Bab 3 : Memaksa

1.8K 220 0
                                    

Arion mengetuk pintu kamar orang tuanya beberapa kali-kali. "Ayah! Ibu!" panggilnya dengan suara keras.

Tak ada tanggapan, ia merutuk kesal. Sekali lagi mengetuk, kali ini memaksa memutar knop pintu, tetapi terkunci rapat. Arion mengerang.

Saat tidak mendapati orang tuanya di private room, ia segera menelepon keduanya, tetapi malah suara operator menyahuti. Tanpa pikir panjang, Arion kembali ke rumah. Sesampai di sana malah tak ada yang menanggapi, ia kesal bukan main.

"Bang, kenapa marah-marah?" tanya suara mengantuk yang berasal dari arah punggungnya.

Arion menoleh, Key ada di sana dengan tampang kasur. Ternyata adik iparnya tersebut telah kembali dari perjalanan bisnis, itu berarti besok Alin akan pergi dari rumah ini.

"Ayah sama ibu udah pulang?" Arion mendekati pria itu.

"Oh, tadi ayah nelpon, katanya mau nginep di hotel, dan subuh langsung ke bandara mau ke luar negeri, ada urusan bisnis," jelas Key.

"Hotel mana?"

Key menggeleng. "Nggak tahu, ayah cuma ngomong gitu, terus langsung matiin telpon. Alin coba telpon lagi, tapi nggak aktif."

Arion menghela napas kesal. "Ini gue dikerjain atau gimana, ya?"

"Apanya, Bang?" tanya Key.

Jangan tanya mengapa Key begitu sopan bicara padanya. Arion pun tak tahu kenapa, yang jelas itu telah berlangsung sejak menjadi adik iparnya. Tidak masalah bagi Arion, selama hidup juga ia pernah menginginkan adik laki-laki.

Namun, jika mengingat bahwa Key menghamili sang adik, Arion malah benci bukan main. Meski begitu beberapa kali hati kecilnya menyurutkan emosi tersebut, setidaknya Key sudah bertanggung jawab, menjaga adiknya dengan sepenuh hati.

Di sini yang pantas disalahkan adalah orang tuanya. Mereka tak ada membimbing dan menasihati Alin, tak ada kasih sayang dan pendidikan dalam keluarga, maka akhirnya Alin mencari semua itu di luar rumah, dan yang terjadi malah pembenaran dalam melakukan dosa.

"Mereka sengaja ngehindarin gue," jawab Arion.

Key menggeleng. "Dari kemarin ayah udah bilang bakalan pergi sama ibu. Ayah nanya kapan aku balik ke Jakarta, soalnya Alin bisa sendirian kalau ayah ibu pergi."

Begitu rupanya, Arion menerima penjelasan Key karena memang adik iparnya ini tidak bisa berbohong. Ketika memberikan kejutan pada Alin, malah selalu bocor duluan sebelum sang istri terkejut.

"Lanjut tidur, sana. Gue juga udah ngantuk." Arion meninggalkan adik iparnya itu, menuju kamar tercinta.

Ngomong-ngomong, ini sebuah rekor baru. Biasanya di pukul 23.14 Arion masih berada di luar rumah, bermain-main dengan para wanita, dan menghalalkan segala dosa.

Namun, kali ini, dibandingkan pergi ke diskotek untuk menghilangkan stres, ia lebih memilih mengurung diri di kamar. Kepalanya menyusun rencana untuk bisa bertemu Fidelya, mungkin saja sekarang mereka sedang saling memikirkan.

---

Mau baca cerita Key dan Alin, silakan buka profilku.

Judulnya Jebakan Bucin.

Jebakan Pak CEO (END)Where stories live. Discover now