19 • MATI RASA

118K 12.1K 2.2K
                                    

Vote
Comment ‼️

HEYYOOWW !! NUNGGUIN YAA...

JANGAN LUPA KOMEN YG BANYAK YAA !!

Bantu aku yuk buat share cerita ini ke temen-temen / sosmed kalian ❣️ jangan lupa tag aku yaaa...

SIAP RAMAIKAN KOMENTAR ??

SIAP RAMAIKAN KOMENTAR ??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19. MATI RASA

"Hati yang terluka tidak memiliki suara sampai air mata sendiri yang keluar tanpa bicara"

°°°°°

Rasa sakit yang paling dalam itu saat kita tidak tahu lagi caranya untuk menangis. Banyak dari mereka yang menangis di depan makam Aneska, tetapi tidak untuk Ardes. Cowok itu hanya menatap gundukan tanah di depannya dengan sorot mata terluka, bahkan sulit sekali ia mengungkapkan perasaannya saat ini.

Orang-orang terlihat meninggalkan makam setelah mendoakan dan memberikan beberapa mawar di atas makam Aneska. Ardes masih di sana bersama dengan teman-temannya yang setia menemaninya.

"Gue turut berduka cita, Des. Tante Aneska pasti udah tenang, dia udah gak ngerasain sakit lagi." ucap Chico seraya mengusap pundak Ardes—memberi kekuatan untuk cowok itu.

"Gue ngerti rasanya gimana. Gue juga pernah kehilangan topangan gue pas itu. Tapi jangan sedih-sedih terus, kita di sini selalu dukung lo." ujar Zeus.

Ardes memang sangat pandai menyembunyikan perasaannya. Padahal teman-temannya sudah berusaha membujuknya untuk berbicara tetapi yang di lakukan oleh Ardes hanya diam.

"Kayaknya Ardes butuh waktu sendiri. Kita kasih waktu aja dulu," celutuk Ezra yang mengerti kondisi sahabatnya.

"Kita tungguin lo di parkiran. Lo harus kuat, Des." ucap Bejo kemudian mereka pergi meninggalkan Ardes sendiri di sana.

Ardes berjongkok lalu mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Aneska Putri Sabita, perempuan yang sangat ia sayangi, perempuan yang melahirkannya ke dunia. Tanpa Aneska, Ardes tidak bisa bertahan sampai sekarang. Dan kini penyanggah itu sudah tidak ada lagi membuat cowok itu bisa ambruk kapan saja.

Kedua matanya memerah tetapi air mata itu sama sekali tidak keluar. Hanya rasa sesak yang menggerogoti hatinya.

"Ardes? Kamu gak mau pulang?" Hendry menghampirinya sambil menggendong Arjuna yang tengah tertidur akibat lelah menangis.

"Belum."

"Jangan jadikan kesedihan kamu terlarut-larut. Kamu harus sekolah besok. Belajar lebih giat lagi karena nilai kamu lama-lama menurun belakangan ini." ujar Ayahnya memberi perintah.

HARDES (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang