Prolog

4.3K 357 1
                                    

Aku pindahin cerita ini dari kecup_manjaah ke akunku yg ini.

Bukan plagiat, ya. Kecup manjaah itu akunku juga.

Ini cerita kakaknya Alin

Ada yg kenal Alin, gak?

**

Alin terkejut mendengarkan teriakan penuh kemarahan dari sang ayah dari arah ruang keluarga. Kakinya cepat melangkah ke asal suara, didapatinya pemandangan yang sudah sering terjadi akhir-akhir ini.

"Aku udah lakuin apa yang dia mau, tapi nyatanya nggak ada berubah!" Safir mendengkus marah. "Main perempuan terus! Dipikirnya perempuan bisa ngasih dia makan! Bisa ngasih dia fasilitas!"

Di sebelah Safir berdiri Devi yang terus mengusap bahu sang suami. "Sabar ... sabar ...," ucap wanita itu.

"Gimana mau sabar! Pekerjaannya ditinggal! Siapa yang nggak marah!"

Sementara itu Alin hanya bisa menyaksikan dari anak tangga. Kedatangannya ke rumah ini untuk menginap, karena suaminya sedang pergi ke Semarang untuk meresmikan kafe cabang baru mereka di sana, sedangkan ia ditinggal berdua dengan anaknya.

"Andai aja anak aku itu Key, udah pasti nggak bakal sakit kepala kayak gini." Safir mengacak rambutnya, kesal bukan main.

Alin tersenyum ketika mendengar nama suaminya disebut, tentu saja itu merujuk ke suatu pujian. Siapa yang tidak bangga jika suami dibanggakan oleh ayah sendiri.

"Lin, kamu kenapa cuma lihat Ayah marah-marah? Kasih ide, dong, biar abang kamu itu cepat sadar." Sang ayah menyadari kehadiran Alin yang hanya sebagai penonton.

"Ya ...," Alin menggigit bibir bawahnya, "Alin nggak punya i—" Matanya seketika berbinar ketika terbesit sebuah ide, "gimana kalau kita jodohin abang aja?"

Devi langsung menatap protes. "Gila kamu! Ayahmu itu mau jauhi abangmu dari perempuan-perempuan nakal, kamu malah kasih ide kayak gitu."

Alin mendengkus, kebiasaan ibunya memprotes sebelum mencerna ucapan lawan bicara. "Lah, kata siapa abang mau aku jodohin sama perempuan nggak bener."

"Diam," sela Safir, mata pria itu menatap ubin lantai dengan alis bertaut, pertanda sedang berpikir, "Bu, putrinya Kadava belum nikah, 'kan?" Sembari menoleh pada Devi.

Sang istri mengangguk. Seketika Safir menepuk tangan sekali dengan wajah serius.

"Makasih Alin, nanti Ayah transfer uang bulanan," ucapnya pada sang putri.

Mendapati ayahnya tersenyum cerah, membuat Alin ikut tersenyum. Meskipun ia tidak mengenal perempuan yang sekarang ada di benak ayahnya, tetapi ia tetap akan mendukung.

---

Sekali lagi aku tegaskan, bukan PLAGIAT. INI HANYA AKU PINDAHIN KE AKUN UTAMAKU SAJA.

KECUP MANJAAH ITU SECOND ACCOUNT PUNYAKU DAN SESEORANG

GITU LOH

Jebakan Pak CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang