Bab 4 : Cinta dan Dukun

1.7K 193 3
                                    

Dua hari berlalu, orang tuanya masih tak ada kabar. Arion pergi ke kantor dengan harapan besar bisa bertemu teman-teman ayahnya yang tahu tentang Dava. Namun, nyatanya semua bungkam.

Seperti biasa, setiap pagi ia akan ke kantor, selepas istirahat dirinya akan langsung berkelana tanpa memikirkan pekerjaan yang menunggu di atas meja. Lagi pula, Arion punya asisten pribadi yang bisa diandalkan mengurus urusan kantor.

Sebagai satu-satunya penerus perusahaan, kadang Arion merasa terbebani. Ya, ia tak ingin meneruskan perusahaan yang dibangun di atas kesepian dirinya dan sang adik.

Anggap saja Arion sedang memberontak, ini adalah hasil dari ketidakpedulian mereka padanya dan Alin. Andai saja orang tuanya bisa memberikan perhatian pada mereka di masa lalu, mungkin sekarang Arion menjadi penerus yang membanggakan.

"Belum ketemu?" Razka bertanya.

Arion menggeleng putus asa. Sampai saat ini dirinya masih mencari keberadaan Fidelya. Banyak spekulasi muncul di kepala, mengatakan bahwa ia hanya sedang dikerjai. Namun, jika memikirkan titik kehidupan ini, tak ada alasan signifikan bagi sang ayah melakukan hal tersebut.

"Mau ke dukun? Mereka jago nyari orang kayak gini," saran Razka.

Arion meneguk habis isi sloki, menganggap saran temannya itu adalah hal tak masuk akal. "Gue nggak percaya yang kayak gitu."

Razka berdecak. "Coba dulu, gue punya kenalan yang sering pakek dukun dalam urusan kayak gini. Besok kita ketemu temen gue."

Pintarnya Razka, membujuk di saat Arion tengah putus asa. Dentuman musik kini tak begitu menghiburnya, saran dari Razka malah membuatnya ingin mencoba.

"Oke," putusnya.

---

Di sebuah rumah sederhana dalam komplek perkampungan, Arion mengikuti saran Razka dan Nasir untuk menemui dukun.

Kali pertama melakukan hal ini, membuat bulu romanya berdiri satu per satu. Baru sekarang Arion berpikir sebab akibat, serta kesialan yang akan diterimanya jika mempercayai hal ini.

"Jadi, Masnya dijodohin, tapi sampai sekarang kayak dihindari dari jodohnya?"

Arion mengangguk. "Iya, Pak. Orang tua kami ngejodohin, tapi mereka hilang gitu aja, dan saya dibuat penasaran. Mau deketin calon istri saya, tapi nggak tahu dia ada di mana sekarang," jelasnya.

Dukun membulatkan bibir, pertanda telah paham. Detik kemudian beliau memejamkan mata dan bibir mulai berkomat-kamit membaca sesuatu yang tak dimengerti oleh Arion.

Ia tahu, Nasir dan Razka yang mempercayai hal ini, pasti pun tak mengerti mantra apa yang tengah dibacakan.

"Ini, kamu pakai mandi air ini. Dua atau tiga hari pasti orang yang dijodohkan sama kamu bakalan datang atau nelpon kamu." Dukun itu memberikan sebotol air.

Arion menerima, ditatapnya air mineral tersebut. "Bapak yakin ini manjur?" tanyanya.

"Kegagalan dalam setiap usaha salah satunya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya." Dukun itu menimpali.

Arion sedikit ngeri, ternyata sang bapak bisa bijak juga. "Makasih, Pak, kalau gitu kami permisi dulu," pamitnya.

Razka menyikut Arion, memberikan suatu kode, tetapi Arion sama sekali tak mengerti. Yang diinginkannya sekarang adalah pulang, bukan kode-kodean.

"Amplop, kasih amplop," bisik Razka.

Arion langsung teringat apa yang dikatakan Razka sebelum datang ke rumah ini. Ia mengeluarkan amplop tersebut, lalu berjabat tangan dengan dukun itu.

"Semoga berhasil," ucap beliau.

"Iya, doain, ya, Pak." Arion tersenyum tipis.

Mereka keluar dari rumah tersebut, saat itu pula Arion bisa menghela napas lega. Ditatapnya air mineral yang diberikan, ada rasa bimbang, ingin melakukan yang dikatakan atau jadikan saja itu angin lalu.

"Pakek mandi, jangan buang," kata Nasir.

Arion mengangguk, meski begitu ia masih tak yakin. "Kami pulang dulu, Bang."

Segera ia menarik Razka di kerak baju, mengajak untuk angkat kaki dari teras rumah dukun tadi. Arion mendengkus berkali-kali, dalam hati menyalahkan Razka atas apa yang telah terjadi hari ini.

"Lo bikin hati gue berkhianat," ucap Arion.

"Maksud lo?" Razka melepaskan genggaman di kerak bajunya.

"Bikin gue berpaling dari Tuhan selama beberapa detik."

Tak ingin mendengarkan tanggapan Razka, Arion lebih dulu menuju mobilnya yang terparkir di depan gang.

---

Vote dan komen gesss 😍

Jebakan Pak CEO (END)Where stories live. Discover now