Bab 13 : Merepotkan

1.1K 152 1
                                    

"Yang gue dapet, Pak Kadava punya tiga anak. Qiyah, Alniyah, Alditho, nggak ada yang namanya Fidelya," jelas Razka.

Di pukul 10.32, mereka berdua tengah berada di kamar Razka untuk membahas tentang Fidelya. Temannya ini sangat hebat mencari informasi jika sedang niat. Berbekal nama Kadava dan Callia, membuat semuanya menjadi mudah.

Razka memang bukan pebisnis yang sukses, kerjaannya menjadi kacung seorang eksekutif di kantoran. Itu mengapa, dunia seperti ini banyak diketahuinya.

"Terus, kenapa Om Dava bilang kalau Fidelya itu anaknya?" Arion mengetuk pulpen di atas meja, kerutan di dahinya pertanda bahwa tengah berpikir keras.

"Ada rumor di kantornya, dulu keadaan rumah tangga Pak Dava sedang nggak enak. Gue rasa itu penyebabnya Fidelya ada," duga Razka.

Arion menoleh pada temannya itu. "Fidelya bilang kalau dia anak pelacur."

Razka yang duduk di atas kasur, menjentikkan jari pertanda terjawab sudah pertanyaan mereka. "Bener, berarti di sini ada kasus pelakor."

"Yang mana yang pelakor?" tanya Arion.

"Polos lo. Nyokapnya Fidelya, dong. Buktinya, selama ini orang-orang tahu kalau anaknya Pak Dava ada tiga dan nggak ada yang namanya Fidelya. Itu berarti Fidelya nggak pernah satu kartu keluarga sama bapaknya," jelas Razka lagi.

Meskipun sudah terjawab, nyatanya Arion tidak puas dengan informasi setengah begitu. Ia harus mendapatkan informasi akurat untuk membuat rencana dengan sangat matang.

"Beruntungnya lo, ternyata Alniyah itu pernah kenalan sama gue," Razka meraih ponselnya, "lo harus liat, dia cakep banget."

Memberikan ponsel itu pada Arion. Tanpa babibu, Arion terima ponsel itu dan melihat apa yang terpampang di layar. Laman instagram yang menampilkan foto-foto milik saudari Fidelya.

"Sekilas, dia mirip sama Fidelya," ungkapnya setelah meneliti beberapa menit.

"Namanya juga satu ayah." Razka menanggapi. "Jadi, gimana? Lo punya rencana apa?"

Arion membuang punggungnya ke sandaran kursi, mata melihat ke langit-langit kamar. Kepalanya tengah menyusun rencana yang tentu harus sesuai dengan sifat dan sikap Fidelya.

***

"Alniyah," gumam Fidelya tak percaya.

Arion tersenyum tipis, bersiap untuk mendengarkan pertengkaran dua saudari beda ibu. Melihat dari foto-foto yang terunggah di instagram milik Alniyah, tentu menimbulkan persepsi buruk, sebab wajah Fidelya tak ada di dalam foto keluarga.

"Oh ... jadi ini lo yang sebenarnya." Alniyah turun dari ranjang, melangkah mendekati Fidelya.

Tentu, Arion menghadang jalannya, sebab ia tak ingin terjadi adegan baku hantam. Itu hanya akan membuat masalah, karena setelah ini Fidelya pasti akan meminta penjelasan atas pertemuan tak terduga.

"Udah gue foto, bokap pasti nggak bakal percaya lagi sama lo." Alniyah berkata penuh percaya diri.

"Kamu kenal dia?" tanya Arion pada perempuan di belakangnya.

Tentu saja itu hanyalah akting, di sebelah ranjang, Razka seperti sedang menahan tawa. Ya, Arion sadar bahwa kemampuan aktingnya di bawah rata-rata, sudah pasti itu yang membuat Razka ingin tertawa.

"Anaknya Pak Dava," jawab Fidelya sedikit berbisik.

"Saudara kamu, dong?" Arion menengok perempuan itu yang menunduk.

Dalam genggaman tangan yang semakin mengerat, Arion tahu bahwa ada perasaan ingin menghilang dari tempat ini.

"Ngapain, sih, lo! Ganggu banget!" gerutu Razka, mencairkan suasana.

Arion segera menoleh pada temannya itu, mengirimkan ucapan terima kasih dalam tatapan tersebut. Jujur, di sini ia malah tak bisa berbuat apa-apa ketika mengetahui bahwa Fidelya terluka karena rencana yang disusunnya.

"Kunci mobil gue ketinggalan," ujarnya.

Razka menarik laci dari lemari kecil di sebelah kasur. "Ini!" melempar pada Arion, "tadi gue mau telpon lo, tapi lupa. Lagian, lo punya card lock."

Arion menatap kunci mobilnya, kemudian beralih pada Alniyah. "Gue nggak tahu apa maksud lo mau laporin ke bokap," katanya, "tapi pasti bokap lo nggak mikir macam-macam karena kami udah kantongi izin untuk menikah."

Setelah mengucapkan itu, Arion menarik pelan tangan Fidelya keluar dari kamar tersebut. Fidelya tak memberikan protes atau lainnya, padahal tadi Arion mengeluarkan kata-kata yang tentu sangat tidak disukai oleh perempuan itu.

Ia tak menyangka, hanya dengan pertemuan tersebut, Fidelya berubah jadi sosok yang tidak berisik.

***

Vote dan komeeeen

Jebakan Pak CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang