57. IAH - Sakit Demam

73.7K 8.3K 1.2K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

•••


"Tutup mata kamu."

"Buat apa?" tanya Alisha, ragu. Ia sekarang benar-benar sudah menyadari bahwa kesalahannya itu sangat besar pada Imama. Harusnya sebagai istri, dirinya percaya bahwa Imama tak akan melakukan itu. Seperti yang Iqbal katakan, dia adalah Imama, berbeda.

"Tutup dulu," pinta Imama lagi.

Alisha pun menurut, ia memejamkan kedua matanya dengan detak jantung yang sudah berdebar kencang. Ia takut jika Imama akan melakukan sesuatu yang negatif padanya. Tapi ternyata, ia tak merasakan sesuatu yang terdengar di telinga atau pun sesuatu yang yang tak enak dirasa. Melainkan, ia kini malah merasakan, bahwa tubuhnya seperi direngkuh oleh seseorang. Ya, Imama kini sedang memeluknya dengan penuh kasih sayang, lembut sekali pelukan itu.

Detik kemudian, Imama berbisik, "Ya canayangku, telah hilang amarahku, setelah memelukmu."

Setelah mendengar bisikan itu, setetes air mata Alisha langsung mengalir begitu saja. Ia benar-benar terharu dengan yang dilakukan oleh Imama barusan padanya. Jika boleh jujur, memiliki laki-laki seperti Imama adalah anugerah yang paling indah dalam hidupnya. Entah bermimpi apa ia saat itu bisa menjadi istri seorang Imama. Ini bukan salah satunya, tapi jutaan contohnya yang membuatnya begitu mencintai sosok lelaki itu. Yaitu memeluk istrinya ketika marah, seperti yang dilakukan oleh Baginda Rasulullah, Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam, kepada istrinya.

Di sisi lain, Imama yang dalam posisi memeluk Alisha itu, tiba-tiba langsung melemaskan tubuhnya, matanya terpejam dengan posisi senyuman yang masih terulas di bibirnya. Hingga tanpa sadar, Alisha yang tenaganya tidak kuat langsung aneh saat merasakan bahwa Imama seperti tak berdaya. Sontak Alisha melepaskan pelukan sehingga ia terkejut melihat kondisi Imama yang sudah memejamkan mata.

"A-afizh... A-afizh kenapa?"

Alisha panik, ia menepuk-nepuk pipi laki-laki itu dan dengan sekuat tenaganya ia membawa lelaki itu untuk menjatuhkan diri di ranjang. Alisha memangku Imama dengan menepuk-nepuk pipi laki-laki itu lagi. "Afizh... Bangun.... Afizh kenapa...."

Tak ada hasil apapun, Alisha langsung mengalihkan pandangannya ke pintu kamar dan berteriak, "UMIIII!! ABIII!! KAKK IQBALLLLL!"

•••

Tepat pukul sembilan pagi, setelah memanggil Dokter untuk datang ke rumah agar mengecek kondisi Imama, Dokter pun kini pamit pulang kembali dan diantar ke depan pintu oleh Abi Jaffar juga Umi Fatimah. Sedangkan Iqbal, ia kini masih berada di kamar Imama dan Alisha. Ia menunggu Imama yang sudah membuka mata tapi hanya diam tak ingin bicara, saat ingin bertanya apa yang sedang ada dipikiran lelaki itu, tiba-tiba saja terganggu dengan panggilan telepon yang masuk dari ponselnya.

IMAMA AL-HAFIDZHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang