19. IAH - Kewajiban Seorang Istri?

129K 15.1K 1.6K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Pukul 13.00 Siang.

Setelah berpulang dari pemakaman dan melaksanakan salat zuhur di masjid. Imam, Iqbal dan Alisha pun kembali melanjutkan perjalanan ke rumah.

Alisha termenung dengan memandang ke sampingnya. Melihat Imam yang sangat fokus menyetir mobil dengan tangan kiri yang terus menggenggam tasbih kecil. Sedikit ia menoleh ke tempat jok belakang, terlihat Kakak lelakinya itu sudah rebahan dengan mata terpejam.

Alisha pun menghela napas, dan kembali memandang sang suaminya. Dalam isi pikirannya saat ini, dipenuhi dengan begitu banyaknya pertanyaan. Apakah suaminya tidak memiliki niat untuk bercerita sesuatu kepadanya? Tolong, perempuan itu kini benar-benar ingin tahu tentang kehidupan suaminya sendiri.

"Masih melihat saya dengan tatapan seperti itu?"

"Afizh tadi pagi itu langsung susul Kak Iqbal, ya?" Alisha mengalihkan topik pembicaraan ketika lamunannya dibubarkan oleh pertanyaan tiba-tiba dari Imam.

Imam menarik sudut bibirnya. Ia tahu sekali bahwa istrinya itu ingin mengeluarkan berbagai pertanyaan untuknya. Tapi tak mampu dia sampaikan, atau mungkin dia menunggu Imam lah yang membuka kejujurannya.

"Jika ingin bertanya sesuatu. Tanyakan, Na. Bukankah sudah saya bilang kemarin itu, saya tahu apa yang ingin kamu sampaikan, tapi saya ingin kamu yang mengeluarkan pertanyaan itu terlebih dulu. Jika sudah, saya minta maaf, karena saya tidak bisa berjanji apa pertanyaanmu itu bisa saya jawab sekarang atau tidak." Imam bertutur kata lembut. Sangat lembut dan penuh ketenangan.

Ketika Imam melihat Alisha tak merespon apapun dari perkataanya. Ia tersenyum tipis. "Kamu marah?"

"Tadi nggak pamit." Alisha menjawab ketika sekian puluhan detik berlalu. Dia marah. Dan dia mengakui akan hal itu. Rasanya pikiran miliknya sudah campur aduk sekarang. Diikuti oleh bayang-bayang ketidakjujuran.

"Saya sudah pamit, tapi kamu saja yang tidak dengar."

"Ish, namanya Nana tidur. Afizh juga nggak bangunin Nana."

IMAMA AL-HAFIDZHWhere stories live. Discover now