggangnya lalu memutar tubuhnya agar bisa berhadapan denganmu. Wajahmu berubah dari nyengir jahil jadi panik karena Hakken menatapmu tepat di mata. Kamu memejamkan mata, bersiap dengan apapun tindakan radikal yang akan Hakken lakukan. Hakken tersenyum lebar, daripada membalas hal meresahkan yang sangat kamu laiukan tadi, ia malah mengecup dahimu. Kamu membuka mata takut-takut.

"Kamu..."

"Satu lagi deh," Hakken mendaratkan kecupan lain di hidungmu. "Another one," kecupan lain di pipi. "The last one here," kecupan terakhir mendarat di bibirmu.

Kamu menutupi wajah yang merah dengan telapak tangan. Hakken nyengir, menekan wajahmu ke dadanya.

"I missed you so much."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
S E R O TO N I NWhere stories live. Discover now