بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]•••
•
•
•
Pukul 03.00 pagi.
Tepat Hari senin, suara Ayam berkokok terdengar sekali di telinga sosok lelaki yang baru beberapa menit lalu sudah melanjutkan tidur setelah melaksanakan salat tahajud bersama istrinya. Namun kedatangan suara Ayam itu berhasil membuat mata yang awalnya masih terpejam kini pun terbuka.
Imama, lelaki itu segera bangkit dari tempat tidurnya dan memilih keluar dari kamar saat ia melihat istrinya tidak ada di sampingnya saat bangun tidur tadi. Niatnya, ia memang ingin berpuasa sunnah senin-kamis. Namun saat baru membuka pintu kamar, tiba-tiba ada dua perempuan yang menghampirinya dengan berdiri tepat di depannya itu. Ya, itu adalah Alisha dan Izara.
"Kenapa?"
Pertanyaan yang Imama lontarkan itu pas untuk situasi yang mereka lakukan sekarang. Karena ia heran saat Izara menarik-narik tangan Alisha untuk berisyarat jangan memberitahu sesuatu.
Izara cengengesan dengan menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa kok, Ima. K-kita ke dapur lagi aja, yuk, Mbak?"
Masih sama dengan apa yang dilakukan Izara, tatapannya begitu sangat meminta untuk Alisha yang sudah bersiap ingin mengatakan sesuatu itu tak terjadi.
Alisha menggeleng. "Nggak gitu kok, Afizh. K-kita mau..."
"Mbak..." Izara menunjukkan raut wajah sendu, hal itu semakin membuat tak tega Alisha yang ingin mengatakannya.
Namun hal itu pun semakin membuat penasaran Imama yang ingin tahu apa maksud kedatangan mereka berdua menghampirinya, termasuk istrinya sendiri.
"Ara?"
Izara menoleh menatap Imama.
"Biarkan kakak iparmu mengatakan sesuatu, kamu jangan menyembunyikannya," tegas Imama pada Izara namun tetap lembut.
Izara pun tak mau melawan lagi jika Imama sudah berkata seperti itu. Ia memilih pasrah menunduk dalam. Membiarkan Alisha mengatakan sesuatu pada suaminya itu.
Imama yang awalnya menatap Izara kini beralih menatap Alisha. "Coba bilang, Na? Tadi mau apa?"
Alisha pun akhirnya tersenyum canggung, ia kini mulai melangkah maju mendekat ke Imama dan beralih berdiri di samping lelaki itu. "Em... j-jadi gini... Afizh mau puasa, kan, hari ini?"
Tentu Imama mengangguk semangat akan pertanyaan istrinya itu. "Iya, saya mau puasa, kenapa?" tatapan Imama seperti mencari keberadaan jam di dinding, karena jam tangannya masih ia lepas dan tertinggal di kamar. "Ini sudah mau subuh, kan? Kamu juga ikut puasa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMA AL-HAFIDZH
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Novel tersedia di Gramedia dan TBO Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tangannya di api lilin, karena seorang gadis SMA? Imama Al-Hafidzh, dialah yang melakukannya. "Demi Allah, pikiran...